Setiap perjumpaan selalu melahirkan kesan, pesan, dan pengalaman baru. Itulah yang kami alami pada Jumat 6 September 2019. Kami mahasiswa semester 7 STFT Widya Sasana Malang berkesempatan mengadakan dialog lintas iman dengan perhimpunan Studi Mahasiswa Islam Ende dan Sumba yang menempuh pendidikan di Malang.
Suatu kebanggaan besar bagi kami, bahwa para mahasiswa ini memenuhi undangan kami dan datang ke Seminari Montfort di Joyo agung Malang.Â
Para mahasiswa dengan latar belakang pendidikan di psantren ini sangat terbuka untuk berdialog terkait imannya kepada kami lewat beberapa pertanyaan-pertanyaan seputar poligami, kafir, hidup doa umat Islam, ajaran-ajaran dan nabinya sampai pada Tuhannya.
Pertemuan yang berlangsung selama 3 setengah jam ini membawa kesan, pesan, dan menambah wawasan kami masing-masing. Sepintas kami menyimpulkan bahwa di antara kami ada kerinduan untuk saling memahami agama kami masing-masing.Â
Sebagai mahasiswa yang lahir dan dibesarkan dalam kultur Katolik, saya mengakui pemahaman saya tentang Islam sangat kurang. Karena itu ada kerinduan untuk mengenal dan memahami Islam dengan baik dan benar.
Dari teman-teman muslim pun ternyata memiliki kerinduan yang sama. Ada yang sudah mulai tinggal di psantren sejak kecil dan saat kuliah pun mereka mempelajari ilmu agama Islam. Dari mereka juga ada kerinduan untuk memahami agama Katolik secara mendalam sehingga bisa membangun relasi yang baik dengan orang Katolik.
Saya secara pribadi mendapat banyak pemahaman dan pengetahuan baru tentang Islam dari dialog singkat kami itu. Terutama kata Islam itu sendiri yang berarti kepatuhan, ketaatan, dan ajaran-ajaranya yang sangat pro kemanusiaan.Â
Pemahaman saya semakin luas ketika kami membagikan pemahaman dan ajaran agama kami masing-masing tanpa harus memaksa pihak lain untuk mengikutinya. Sungguh sebuah perjumpaan yang menggembirakan.
Pesan dari pertemuan kami sangat jelas. Kami harus menjadi penerus pasan baik dan benar, kepada orang-orang yang belum memahaminya baik agama Islam bagi yang beragama Katolik dan juga agama katolik bagi umat Islam. Sudah menjadi tugas semua orang untuk bisa memahami agamanya dengan baik dan benar untuk bisa memahami agama orang  lain dengan baik dan benar.
Kami sepakat bahwa dengan memahami ajaran agama kami dengan baik dan benar, kami akan mampu berdialog. Sebab pada hakikatnya dialog bukan untuk memaksa agama lain untuk meyakini apa yang kita imani, tetapi sebaliknya menumbuhkan respek dan saling menghargai.