Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Freelancer - freelanecer

Menulis ialah caraku mengasah kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Ojong dan Nderu: Memaafkan Tak Selalu Mudah

21 April 2019   17:06 Diperbarui: 24 April 2019   11:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi, foto KOMPAS,Nazar Nurdin

Setiap terjadi persoalan dalam hidup bersama, entah perkelahian, kata-kata kasar atau sederetannya, orang sering mengatakan, "lupakan saja, maafkan saja." Saking familiarnya frasa itu di telinga, tidak sedikit orang yang melakukan kesalahan dengan tahu dan mau, tanpa memikirkan risiko yang mungkin terjadi. "Nantikan dimaafkan, atau pasti  dilupakan." Apakah benar memaafkan itu mudah?

Harus diakui, persoalan memaafkan orang lain adalah persoalan yang tidak mudah. Apalagi jika orang yang membuat kesalahan adalah orang yang dekat dengan kita. Pemazmur mengatakan, orang yang makan sehidangan dengan daku, menghianati aku. Sungguh untuk memaafkan itu berat, butuh waktu yang lama. Mungkin mulut dengan enteng mengatakan, "saya telah memaafkanmu, namun belum tentu dalam hati benar-benar telah memaafkan."

Kisah Ojong dan Nderu

Anda mungkin pernah mendengar kisah Ojong dan Nderu dalam budaya Manggarai. Mari saya ceritakan. Ojong dan Nderu adalah kawan baik yang telah hidup bersama bertahun-tahun. Mereka terkenal sederhana dan suka membantu warga. Dalam pelayanan, mereka tidak pernah memandang latar belakang. Di mata mereka, semua orang itu baik.

Di daerah itu ada seorang gadis cantik yang menjadi pujaan banyak lelaki. Namanya Melen. Gadis itu tidak pernah menyatakan rasa cintanya pada seorang laki-laki, dia hanya menyukai persahabatan dengan siapa saja. Namun karena merasa mendapat perhatian dari Melen dalam sebuah acara pesta, Ojong merasa Melen menyukainya. Yeah, maklumlah si Ojong belum pernah merasakan jatuh cinta.

Rasa cintanya pada Melen, membuatnya buta melihat realitas bahkan terhadap fakta bahwa Nderu adalah sahabat dekatnya. Suatu hari, Ojong mengadudomba Nderu dengan tuduhan berusaha menarik hati Melen. Padahal Nderu tidak mempunyai maksud demikian. Hanya karena rasa curiga dan cemburu tak beralasan, Ojong hampir menusuk Nderu dengan tombak.

Dalam pengadilan di Rengga, Ojong dinyatakan bersalah, karena terbukti melakukan percobaan pembunuhan atas alasan curiga dan cemburu. Namun berkat kebaikan hati Nderu, Ojong tidak jadi dihukum.

Karena merasa dikhianati oleh kawannya sendiri, nderu tidak lagi tinggal bersama Ojong. Meraka berpisah. Perpisahan itu ternyata dikehendaki oleh hukum semesta. Ojong dan Nderu kemudian berubah menjadi dua gunung. Nderu adalah gunung yang terkenal anggun, indah, dan sejuk. Namun Ojong karena hukuman dari semesta itu, berubah menjadi kerdil dan tandus, di sana tidak ditumbuhi pohon-pohon sehingga orang tidak mau mengunjunginya.

Sampai hari ini, orang Manggarai selalu mengingatkan anak-anaknya dengan kisah Ojong dan Nderu. Orang tua selalu berpesan "Jika kamu suka memfitnah, mengadudomba, suka berprasangka buruk terhadap orang lain, kamu akan kerdil seperti ojong, dan orang tidak akan datang ke rumahmu."

Langkah-Langkah Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain

Sekali lagi, memaafkan tidak selalu mudah. Setiap orang yang masih ada dalam dunia dengan segala yang ada di dalamnya, mau tidak mau berhadapan dengan hal ini. Beberapa langkah kecil yang ingin saya bagikan, agar hubungan kita dengan sesama tetap berjalan dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun