Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Freelancer - freelanecer

Menulis ialah caraku mengasah kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendefinisi Ulang Toleransi di Indonesia

22 Desember 2018   11:57 Diperbarui: 22 Desember 2018   12:35 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tentu tidak asing dengan kata toleransi. Secara sederhana toleransi adalah sikap menghargai perbedaan. Dalam hidup sehari-hari toleransi sering dikaitkan dengan hubungan antarumat beragama. Tetapi arti dari kata toleransi, tidak terbatas pada hubungan antarumat beragama, melainkan mencakup banyak hal dan memiliki makna yang sangat luas.

Sally Wehmeier mendefinisikan toleransi sebagai "the willingness to accept especially opinions or behavior that you may not agree with or people who are not like you." Toleransi mengandung adanya sikap seseorang untuk menerima perasaan, kebiasaan, pendapat atau kepercayaan yang berbeda dengan yang dimilikinya.

Susan Mendus membagi toleransi menjadi dua macam. Pertama toleransi negatif yang hanya mensyaratkan cukup dengan membiarkan atau tidak menyakiti orang atau kelompok lain. Kedua toleransi positif meliputi kerja sama dengan bantuan kelompok lain. Toleransi inilah yang dikembangkan dalam hubungan sosial di negara ini, dengan istilah kerukunan.

Kerukunan beragama adalah keadaan hubungan antarumat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian dan saling menghormati dalam pengalaman ajaran agama, serta kerja sama dalam hidup bermasyarakat.

Hal senada pernah dikatakan Abdurahman Wahid, kerukunan antarumat beragama tidak hanya memerluhkan dialog, melainkan saling pengertian dan saling mengoreksi diri sendiri. Karena itu kerukunan antarumat beragama bukan lagi sebuah pilihan tetapi sebuah keharusan.

Situasi di Indonesia

Akhir-akhir ini kita dihadapkan dengan beragam masalah intoleransi. Saat saya menulis artikel ini, hati saya sedih mendengar berita di Jogja. Salib pada nisan seorang warga Katolik, Albertus Slamet Sugihardi, di pemakaman Jambon, Purbayan, Kotagede, Kota Yogyakarta, dipangkas oleh warga setempat (www.garta.com).

Tadi pagi saya juga mendapat berita yang mengejutkan. Kapel Landungsari, Paroki St Maria Gunung Karmel Malang, yang biasa kami gunakan sebagai tempat untuk berdoa setiap hari Minggu, dilarang untuk digunakan saat perayaan Natal tahun ini. Jujur saya kecewa berat. Mengapa kami yang minoritas terus diperlakukan tidak adil?

Toleransi tidak Terbatas pada Agama Tertentu

Tanpa toleransi masyarakat akan selalu hidup dalam suasana konflik, saling bermusuhan, penuh arogansi, dan tidak nyaman. Pemahaman toleransi dalam hidup sehari-hari sering dikaitkan dengan penghargaan terhadap agama atau keyakinan yang beraneka ragam.

Toleransi agama bukan sekedar toleransi pada agama-agama tertentu, tetapi toleransi pada seluruh eksistensi dari agama-agama lain, baik penganut, aktifitas, maupun hal-hal yang ada dalam agama tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun