Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Malam di Cafe Cokelat Klasik, Malang

5 Agustus 2018   23:30 Diperbarui: 5 Agustus 2018   23:52 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

                 Dokpri, Kafe Cokelat Klasik, Joyogrand Malang

Udara di bukit Joyogrand malam itu terasa sangat dingin. Dua pemuda datang dengan pakian rapi dan masuk di sebuah  kafe. Cokelat Klasik nama kafe itu. Suasana yang tampak di Kafe itu sangat ramai. Seperti yang biasa di tempat seperti itu, banyak orang yang berkunjung.

Kedua pemuda itu masuk dengan langkah pasti. Menuruni anak tangga yang banyak tidak membuat mereka kecapaian. Namun mereka bingung harus ke mana sebab yang mereka tunggu tak ada di tengah lautan manusia itu. Mereka berharap ada yang memanggil nama mereka dari salah satu sudutnya. Tetapi itu tidak terjadi.

"Pasti ia belum datang," kata seorang dari antara mereka.

Dua pemuda itu datang tanpa membawa gadget, sebab mereka tidak memilikinya. Mereka hanya mengandalkan disiplin waktu dan niat yang tulus. Tak memiliki gadget, lucu bukan? Di tengah semua orang berlomba-lomba mencari gadget dengan model terbaru, dua pemuda itu justru nyaman dengan hidup sederhana.  Bahkan sekarang ini, ke manapun orang pergi gadgetnya tidak pernah ditinggalnya di rumah.

"Ini sebuah cerita lucu yang perlu kau tulis," demikian pemuda lainnya berkata.

"Aku akan menulisnya nanti," jawab temannya.

Maka menunggu adalah pekerjaan yang tidak bisa dielakan. Tetapi tahu di mana harus menunggu adalah tindakan cerdas. Dua pemuda itu menunggu di gerbang masuk. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya yang ditunggu datang. Eve itulah yang ditunggu dua pemuda itu.

 "Selamat datang, udah lama ya, nunggunya."

"Barusan kok."

"Oh ya, Ria dan Via masih dalam perjalanan. Ditunggu aja ya" demikian Eve melanjutkan. Setelah dua temannya datang, mereka langsung turun untuk mencari tempat menikmati kebersamaan pada malam itu. Tak butuh waktu yang lama untuk mencari tempat. Seolah sudah disiapkan, di tengah-tengah lautan manusia itu ada  sebuah meja panjang dengan lima kursi yang tersedia. Pas dengan jumlah mereka.

Apa yang kemudian dilakukan sudah bisa ditebak, memilih menu makanan dan minuman. "Yuk, cari sendiri makanan dan minumannya di daftar menu ini," seorang di antara mereka berkata. Cukup menyita waktu karena selera yang beragam. Tetapi akhirnya masing-masing sudah memilih. Pesanan tersedia di atas meja dan saatnya untuk dicicipi. Namun doa jangan pernah boleh dilupakan.

Doa adalah kunci untuk membuka pintu surga, demikian kata para pujangga. Pemazmur mengatakan berdoa berarti mencari kehendak Tuhan. Maka dalam segala situasi apapun hidup, doa jangan pernah boleh dilupakan.

Sering terjadi bahwa orang malu berdoa. Apalagi ketika di tempat umum. Tetapi itu keliru. Setiap orang jangan pernah boleh takut pun malu mengungkapkan imannya, sebab berdoa adalah bentuk kesaksian akan iman yang dihayati.

Setelah mengawalinya dengan doa, hidangan pun dicicipi. Semua tampak ceriah dan bahagia. Muncul banyak cerita dan kisah. Dari yang sangat privat hingga ke persoalan kuliah di kampus. Kadang muncul galak tawa kala ada cerita lucu yang dibagikan.

Sungguh, malam itu adalah malam yang indah bagi sebuah kebersamaan. Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata suasana kafe Cokelat Klasik. Makanannya yang khas, lampu-lampunya yang indah, dan terutama kebersamaan merayakan ulang tahunnya Eve membuat momen itu tak bisa dilupakan.

Bahagia di hari ulang tahun tidak harus dengan makanan yang mewah dan merayakannya di hotel berbintang lima. Tak perlu meniup lilin dengan kue tar yang besar, sebuah lilin kecil dengan hadia sederhana sudah sangat cukup memberikan kebahagiaan kepada yang berulang tahun. Apalagi yang ikut merayakannya ialah mereka yang tulus, than momen itu akan dikenang sepanjang masa.

Maka, ketika kebahagiaan dirayakan dalam kebersamaan, dinginnya bukit Joyogrand perlahan mundur. Suasana kekeluargaan menghangatkan malam itu. Sungguh sebuah penantian yang tidak sia-sia. Suatu malam yang tak terlupakan di Cafe Cokelat Klasik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun