Film "Tanda Tanya" (2011) merupakan sebuah karya yang memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Melalui narasi yang kuat, film ini menggambarkan kompleksitas masyarakat Indonesia dengan beragamnya agama, suku, dan tradisi. Keberagaman ini tidak hanya menjadi sumber kekayaan budaya, tetapi juga tantangan dalam mempertahankan harmoni sosial. Dalam perjalanan ceritanya, film ini menyoroti betapa pentingnya toleransi dan saling menghormati sebagai fondasi kehidupan bersama. Toleransi bukanlah tentang menyamakan semua perbedaan, tetapi tentang menghargai dan menerima keberagaman tersebut. Namun demikian, film juga menggambarkan dampak negatif dari fanatisme dan prasangka buruk terhadap kelompok lain, yang dapat memicu konflik dan ketegangan.
Dialog dan komunikasi yang terbuka menjadi kunci dalam membangun toleransi dan saling pengertian antar kelompok. Dengan berkomunikasi secara jujur, kita dapat memahami sudut pandang orang lain dan membangun jembatan antar perbedaan. Toleransi juga bukan hanya tanggung jawab kelompok minoritas, tetapi juga mayoritas, karena mayoritas memiliki peran penting dalam menciptakan ruang yang inklusif bagi semua. Film ini juga menyoroti pentingnya memaafkan dan melupakan kesalahan masa lalu sebagai langkah menuju rekonsiliasi dan pembangunan masa depan yang lebih baik. Toleransi dianggap sebagai fondasi yang tak tergantikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, memungkinkan kita untuk hidup bersama dalam damai dan saling menghormati di tengah keragaman yang ada. Dengan demikian, "Tanda Tanya" bukan hanya sekadar film, tetapi juga sebuah cerminan dari nilai-nilai sosial yang penting bagi masyarakat Indonesia.Â
Dikisahkan terdapat tiga keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Pertama, keluarga Tan Kat Sun memiliki restoran masakan Cina yang tidak halal. Kedua, keluarga Soleh, dengan masalah Soleh sebagai kepala keluarga yang tidak bekerja namun memiliki istri yang cantik dan soleha. Terakhir, keluarga Rika, seorang janda dengan seorang anak, yang berhubungan dengan pemuda yang belum pernah menikah. Dalam cerita tersebut, Rika juga bersahabat dengan Surya. Surya ialah sosok pemuda yang bercita-cita menjadi aktor hebat tapi bernasib masih mendapat kesempatan peran-peran kecil. Bahkan karena tidak punya uang, ia sampai menginap di masjid.
Konflik dimulai ketika pada usia 70-an, Sun jatuh sakit, dan rumah makan diambil alih oleh Hendra, yang memutuskan akan melayani secara eksklusif masakan dari daging babi dan mengasingkan pelanggan Muslimnya. Menuk yang mengalami masalah saat Soleh mengatakan bahwa ia berencana untuk menceraikannya. Kemudian, Rika yang merasa stres karena ia telah dirawat oleh tetangganya dan keluarganya yang telah berpindah agama ke Katolik dari Islam. Selain itu, anaknya yang bernama Abi juga menghadapi pengucilan Kisah yang berputar pada permasalahan masing-masing keluarga dan perorangan tadi, sesuai dengan masalah sosial masyarakat yang sering ditemukan di Indonesia, yaitu kebencian antar etnis atau agama.Â
Selain itu, radikalisme agama dalam bentuk peristiwa penusukan pastor dan bom di gereja, perusakan restoran, juga usaha-usaha untuk menengahinya. Sebenarnya dalam film Tanda Tanya, Hanung tidak membicarakan soal benar atau salah dalam film tersebut. Namun lebih menitikberatkan soal hubungan antar manusia. Sesuai yang dikatakan Menuk dalam film ini, "Tuhan mengajarkan cinta melalui agama yang berbeda-beda." Dengan kata lain, toleransi beragama menjadi tema utama dalam filmnya ini.
Alur cerita yang menarik dari film Tanda Tanya ini berhasil mendapat 9 nominasi Festival Film Indonesia pada tahun 2011 dan memenangkan Piala Citra untuk Sinematografi Terbaik. Meskipun begitu, kemunculan akan film ini menuai sejumlah kontroversi. Sebuah organisasi masyarakat sempat mengecam keras peredaran film Tanda Tanya. Menurut mereka, film ini terlalu liberal dan tidak sesuai dengan pandangan ormas tersebut. Kelompok Islam konservatif Front Pembela Islam menentang film ini akibat pesan pluralismenya. Banser, sayap pemuda NU, juga mengecam film ini karena adanya adegan yang menayangkan anggota Banser dibayar untuk melakukan tugas-tugas amal mereka. Mereka bersikeras bahwa hal tersebut tidaklah benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H