Di masa revolusi industri yang semakin berkembang, jurnalisme dihadapkan pada sesuatu yang berhubungan dengan teknologi yaitu jurnalisme robot. Jenis jurnalisme yang satu ini disebut-sebut sebagai bentuk perkembangan dari Artificial Intelligence  (AI) dan machine learning yang memasuki dunia jurnalistik.
Dalam bahasa latin jurnal disebut dengan diurnalis 2, artinya orang yang melakukan kegiatan jurnalistik. Jurnalistik merupakan kegiatan yang dilakukan perseorangan dalam mencari, menyampaikan, mengobservasi, menyebarkan, informasi kepada masyarakat.
Dalam praktiknya, jurnalisme dibagi menjadi beberapa jenis yaitu jurnalisme multimedia, jurnalisme hiburan, jurnalisme sastra, jurnalisme kuning, dan masih banyak lagi.Â
Yuk kita simak!
Artificial Intelligence (AI)Â
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan sebuah robot yang dirancang agar dapat meniru kecerdasan manusia. Hal inilah yang membuat teknologi bisa melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan manusia dan membutuhkan  kecerdasan seperti analisa, pengambilan keputusan, membuat berita, dan lain-lain.
Industri AI yang sudah ada  sejak tahun 1970-an ini memiliki kelebihan yang digadang-gadang melebihi kecerdasan murni manusia yaitu konsisten dan teliti, bersifat permanen, dan dapat digandakan. Tak dapat dihindari, teknologi canggih ini semakin memudahkan pekerjaan manusia karena dinilai lebih efektif.
Jurnalisme Robot
Jurnalisme robot juga bisa didefinisikan sebagai sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan. Pada kenyataannya, media dan kantor berita mulai menerapkan jurnalisme robot atau jurnalisme yang dilakukan oleh mesin dan nyaris tanpa bantuan tangan manusia.Â
Dilansir dari Huffington Post, jurnalisme robot ini diterapkan oleh Los Angeles Times sejak 2014 ketika menulis berita tentang gempa bumi hanya dalam waktu tiga menit. Seorang jurnalis sekaligus programmer di LA Times mengatakan bahwa algoritma yang dibuat bernama Quakebot.Â
Quakebot merupakan praktik jurnalisme robot yang berkembang dan membuat pemilik media lain menjadi tertarik.Â
Sejak tahun 2015, CNN (Cable News Network) stasiun televisi dan berita ini juga memanfaatkan jurnalisme robot untuk pembuatan teks bagi pelanggan mereka di seluruh dunia melalui Facebook. Selain LA Times, kantor berita yang menerapkan jurnalisme robot ini adalah Associated Press (AP), Massachusetts, Washington Post, dan Bloomberg. Â
Mereka mulai mengembangkan AI dalam proses pembuatan beritanya. Pada awalnya AP hanya mampu memproduksi sekitar 300 berita per kuartal, namun setelah menerapkan robot AP mampu menghasilkan 3.600 berita per kuartal.Â
Massachusetts sudah menggunakan komputer untuk membaca artikel dari ribuan surat kabar, majalah, dan kantor berita, lalu dirangkum dan dikirim melalui faks ke 3.600 pelanggan setiap hari. Â Washington Post membuat teknologi heliograf yang mereka gunakan untuk olimpiade di Rio de Janeiro, sedangkan Bloomberg menggunakan robot untuk memproduksi berita ekonomi bahkan mereka sampai mengurangi jurnalis aslinya.Â
Dikutip dari Tirto.id, bahwa negara Israel melalui perusahaan bernama Articoolo telah berhasil membuat berita dengan tema yang sama dari algoritma komputer dan robot. Dalam proses pengerjaanya mereka mengatakan bahwa robot akan mencari berbagai sumber terpercaya yang kemudian akan disusun dan membuat konten tersebut menarik untuk dibaca.
Jurnalisme Robot di Indonesia
Di Indonesia sendiri, Artificial Intelligence (AI) tidak sekompleks di negara China maupun di negara-negara lainnya. Namun salah satu penerapan teknologi ini sudah dirasakan dalam bentuk yang lebih sederhana salah satunya teknologi chatbot. Â
Chatbot merupakan program komputer yang dirancang untuk memancing percakapan dengan para pengguna baik dalam bentuk teks maupun audio. Biasanya kamu bisa menemukan chatbot  di aplikasi berbasis pesan seperti telegram, whatsapp, atau line.Â
Dilihat dari survey tahunan yang dirilis pada Juli 2018, adopsi AI di Asia Tenggara memang meningkat dengan Indonesia sebagai pemimpin tren positif. Hal ini karena sebanyak 24,6% perusahaan di Indonesia telah mengadopsi AI, kemudian disusul dengan negara lain seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia.Â
Keadaan tersebut kemudian didukung oleh Pemerintah Indonesia dalam hal regulasi untuk mempersiapkan roadmap seperti pada e-commerce.
Di indonesia salah satu media berita yang menggunakan jurnalisme robot ini adalah beritagar.id yang sekarang beralih ke Lokadata.id. Konsep dari jurnalis robot disini adalah informasi yang telah terkumpul tidak langsung terposting di laman Lokadata.id, tetapi akan diedit dan diperiksa kembali oleh kurator.Â
Proses dari pengeditan hingga tahap akhir tersebut dinamakan dengan gatekeeping. Gatekeeping adalah proses pemilihan atau tahap seleksi yang diperoleh dari berbagai sumber dan diolah dalam bentuk pesan komunikasi. Setelah itu, pesan komunikasi tersebut akan dirilis dan disebarkan ke publik setiap hari.Â
Sebagai gatekeeper, kurator lah yang menentukan informasi apa yang harus disampaikan ke publik dan memutuskan produk mana yang bisa masuk ke sistem. Mereka juga menjadi kontrol atas pengetahuan publik terhadap informasi tertentu, sehingga dalam hal ini peran manusia di lokadata.id tetap diperlukan.Â
Secara khusus, pada tanggal 25 Februari 2018 lokadata.id membuat kolom robotorial yang berisi informasi tentang pasar saham, prediksi pertandingan, cuaca, harga emas, analisa gempa bumi, dan suhu. Sehingga secara nyata kolom ini dapat menyajikan analisa serta data terkait tema tersebut.
Saat ini, jurnalis robot di Lokadata.id yang digunakan untuk produksi konten disebut dengan Robotorial. Biasanya, robot akan menyeleksi teks yang sudah disiapkan manusia berdasarkan konteks dan data temuan.Â
Hal ini seperti teks template yang sering kamu temui di beberapa aplikasi atau website, karena robot tidak bisa menyusun kata-kata sendiri seperti manusia.Â
Disamping itu, lokadata.id memiliki dua robot bernama Semar dan petruk. Semar diibaratkan sebagai robot yang bertugas untuk merekomendasikan artikel berdasarkan kesamaan isi.Â
Sedangkan Petruk diibaratkan sebagai mesin yang bertugas untuk meringkas tulisan atau konten. Ringkasan itu kemudian akan diedit dan dirapikan oleh editor manusia sebelum akhirnya di publish.
Hal ini membuat hampir seluruh platform media siber di lokadata.id didominasi oleh jurnalis robot. Bahkan dari segi jumlah, jurnalis robot lebih banyak menghasilkan artikel daripada manusia.Â
Dari keterangan tersebut, lokadata.id sejak awal telah meminimalkan jumlah jurnalis manusia, karena kehadiran  robot sudah dianggap cukup efektif.Â
Beberapa dari kalian mungkin menanyakan bagaimana akurasi dari konten yang dihasilkan oleh robot. Dalam dunia jurnalisme akurasi diibaratkan sebagai dasar atau jiwa utama yang harus diperhatikan.Â
Saat itu jurnalis robot di  LA Times pernah membuat kesalahan atas berita peringatan gempa yang disebarkan kepada publik, namun kenyataanya masyarakat California tidak merasakan gempa sekali.
Lokadata.id dari segi akurasi, mereka memiliki waktu sekitar 15- 30 untuk melengkapi dan memastikan data-data sudah tertulis dengan benar.Â
Selain itu, semua data yang akan dijadikan bahan konten sudah dipastikan berasal dari sumber yang terpercaya. Segala proses yang dilakukan oleh robot ini sudah teratur karena sudah dirancang sedemikian rupa oleh tim Lokadata.id.
Nah itu dia penjelasan mengenai jurnalisme robot dan penerapannya dalam Lokadata.id. Semoga artikel ini bermanfaat ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H