Katanya,
"Aku ingin menjadi yang berbeda."
Ungkapnya,
"Aku tak suka menjadi seperti yang ada."
Dipandangnya dengan rendah,
Hikmat yang dari dahulu kala.
Orangtuanya memberikan petuah,
Namun mulutnya senantiasa menyela.
Jawabnya,
"Jaman sekarang tidak seperti dahulu."
Lanjutnya,
"Jangan sampai kesenanganku berlalu."
Wahai sang waktu,
Kiranya engkau berkenan,
Membuka lembaran jaman,
Saat umur orangtuanya berkepala satu.
Kata mereka saat itu,
"Kami ingin menjadi yang berbeda."
Ungkap mereka saat itu,
"Kami tak suka menjadi seperti yang ada."
Tidak dihiraukan orangtua mereka,
Nasehat mereka tidak diindahkan.
Kini mereka menyesal telah berdurharka,
Tak ingin kebodohan ini mereka turunkan.
Bekerjasamalah denganku,
Berilah pelajaran pada anak itu!
Kau dan aku dalam sekutu,
Jangan biarkan mulutmu terkaku!
Yang baru tak selalu benar,
Yang lama tak selalu salah.
Dengan hati hendaknya bersabar,
Dengan hikmat hendaknya menelaah.
Oh alangkah bodohnya.
Asanya menjadi berbeda,
Nyatanya tiada selisihnya.
Angannya sehambar sayur selada!
Taati orangtuamu dan jadilah unik,
Kelak takkan sulit kau ajar anakmu.
Abaikan orangtuamu dan jadilah picik,
Kelak keturunanmu mengabaikanmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI