Terhempas di depanku,
Membujur dengan gagahnya,
Suatu aliran yang tak terhenti,
Tiada pasang tiada surut,
Tak bermula tak berhenti,
Tidak ada yang berubah,
Sungai yang mengalir tenang.
Berbaris di sampingku,
Juga di seberang sana,
Umat manusia di tepian,
Lamban mengambil air itu,
Dalam benaknya berkata,
"Air ini akan selalu ada,"
Sungai yang mengalir tenang.
Ketenangan yang menakutkan,
Andai kau mau peduli,
Ajarilah mereka tentangmu,
Tentang cepatnya aliranmu,
Kau yang menghanyutkan air,
Yang ada segera tiada,
Sungai yang mengalir tenang.
Kuambil sebutir kerikil,
Riak muncul dari lemparan,
Berjalan di depan khalayak,
"Wahai, lihatlah riak itu!"
Dan aliran menghanyutkannya,
Enggan mereka belajar,
Waktu yang mengalir tenang.
Yang lalu telah terhanyut,
Yang kini menyongsong esok,
Semuanya sudah telat,
Tetapi tidak terlambat,
Sebelum kini jadi yang lalu,
Hendaknya engkau bergiat,
Waktu yang seperti sungai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H