Ditiup angin yang berhembus pelan,
Terpapar oleh hangat sinar sang surya,
Berpentaskan tarian halus rerumputan,
Raungan hati tiada habisnya,
Ketenangan yang bising.
Pagi datang dengan malas,
Disusul siang yang tidak cekatan,
Sore dengan hujan yang tak kunjung deras,
Dalam batin bak rangkaian petasan,
Ketenangan yang bising.
Ah kawan,
Andai kau dapat selami batinku,
Andai kau dapat telusiri hatiku,
Buka telingamu dan dengarlah,
Sebuah kebisingan.
Tetapi kau ada di sana,
Tenggelam dalam hiruk pikuk,
Dengan kesemarakan bermabuk,
Bermandikan kegirangan yang tak terhenti,
Sebuah kebisingan.
Ke tempatmu aku berpindah,
Di mana sobat-sobatmu berayaan,
Berharap kepenatanku bersudah,
Dan ke kaummu aku kan melayan,
Kebisingan yang tenang.
Auman hati oleh riuh tertimpa,
Kecemasanku kini tersingkirkan,
Kemenanganku ternyata hampa,
Ketenganku ada dalam kebisingan,
Kebisingan yang tenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H