Dengan keputusan ini, satu sepeda motor kami jual dengan penuh pertimbangan. Saya sendiri hanya menggunakan sepeda motor saat pergi ke kampus, sementara ayah dan ibu menggunakan transportasi umum untuk berangkat bekerja.
Itu juga karena akses transportasi umum ke kampus saya belum sepenuhnya ada.
Yang lebih lucu adalah tentang TV di rumah saya. Di Indonesia, pemerintah telah menerapkan kebijakan yang mewajibkan setiap rumah tangga memiliki set top box untuk menerima sinyal televisi digital.Â
Namun, kami memutuskan untuk tidak membelinya. Sehingga, TV yang kami miliki tidak lagi digunakan untuk menonton siaran televisi setelah siaran analog dihapuskan.
Biasanya, hanya ibu saya yang menonton TV, dan dia memilih untuk beralih ke menggunakan jaringan data untuk menonton siaran televisi digital.Â
Saya menyadari keputusan ini tidak hanya soal penghematan anggaran rumah tangga, tetapi juga mengurangi penggunaan perangkat elektronik yang tidak terlalu diperlukan.
Semua keputusan ini sebenarnya tidak diambil dengan tujuan khusus untuk menghemat energi.Â
Keputusan tersebut lebih merupakan hasil dari keadaan dan kebiasaan baru yang kami temui ketika pindah ke rumah baru.Â
Namun, setelah melihat kembali, saya menyadari bahwa pilihan-pilihan ini sebenarnya juga membantu dalam upaya penghematan energi.
Pada pengalaman saya dan keluarga, penghematan energi terjadi secara kebetulan, tapi ternyata tetap memiliki dampak positif.Â
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa penghematan energi bukan hanya tentang tindakan besar yang terencana dengan baik, tetapi juga tentang kesadaran sehari-hari dan pilihan-pilihan yang mungkin tampak kecil, tetapi memiliki dampak besar.Â