Ketika saya pertama kali memasuki perguruan tinggi, saya penuh semangat dengan ekspektasi dan harapan yang tinggi.Â
Saya membayangkan bahwa perguruan tinggi adalah tempat yang penuh dengan kegiatan intelektual, wadah untuk mengembangkan potensi diri, dan tempat untuk berdiskusi tentang isu-isu yang relevan dalam masyarakat.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, saya semakin menyadari bahwa banyak organisasi kampus sebenarnya tidak lebih dari event organizer. Mungkin hal ini juga dibatasi oleh AD/ART yang sudah dibuat.
Organisasi kampus, yang seharusnya menjadi wadah untuk pengembangan diri dan penggalian ilmu, sering kali hanya fokus pada penyelenggaraan acara-acara.Â
Tentu saja, acara sosial ini memiliki tempatnya sendiri. Namun masalahnya adalah ketika organisasi kampus tidak lagi berfungsi sebagai sarana pembelajaran, kepemimpinan, dan pengembangan intelektual.
Saya menghabiskan dua tahun pertama di perguruan tinggi saya dengan aktif bergabung dalam berbagai organisasi kampus. Awalnya, saya merasa senang dengan berbagai acara yang diselenggarakan, seperti konser, pameran, dan workshop.Â
Namun, ketika saya mulai mendalami lebih dalam apa yang sebenarnya dilakukan oleh organisasi-organisasi ini di luar acara-acara tersebut, saya semakin merasa bahwa ada yang salah.
Pertama-tama, banyak organisasi kampus tampaknya hanya peduli dengan jumlah pengunjung yang hadir dalam acara mereka.Â
Mereka menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mempromosikan acara mereka, tetapi kurang peduli dengan dampak yang sebenarnya dari acara tersebut.Â