Sejujurnya, saya tahu ini adalah perilaku yang tidak sehat, tapi saya tidak bisa berhenti. Mengapa begitu? Saya merenung sambil mengetikkan alasan-alasan mengapa saya, dan mungkin banyak orang lain, masih melakukan hal ini.
1. Merasa tidak terima dan masih terobsesi karena rasa sakit akibat putus
Saya ingat betul ketika hubungan dengan mantan berakhir, seperti sebuah ledakan emosi yang menghantam diri. Dan kemudian datanglah fase denial. Saya masih terobsesi dengan dia, dan stalking media sosialnya adalah cara bagi saya untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang begitu dalam.Â
Saya tak ingin merasakannya, jadi saya sibuk dengan apa yang dia lakukan di dunia maya. Tapi sebenarnya, itu hanya menghambat proses penyembuhan diri sendiri.
2. Belum siap melepaskan
Saya menyadari bahwa saya belum siap untuk benar-benar melepaskan. Putus cinta membawa perasaan kehilangan yang membingungkan. Seseorang yang selalu ada di samping saya tiba-tiba lenyap dari kehidupan saya.Â
Inilah saatnya saya merasa bahwa dengan terus mengikuti perkembangan mantan di media sosial, saya masih bisa merasakan koneksi dengannya. Tapi pada akhirnya, itu hanya memperpanjang proses kesedihan yang mendalam.
3. Masih mencoba mencari jawaban
Ketika perpisahan terjadi begitu saja, saya merasa seperti ada begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab. Saya ingin tahu apa yang salah, mengapa ini harus terjadi, dan apa yang dia rasakan sekarang.Â
Jadi, saya terus-menerus memeriksa media sosial mantan, berharap bisa menemukan petunjuk atau jawaban. Tapi saya sadar bahwa stalking media sosialnya tidak akan memberikan jawaban yang memuaskan.
4. Kamu mau tahu apakah setelah putus, mantanmu baik-baik saja atau tidak
Putus cinta membuat kita meragukan segalanya. Saya ingin tahu apakah dia baik-baik saja setelah perpisahan itu, atau apakah dia juga merasa sedih seperti saya. Saya tahu bahwa melalui media sosial, orang seringkali hanya memposting momen bahagia mereka. Tapi saya ingin tahu lebih banyak, meskipun sebenarnya hal itu tidak akan membantu saya move on.
5. Masih ingin balikan
Alasan terakhir yang membuat saya terus stalking adalah karena saya masih memiliki perasaan untuknya. Saya berharap bahwa dengan terus mengikuti setiap aktivitasnya di media sosial, ada kemungkinan kami bisa kembali bersama. Tapi saya tahu dalam hati bahwa hal ini tidak realistis. Terus-menerus memeriksa media sosial mantan hanya membuatku terjebak dalam masa lalu yang tidak akan kembali.
Mengakui alasan-alasan ini membuat saya menyadari bahwa saya perlu menghentikan kebiasaan ini. Stalking mantan di media sosial hanya memperpanjang rasa sakit dan menghambat proses penyembuhan diri. Saya tahu sekarang bahwa langkah pertama untuk benar-benar move on adalah melepaskan dan fokus pada hidup saya sendiri.
Solusi Menghadapi Situasi Tersebut
Ada beberapa solusi yang mungkin bisa kita lakukan ketika kita terjebak dalam situasi di atas, cara-cara ini juga saya terapkan dalam kehidupan saya.
1. Kenali Dirimu Luar dan Dalam
Saya tahu bahwa untuk pulih, saya perlu mengenali diri dengan lebih baik. Jadi, saya memutuskan untuk melakukan refleksi diri yang mendalam.
Saya mulai dengan pertanyaan sederhana,Â
"Siapa aku sebenarnya? Apa yang aku suka dan tidak suka?"Â
Saya mencatat semua hal tersebut dalam sebuah jurnal. Ini merupakan momen penting untuk menemukan identitas diri yang mungkin telah terkubur selama hubungan tersebut. Saya menemukan bahwa saya memiliki minat dan hobi yang selama ini harusnya kulakukan, seperti menulis dan bermain musik.
Selain itu, saya juga berusaha lebih dalam lagi. Saya mencari tahu tentang emosi-emosi yang sedang saya rasakan. Saya mencatat bagaimana saya merasa setiap hari dan mencoba mengenali pola-pola emosional.Â
Hal ini membantuk saya lebih memahami perasaan-perasaan yang terkadang sulit untuk diungkapkan. Refleksi diri ini mengajarkan saya bahwa mengenali diri adalah langkah pertama dalam perjalanan menuju self-love yang sejati.
2. Miliki Harga Diri yang Tinggi
Setelah mengenali diri dengan lebih baik, langkah berikutnya adalah membangun harga diri yang tinggi. Saya sadar bahwa selama ini saya mungkin terlalu banyak mengorbankan diri sendiri demi hubungan. Saya merasa seperti saya harus selalu berusaha keras untuk membuat orang lain bahagia, bahkan jika itu berarti merendahkan harga diri sendiri.
Tapi kemudian saya menyadari bahwa merendahkan diri sendiri tidak akan membantu siapapun, termasuk diri saya sendiri. Saya berhenti menjadi desperate person yang selalu mengejar orang yang tidak layak untuk saya. Saya belajar untuk menghargai diri sendiri, menempatkan diri di tempat yang lebih baik.
3. Ketahui Bahwa Kamu Layak
Mengenali dirimu dan membangun harga diri yang tinggi akan membawamu pada kesadaran bahwa kamu benar-benar layak mendapatkan yang terbaik dalam hidupmu. Saya mulai memahami kemampuan, kelebihan, dan kekurangan dengan lebih baik. Saya tahu bahwa saya adalah individu yang berharga, dan tidak perlu terlalu lama terpuruk dalam kesedihan karena putus cinta.
Saya juga mulai memandang perpisahan sebagai salah satu fase dalam kehidupan. Saya mengerti bahwa ini adalah pengalaman yang akan membentuk dirik dan membawa saya menuju pertemuan dengan seseorang yang lebih baik. Keyakinan bahwa saya layak mendapatkan yang terbaik membantu saya melewati masa-masa sulit dan merasa lebih kuat untuk menghadapi masa depan.
4. Lakukan Self Care
Akhirnya, saya memutuskan untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada self-care. Saya sadar bahwa baik laki-laki maupun perempuan perlu merawat diri mereka sendiri sepanjang waktu, bukan hanya ketika putus cinta. Saya memulai rutinitas yang teratur, tidur yang cukup, dan menjalani gaya hidup yang lebih sehat secara umum.
Selain itu, saya mulai melakukan hal-hal yang membuat bahagia. Saya pergi jalan-jalan ke tempat-tempat yang saya suka, mencoba makanan enak, dan hal lainnya yang saya sukai. Semua ini bukan hanya untuk tampil lebih baik di mata orang lain, tetapi lebih untuk merasa baik tentang diri sendiri.Â
Ini adalah bentuk self-care yang memungkinkan saya untuk merasa lebih percaya diri dan bahagia, tanpa harus tergantung pada hubungan dengan orang lain.
Dengan menerapkan self-love secara utuh, saya belajar untuk menghargai dan mencintai diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Saya menemukan kebahagiaan yang sejati dalam diri sendiri, dan itu adalah kekuatan terbesar untuk melewati masa-masa sulit dan meraih kebahagiaan sejati.Â
Self-love adalah kunci untuk bangkit setelah putus cinta, dan saya sangat berterima kasih telah menemukannya dalam perjalanan hidup.
Penutup
Dalam perjalanan melewati kesedihan dan putus cinta, saya belajar satu hal yang sangat berharga, self-love adalah kunci untuk meraih kebahagiaan sejati. Melalui refleksi diri, membangun harga diri yang tinggi, mengetahui bahwa kita layak mendapatkan yang terbaik, dan melakukan self-care secara konsisten, kita dapat menemukan kebahagiaan yang tak tergantung pada hubungan dengan orang lain.
Putus cinta adalah bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, tetapi dengan self-love, kita dapat menjalaninya dengan lebih baik. Kita belajar untuk mengenali dan mencintai diri sendiri, sehingga tidak lagi terjebak dalam siklus merendahkan diri atau keputusasaan. Kita belajar untuk menghargai diri kita sendiri dan memprioritaskan kebahagiaan dan kesejahteraan kita.
Mungkin saja perjalanan menuju self-love bukanlah hal yang mudah, tetapi itu adalah investasi terbaik yang dapat kita lakukan untuk diri kita sendiri. Kita menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bahagia, dan lebih mampu menghadapi masa depan dengan keyakinan diri yang tinggi.Â
Jadi, meskipun putus cinta mungkin pernah melukai hati kita, dengan self-love, kita dapat merajutnya kembali, lebih kuat daripada sebelumnya. Mari berjalan menuju kebahagiaan sejati dengan cinta pada diri sendiri sebagai pedoman kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H