Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena "Shrinkflation", Saat Ukuran Produk Menyusut Namun Harga Tetap

10 September 2023   00:38 Diperbarui: 10 September 2023   01:01 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi produk. (Unsplash/Denny Muller)

Shrinkflation - Pernahkah kalian merasa bahwa sesuatu tampak sedikit berbeda saat berbelanja? Mungkin sebatas rasa aneh ketika menggenggam botol minuman favorit atau saat membuka kemasan cemilan yang tampaknya lebih cepat habis daripada biasanya. Tidak, itu bukanlah trik mata atau perasaan belaka. 

Apa yang kalian alami mungkin adalah bagian dari fenomena yang dikenal sebagai "shrinkflation", di mana ukuran atau isi sebuah produk berkurang, namun harganya tetap sama. Fenomena ini telah menjadi topik hangat di kalangan konsumen dan industri, mengingat dampaknya yang luas dan implikasinya terhadap kebiasaan belanja kita.

Kenapa Shrinkflation Terjadi?

Fenomena shrinkflation muncul sebagai respons dari produsen terhadap berbagai tantangan ekonomi dan psikologis. Salah satu pendorong utamanya adalah kenaikan biaya produksi, termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja. Daripada menaikkan harga yang berpotensi kehilangan konsumen, produsen cenderung mengurangi ukuran atau isi produk. 

Dari sisi psikologis, konsumen seringkali memberikan reaksi negatif terhadap kenaikan harga. Namun, konsumen cenderung kurang peka atau mungkin tidak menyadari perubahan ukuran produk, memberikan perusahaan kesempatan untuk mempertahankan pelanggan sambil menjaga keuntungan. 

Selain itu, di tengah ketidakstabilan ekonomi, sensitivitas konsumen terhadap perubahan harga meningkat. Dalam situasi seperti ini, shrinkflation menjadi strategi alternatif bagi perusahaan untuk tetap kompetitif di pasar tanpa harus mengubah harga.

Dampak Terhadap Konsumen

Meskipun fenomena shrinkflation mungkin terlihat sepele pada awalnya, namun dampaknya terhadap konsumen cukup signifikan. Salah satu masalah utama yang dihadapi konsumen adalah kurangnya transparansi. 

Ketika membeli produk, konsumen seringkali berharap mendapatkan volume atau ukuran sesuai dengan yang diperkirakan, tetapi shrinkflation menyebabkan konsumen mendapatkan lebih sedikit dari yang diharapkan sebelumnya, menimbulkan rasa tertipu. 

Selain itu, meskipun secara nominal harga produk tetap, nilai uang konsumen sebenarnya menurun karena mereka mendapatkan lebih sedikit produk untuk jumlah uang yang sama, seolah-olah mengalami inflasi yang tersembunyi. Hal ini semakin diperparah ketika konsumen menyadari praktik shrinkflation dan merasa tidak puas. 

Kekecewaan ini dapat menyebabkan perubahan terhadap persepsi merek, yang pada nantinya dapat memengaruhi citra merek di mata konsumen dan mengurangi loyalitas konsumen.

Shrinkflation Sudah Tak Asing dalam Industri F&B

PepsiCo dengan strategi shrinkflation. (Sumber: Intrics)
PepsiCo dengan strategi shrinkflation. (Sumber: Intrics)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun