Mohon tunggu...
Benny Kalakoe
Benny Kalakoe Mohon Tunggu... profesional -

Hidup itu indah kalau dibagikan...La vida es bella cuando la compartes...Life is beautiful when you share it.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alfonsa Horeng, Duta Tenun Ikat dari Nusa Nipa (Flores)-Indonesia

24 Mei 2013   02:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:07 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_263216" align="alignleft" width="300" caption="Bu Alfonsa Horeng memberikan ceramah tentang Tenun Ikat Nusa Nipa di hadapan mahasiswa/i Universitas San Marcos"][/caption] Penampilannya  sederhana dan alamiah. Gaya bicaranya “to the point”. Kulitnya hitam manis dan selalu tersenyum. Melihat dirinya pasti sudah bisa ditebak berasal dari Flores. Dan memang dia berasal dari Maumere Flores. Tetapi dia bukan sembarangan perempuan dari Nusa Nipa (Nusa Nipa/Naga adalah nama asli Pulau Flores sebelum dinamakan Flores oleh orang Portugis).  Dia adalah Ratu Tenun Ikat dari Nusa Nipa yang sudah melanglangbuana di jagat ini untuk memperkenalkan Tenun Ikat dari Flores dan berbagai hasil tenun lainnya dari NTT-Indonesia.

Saat Maestra Alfonsa memperkenalkan Tenun Ikat Flores di Peru banyak orang berpikir bahwa tenunan seperti ini juga ditemukan di Peru. Tetapi setelah mereka dengar dan menyaksikan sendiri proses pembuatannya mereka akhirnya tahu bahwa mungkin motifnya hampir sama, tetapi proses, nilai dan fungsi sosial kain tenun NTT sangat berbeda dengan apa yang mereka lakukan.

Misalnya saja, Tenun Ikat Flores ini dibuat dalam 45 langkah. Bahan dasar utamanya adalah kapas (algodón). Sementara di Peru bahan dasar utamanya adalah bulu dari binatang llama atau yang dikenal dengan sebutan alpaca. Kapas sangat cocok di Indonesia karena daerahnya panas sementara bulu alpaca cocoknya untuk daerah dingin, sehingga banyak digunakan oleh masyarakat asli di Pegunungan Andes seperti Cusco. Bahan pewarnanya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitar rumah atau kebun di kampung mereka di Flores. Para Ibu di Flores mengetahui dengan pasti pigmen warna di setiap tumbuhan atau pohon yang mereka ambil untuk menghasilkan warna. Mereka mengambil daun, batang atau akar tanaman, lalu diekstraksi dengan cara dimasak atau fermentasi dll. Lalu muncullah warna yang diinginkan. Hal yang unik dari Tenun Ikat, khususnya di Maumere, adalah metode pembuatannya dengan mengikat. Nampaknya metode ini hanya ada di Maumere Flores. Sehingga menghasilkan berbagai motif khas yang diinginkan.

[caption id="attachment_263217" align="alignright" width="300" caption="Memperkenalkan teknik Tenun Ikat di penjuru dunia"]

13693361011566994369
13693361011566994369
[/caption]

Untuk menghasilkan sebuah kain tenun ikat dibutuhkan maksimal 9 bulan. Sebuah proses yang cukup lama. Proses pembuatan “karya seni” (obra de arte) ini memiliki nilai pendidikan yang sangat tinggi bagi para perempuan di NTT. Mereka harus bangun pagi-pagi untuk memulai tenun sebelum menyiapkan makanan pagi dan pergi ke kebun. Setelah itu waktu luang mereka juga digunakan untuk menenun. Kesabaran dan ketekunan menjadi semangat dasar perempuan NTT untuk menghasilkan karya seni ini. Tidak hanya itu pengetahuan kognitif bagaimana menuangkan motif yang ada dalam pikiran mereka diatas ikatan dan sambungan-sambungan benang merupakan karya seni tingkat tinggi. Mereka tidak butuh kertas untuk menggambarnya. Mereka harus memikirkannya di kepala mereka dan langsung membuatnya diatas benang-benang yang mereka kaitkan. Sebuah ketelitian tingkat tinggi. Karena kalau salah menyambung pasti motifnya salah.

Simbol kedewasaan perempuan di Flores dulu adalah keberhasilan mereka menenun. Kesabaran, ketekunan, ketelitian, kecekatan dan kepintaran yang mereka alami dalam pembuatan kain tenun menjadi sekolah yang menghantar mereka menuju kedewasaan. Kalau seorang pria datang meminang seorang perempuan, pihak perempuan akan memberikan kain hasil tenunannya dan makanan yang lezat kepada pihak laki-laki. Dan setelah menikah, mereka terus menjalankan profesi ini dengan tekun.

[caption id="attachment_263218" align="alignleft" width="300" caption="Memperkenalkan Tenun Ikat dari Nusa Nipa"]

13693361951100370765
13693361951100370765
[/caption] Bu Alfonsa Horeng yang tertarik dengan “tenun ikat” Maumere Flores ini, memutuskan untuk kembali ke kampungnya, dan menghidupkan kembali tradisi yang memiliki nilai seni sangat tinggi ini. Setelah belajar di Jawa dia kembali ke Flores dan membentuk koperasi para ibu penenun. Koperasi para ibu penenun ini berada di setiap kampung di Maumere Flores. Mereka bersatu untuk meneruskan warisan budaya yang tinggi ini. Ratusan ibu bergabung dalam koperasi ini selama 12 tahun. Tidak hanya itu mereka sudah mengembangkan koperasi ini sehingga berhasil menjadi atraksi turis dan menguatkan ekonomi rumah tangga mereka.

Bu Alfonsa Horeng yang mempromosikan Tenun Ikat NTT sudah melanglang buana ke penjuru dunia sambil membawa hasil karya para ibu di NTT. Promosi di tingkat internasional tidak hanya untuk menjual hasil karya seni mereka tetapi juga menjadi ajang untuk menghargai “obra de arte” yang begitu tinggi. Tidak mengherankan banyak mahasiswa atau orang asing yang ke Flores untuk meneliti proses pembuatan Tenun Ikat ini. Kali ini Bu Alfonsa Horeng melanglang buana di Amerika Latin (Chile, Peru, Panama, Mexico, Kuba dan Ekuador)  untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia yang begitu besar juga memiliki karya seni tinggi yang para artisnya adalah para perempuan atau ibu yang tinggal di kampung-kampung di NTT. Gracias Alfonsa Horeng, Ratu Tenun Ikat Nusa Nipa, NTT.

[caption id="attachment_263219" align="alignright" width="300" caption="Kain Tenun dari NTT ketika dijadikan pakaian kasual masyarakat dunia"]

13693363081309569669
13693363081309569669
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun