[caption id="attachment_318117" align="aligncenter" width="502" caption="-Ilustrasi, Anas di Iklan Antikorupsi Partai Demokrat. (KOMPAS.com)"][/caption]
..."I swear by Almighty God that I will tell the truth, the whole truth and nothing but the truth. "
Jujur itu mutlak. Bukan jujur kalau kepepet, jujur sepotong sepotong, dan jujur disini, bohong disana. Itu sih namanya jujur semau gue, atau mencoba sedikit jujur ketika terdesak.
Kicauan Anas Urbaningrum yang sangat terkesan menjurus kepada SBY dan Ibas bukan lagi keterangan baru yang bisa membuat Indonesia "goncang". Nyanyian senada sudah lama disuarakan Muhammad Nazaruddin maupun Yulianis yang mengindikasikan ada nama "Ibas" dalam buku catatan pengeluaran perusahaan yang menerima uang tunai dalam US Dollar sebesar 200 ribu.
Terlepas dari apakah Ibas yang dimaksud itu berarti Ibas anaknya Presiden SBY, atau Ibas lainnya di Indonesia. Toh kita semua menyadari bahwa menyebut nama Ibas tidak semerta merta mengharuskan seseorang menjadi tersangka tanpa bukti pendukung lainnya. Meskipun hampir seluruh rakyat Indonesia yang tidak bodoh lagi, dengan senyum simpul kalau ditanyakan, kemungkinan besar akan mengatakan .."Ya Ibas siapa lagi sih yang terkait dengan Partai Demokrat, dan memiliki kedekatan dengan Nazar sehingga begitu murah hatinya Nazar bagi bagi angpao 200 ribu dollar?".
Namun tetap menjunjung asumsi asas praduga tak bersalah, kita masih harus menunggu penyelidikan KPK selanjutnya sebelum bisa mengatakan dengan kepastian tanpa ragu bahwa Ibas yang dimaksud adalah sang putera Mahkota, anak SBY.
Sambil membawa bawa hasil audit independen tentang dana kampanye Partai Demokrat, Anas sepertinya cukup sumringah menunjukkan "prestasi" dirinya bisa membuka lembaran hitam Partai Demokrat dan SBY merupakan bagian tak terpisahkan disana.
Anas lupa bahwa dirinya juga erat terkait sebagai pemimpin Partai Demokrat dan jabatannya sebagai mantan anggota KPU sebelum meloncat masuk kedalam Partai Demokrat setelah ribut ribut terjadinya kecurangan massive selama pemilihan umum lalu dan penggelembungan suara untuk memenangkan Partai Demokrat ketika itu. Menjadi keheranan publik juga ketika ketua KPUÂ Nazaruddin Syamsuddin, Mulyana Kusumah dan Daan Dimara semuanya mencicipi hotel Prodeo, sementara Anas lolos melenggang keluar dari KPU dan berkarir di PD , sebagai "the rising star".
Sekali lagi, ini toh tidak juga bisa dibuktikan dengan gamblang, sehingga rakyat menerima hasil yang sudah disahkan dan memenangkan SBY sebagai Presiden dan Partai Demokrat as the ruling party.
Telat jujur ala Anas Urbaningrum tidak lebih dari pengulangan informasi selentingan yang sudah lama dicurigai memang terjadi kong kalikong diantara petinggi partai demi mendapatkan mega proyek berjumlah triliunan.
Lagak Anas yang sudah seperti di film film Hollywood, bahkan melaporkan Nazaruddin kepada polisi dengan delik pencemaran nama baik, seakan merupakan adegan sinetron yang tak layak tonton karena tidak ada ending yang menggambarkan klimaks suatu cerita. Laporannya menguap entah kemana, dan spesifiknya apa yang dicemarkan tidak pernah jelas.