Diberitakan di beberapa media online, acara debat antar Capres yang akan diselenggarakan KPU, oleh kubu Prabowo melalui Bara Hasibuan meminta tambahan satu slot lagi.
Saya justru heran, karena merasa bahwa lima kali debat sudah kebanyakan. Kalau hanya menumpahkan isi visi-misi yang sudah bisa dibaca di KPU apa lagi yang harus terlalu banyak diperdebatkan?. Yang dibutuhkan pasangan calon adalah waktu untuk membuktikan mereka akan mewujudkan apa yang sudah tertuang dalam visi-misi masing masing.
Berkaca dari pengalaman memilih Presiden yang lalu, ketika itu saya memilih SBY karena melihat gaya debatnya dan penampilan luarnya yang lebih "kinclong" dibandingkan Jusuf Kalla.
Saat itu suami saya sudah ketawa ketawa sendiri sambil terus mengatakan,..." duh.. makan tuh penampilan, obral deh tuh janji. "
Tapi dasar memang wanita adalah makhluk emosional yang cepat terayu lewat ungkapan kata kata, saya ngotot teguh berpendirian memilih SBY. Sekali lagi jujur saya menyesal. Melihat iklan SBY dan cara berdebat beliau yang excellent, ternyata tidak membawa perubahan signifikan (tidak enak juga bilang tidak ada perubahan) terhadap kehidupan berbangsa dan bertanah air.
Tetap saja sektor pendidikan kita tidak maju maju bahkan bisa dibilang mundur dengan pelaksanaan UN yang masih kocar kacir. Daya beli masyarakat kecil semakin lemah, sementara harga sembako mencekik leher. Pengangguran tetap bejibun. Soal SARA apalagi.... Kasus orang digebuki ketika berdoa dirumah masih saja terjadi, dan sampai pegel mata saya tiap minggu melihat sekumpulan jemaat gereja Yasmin, ibadah depan istana Presiden, tapi kok SBY bisa cuek saja tuh?.
Alasannya klise... kita serahkan sesuai prosedur yang berlaku. Duh yang namanya Presiden itu punya hak untuk memanggil yang terkait dalam suatu permasalahan agar dimintai keterangan dan menegaskan agar secepatnya diselesaikan.
Kalau Presiden sebagai pemimpin tertinggi negara tidak bisa melakukan itu, maka dimana wibawa Presidennya?. Jangan terus menerus bersembunyi dibalik jargon klise, Presiden tidak mau mengintervensi kasus hukum.
Oh, jadi menjelaskan permasalahan dan meminta penyelesaian yang baik secara tepat dan cepat dianggap mengintervensi?. Tapi punya waktu yah menjelaskan soal SMS gelap, soal bunda putri, mengadakan konvensi Partai, dan hal hal lain yang tidak esensi.
Kenapa saya harus jelaskan latar belakang soal debat dengan mengambil contoh SBY ?. Dulu saya terpesona dan memilih SBYÂ karena lihai dan apik dalam berdebat!.
Sekarang justru saya tidak antusias menonton debat antar Capres. Saya sudah memutuskan untuk memilih Jokowi-JK, tanpa harus melihat mereka berdebat di televisi, Bagi saya itu hanya buang buang waktu, dan seseorang yang pandai bicara belum tentu pandai bekerja dan konsisten dengan ucapannya.