Kemarin sore secara resmi tanpa perpecahan dan tarik menarik, PKB mengumumkan sudah berkoalisi dengan PDI-P setelah rapat gabungan dewan Tanfidz dan dewan Syuro yang diadakan di Jombang.
Aura dukungan PKB kepada PDI-P yang sudah lebih dulu berkoalisi dengan Nasdem mengajukan Jokowi sebagai Capres, telah lama berhembus meskipun baru kemarin diumumkan. Biasalah, bukan Cak Imin namanya kalau tidak menggeliat aktif sampai detik detik terakhir.
Rupanya beliau membaca artikel saya yang menuliskan lebih baik PKB cepat mengambil keputusan sebelum menjadi primadona kadaluarsa. Keputusan baik apapun, kalau sudah "terlambat", maka tidak lagi menjadi baik. Dalam politik tidak ada biar lambat asal selamat. Yang ada justru kalau lambat bisa nyungsep!.
Oleh karena itu kubu Gerindra tidak mau membuang waktu berlama lama mencari koalisi. Nampaknya persekutuan dengan PAN sudah mendekati final, hanya soal pengumuman dan menyelesaikan yang kecil kecil biar masuk barang itu!. Kelihatannya PKS juga sudah merapat dengan mengirimkan sinyal sinyal persyaratan tertentu. Kalau tiga partai ini sepakat, maka Prabowo sudah bisa lolos dengan total 26,19 persen dukungan gabungan partai Gerindra-PAN-PKS.
Ketika menyangkut PKB, maka nama Rhoma Irama sejenak tidak bisa dilepaskan begitu saja. Cukup banyak kalangan ( terutama Bang Haji sendiri) menganggap bahwa perolehan suara PKB naik pesat karena efek Bang Haji yang gigih berkampanye untuk PKB sebagai kandidat capres.
Soal benar tidaknya, semua itu relatif. Sampai saat ini tidak ada survey resmi yang secara spesifik menanyakan kepada setiap pemilih yang mencoblos PKB; apakah memilih PKB karena Bang Haji?. Mahfud MD juga bisa mengatakan bahwa suara PKB melejit karena beliau ikut digadang gadang sebagai capres PKB.
Yang pasti ada dua kenyataan mengenai PKB yang tak terbantahakan : 1. Suara PKB meningkat cukup tajam. 2. Meskipun cukup tajam peningkatannya, tapi tidak cukup ampuh untuk bisa mengusung Capres sendiri.
Nah, ini yang kurang dipahami oleh Bang Haji. Cak Imin cukup punya pengaruh dan kuasa secara internal PKB, tapi tidak berkuasa merubah Undang Undang Bang!. Jadi jangan terlalu memaksakan dirilah Bang!. Apa apa kalau dipaksakan jadi tidak enak, belum lagi nanti dicap melanggar hukum dan tidak tahu aturan.
Dalam beberapa komentar di artikel politik saya, ada yang menanyakan... Gimana kira kira nasib bang Haji yah jika pada akhirnya PKB mendukung Jokowi?.
Waduh.... Bang Haji aja bingung, kok nanya saya yah?. Ketawa dulu ahhhh..... kalau bingung ya pegangan dulu sambil meneguk segelas maia-es-teh-manis untuk menghilangkan kebingungan agar jernih memutuskan langkah tepat berdasarkan realita yang ada.