Saya tersentak menerima SMS dari seorang sahabat non-Kompasianer yang rajin membaca artikel saya,dan selalu menyemangati saya menulis. Isi SMS-nya begitu menyentuh hati sehingga saya tergerak menulis ini.
...." Kamu kok sepertinya sangat membela para laki laki... Apa mungkin karena latar belakang keluargamu, bahwa kamu memiliki ayah yang sangat baik dan kemudian menikah dengan suami yang baik?..."
Sejenak saya diam merenung... "ah masa iya artikel saya terkesan lebih membela pria dan melupakan kaum wanita?. Perasaan sih saya selalu berusaha untuk menulis secara objektif.", batin saya dalam hati.
Perlu saya jelaskan bahwa yang perlu dibela itu adalah yang benar tapi tidak mampu membela dirinya sendiri. Makanya itu kalau menyangkut urusan agama dan menjurus kearah sang Pencipta, Maha Besar Tuhan, maka saya justru merasa tidak layak untuk membela. Ikutin kata Gus Dur sajalah..,"Tuhan kok dibela?". Memangnya punya kekuatan apa saya membela Tuhan?. Lha saya ini manusia dengan banyak kekurangan juga meski menolak masuk kategori lusuh. Daripada koar koar membela Tuhan, lebih baik saya berbuat yang mendatangkan kebaikan kepada sesama. Itulah cara saya membela Sang Pencipta.
Perempuan perlu dibela?. Hari gini perlu dibela dari apanya yah kira kira? Pendidikan sudah merata, dan negara ini tidak membeda bedakan laki laki dan perempuan dalam menempuh pendidikan. Yang pintar tentu boleh bersekolah asal bisa membayar. Tidak pernah ada lagi saya mendengar bahwa bidang tertentu hanya boleh dimonopoli laki laki.
Kecuali dalam kasus perkosaan, saya mengecam keras pria pria pemerkosa. Menurut hemat saya, hukuman yang paling pas untuk pemerkosa adalah dipenjara minimal dua puluh lima tahun dan "anu"nya dipotong saja demi kemanan banyak wanita lain yang bisa kemudian menjadi korban.
Membela itu bukan soal perempuan atau laki laki, tapi definisi membela mungkin harus lebih dicondongkan kepada pemahaman bahwa jika kita peduli, maka kita menyuarakan yang benar. Wanita sekalipun kalau salah ya salah. Bukan karena seseorang itu berjenis kelamin wanita lalu mendapat pengampunan yang lebih banyak dan hukuman yang lebih ringan dari pria. Ini juga tidak adil bagi para pria. Benar dan salah tidak mengenal jenis kelamin kok. Dari kecil saya diajarkan hal itu oleh orang tua saya.
Sosok ayah selalu memiliki tempat istimewa dihati anak gadisnya, karena sosok inilah yang menjadi panutan dan teladan, kepada siapa ciri ciri laki laki yang baik dipelajari. Kemungkinan sangat besar saya tidak mempan ditipu dan digombali cowok karena ayah saya bukan tipe pria penggombal, dan sedari kecil saya tidak pernah kekurangan kasih sayang laki laki. Kepribadian sama, yang tegas, bertanggung jawab dan memiliki prinsip hidup sekaligus penyayang , yang saya lihat dalam diri ayah saya, terlihat juga pada suami saya.
Para ayah yang tentu mengasihi anak gadisnya, ingatlah bahwa anak laki lakimu akan tumbuh besar mengikuti keteladananmu, dan anak gadismu akan cenderung mencari calon suami yang setipe denganmu. Tanyakan kepada diri anda, apakah anda bangga dengan karaktermu?.
Kepercayaan diri anak gadis anda sangat besar ditentukan oleh sikap dan perlakuan anda sebagai ayah. Tumbuhkan rasa percaya diri yang besar di dalam jiwa anak gadis dengan selalu yakin akan kualitas dirinya dan mendidiknya dengan tegas, disiplin namun penuh kelembutan.