Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Muda Membutuhkan Pendekatan Psikologi Anti Sesat; Refleksi Kematian Ade Sara)

10 Maret 2014   18:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa hari saya gemas ingin menuliskan ini, sehubungan dengan kematian Ade Sara, yang dibunuh oleh Hafitd dan Assyifa, sepasang kekasih yang menurut hemat saya bukan hanya labil, tapi juga terganggu kejiwaannya dan membutuhkan pengobatan dan bimbingan kejiwaan.

Saya memiliki tiga anak yang tergolong  muda (remaja) , 20, 19 dan 15 tahun. Masa masa membesarkan mereka untuk tumbuh menjadi anak muda yang baik hati dan mengutamakan pendidikan, bukanlah pekerjaan mudah di jaman super modern dan canggih seperti sekarang ini.

Membaca artikel Pakde Kartono yang mengkritisi Psikolog Reza Indragiri, kegemasan saya makin bertambah. Apa jadinya anak muda di negara kita jika perbuatan keji dan sadis seperti yang dilakukaan dan diakui pelaku di media massa secara langsung dan terbuka, malah seperti dicari celahnya agar berkesan meringankan tindak kejahatan dan menjadi permisif dengan teori psikolog kebablasan.

Maaf, harus saya katakan Reza Indragiri justru menggiring pendapat pemirsa dan menanamkan opini yang salah kepada publik, seolah olah perbuatan pembunuhan yang direncanakan itu hanyalah sebuah keinginan untuk menyiksa atau membuat kapok Ade Sara karena faktor cemburu. Padahal pengakuan kedua tersangka secara langsung didengar oleh pemirsa diseluruh Indonesia bahwa mereka sudah seminggu merencanakan, bahkan mempersiapkan senjata "pembunuhan" agar eksekusi berjalan lancar.  Merencanakan untuk menyiksa justru lebih kejam daripada membunuh... karena yang tidak didalami Reza adalah apa motif pelaku untuk menyiksa ? Sara bukan sosok yang merebut Hafitd dari tangan Assyifa. Sara adalah mantan pacar yang tidak mengganggu hubungan Hafitd-Assyifa.

Justru dengan teori baru Reza Indragiri, secara  eksplisit menjelaskan kekejaman dua sejoli ini bahwa manusia bisa dengan gampangnya disiksa selama 36 jam, tanpa alasan, hanya karena hobby atau karena didorong cemburu tak beralasan. Untuk apa cemburu dengan mantan?. Toh mereka sudah pacaran?. Memberi pelajaran apa kepada Sara?. Apa kesalahan Sara yang harus diganjar dengan menyetrum, mencekik leher dan menyumpal koran di mulut dan membuatnya makan kertas ? Apa karena semata mata didorong keinginan dan kepuasan melihat orang lain menderita tersiksa secara fisik dan mental? Wah ini justru lebih kejam dari pembunuhan. Ini manusia berdarah dingin yang tidak mengenal belas kasih kepada sesama manusia.

Jika kita ingin memiliki generasi muda yang bertanggung jawab dan berakhlak baik, maka hentikan segala teori "omong kosong" psikologi ala Reza Indragiri. Jauh lebih bermanfaat Reza memberi masukan kepada pemirsa khususnya anak muda agar lebih dewasa menyikapi dinamika tantangan hidup yang harus dilalui mereka agar sukses dikemudian hari.

Terkait motif dan latar belakang, Reza sebagai psikolog (kalau dia seorang profesional yang baik), maka dia tidak boleh mengemukakan teori sendiri di depan publik yang menantang pengakuan pelaku, dan mencari cari sendiri  teori sesuai imajinasi sang Psikolog. Tidak ada kesan Hafitd dan  Assyifa berada dalam tekanan polisi.  Keduanya berbicara dengan lancar, sekaligus meminta maaf kepada keluarga korban, dan pernyataan yang dikemukakan selalu konsisten.

Psikolog menganalisa berdasarkan pengakuan pasien, bukan membuat teori baru dengan khayalannya sendiri dan justru menimbulkan kesan seolah olah Polisi yang bekerja tidak becus karena menginterogasi dengan cara yang salah dan terjadi penekanan psikologis terhadap pelaku.

Kalau Psikolog semuanya seperti ini, tidak heran remaja kita tumbuh dengan attitude senang menyalahkan orang lain, dan tidak memiliki tanggung jawab atas perbuatannya sendiri, serta semakin hilang rasa belas kasih terhadap sesama manusia. Mencari cari alasan dan menyalahkan situasi,  adalah cikal bakal pembentukan karakter yang tidak bertanggung jawab dan keji.

Ini teori psikologi sederhana ala saya, seorang ibu rumah tangga yang memiliki tiga anak remaja. Paling tidak saya sudah membuktikan terhadap anak sendiri bahwa mereka tumbuh dan sejauh ini  cukup dapat menghadapi kegalauan masa remaja dan urusan cinta cintaan secara wajar, bertanggung jawab dan mengutamakan pendidikan demi masa depan.

- Anak remaja harus diberi pemahaman bahwa dikecewakan orang lain adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan ini. Yang perlu diberi pengertian adalah bagiamana mereka  harus menyikapi kekecewaan sebagai proses pembelajaran hidup, agar jangan sampai larut dan menghancurkan masa depan hanya karena emosi kecewa sesaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun