Kali ini lupakan dulu blunder PDI-P dan keputusan Jokowi yang menurut saya tidak bijak mencalontunggalkan BG sebagai Kapolri. Lupakan dulu kejadian penahanan over-acting Polisi atas BW yang memang terkesan tidak wajar. Saya ingin mengkritisi Abraham Samad sebagai pimpinan KPK yang belakangan ini terkesan sangat lebay dan tidak jelas pernyataannya di berbagai kesempatan.
Bahwa KPK adalah lembaga tinggi negara yang paling dicintai rakyat Indonesia, itu jelas dan tidak usah diganggu gugat DPR, Kepolisian maupun Kejaksaan. Lembaga tinggi penegak hukum lainnya harus bercermin diri, mengapa KPK muncul. Kalau semuanya becus dan beres mengerjakan tugas secara professional dan korupsi tidak merajalela, tentu KPK tidak perlu ada.
Kenyataannya korupsi masih merupakan musuh nomor satu dan sumber pembawa kemiskinan. Masa depan generasi muda tergadaikan karena petinggi dan pejabat seperti tidak kenal malu menggarongi uang negara layaknya warisan nenek moyang pribadi.
Kenapa Jokowi dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia? Karena track-record beliau sebagai pejabat diketahui bersih dan beliau dikenal sederhana serta pekerja keras. Intinya rakyat Indonesia sekarang ini lebih menyukai Presiden yang jujur dan bersih ketimbang pandai dengan sederetan bintang di bahu dan gelar akademis berderet. Tidak perlu otak yang genius untuk membedakan ini milik pribadi dan mana punya negara. Yang diperlukan adalah integritas pemimpin yang solid dalam sikap dan selaras dalam tindakan maupun ucapan.
KPK adalah institusi yang di dalamnya terdiri dari petinggi-petinggi yang dipilih dan diseleksi oleh DPR dengan melihat rekam jejak dan konsistensi mereka sebagai professional di bidangnya masing-masing yang tentu harus bersih, jauh dari bau bau pencuri uang negara. Orang baik dengan track record bersih bukan berarti jaminan seratus persen tidak pernah salah atau tidak akan berbuat salah. Memiliki track record yang baik, bertendensi untuk lebih dapat dipercaya di masa depan.
Diberikannya status tersangka kepada BG memang bukan sesuatu yang terlalu mengagetkan publik. Urusan rekening gendut ini sudah sangat lama berhembus tapi kemudian senyap. Saya pribadi tidak merasa aneh dengan BG menjadi tersangka. Lha kalau menurut KPK sudah ada dua barang bukti yang sah, dan rekening anak BG yang masih berusia 19 tahun memang jumlahnya fantastis di luar kewajaran, tentu kita juga harus cukup fair menilai ini ada sesuatu yang janggal.
Yang sedikit mengganggu saya adalah soal timing dan kenapa hanya BG yang dijadikan tersangka oleh KPK dibawah Abraham Samad? Ada nama nama petinggi Polri lain seperti Da'i Bachtiar termasuk juga Plt Kapolri Badrodin Haiti.
Sementara dahi masih berkerut, kemudian muncul lagi pemberitaan Hasto bahwa AS pernah beberapa kali bertemu dengan petinggi PDI-P untuk digadang-gadang menjadi calon Wapres mendampingi Jokowi tapi kemudian kalah dengan JK. Muncul beberapa foto yang setengah menutupi wajah AS seakan tidak ingin dikenali.
Artikel ini tidak khusus membahas Hasto, karena saya menilai PDI-P juga tidak benar kalau sekarang baru ribut, tapi ketika itu diam-diam bertemu dengan AS. Saya justru sangat heran dengan sikap AS yang hanya selalu mengatakan " itu fitnah , tidak benar, dan KPK hendak dihancurkan."
Lho, ini bukan bicara soal institusi KPK Pak Samad! Ini bicara tentang Anda sebagai pribadi yang menduduki jabatan pemimpin KPK dan bertemu secara diam-diam dengan petinggi parpol untuk maju sebagai cawapres. Hak Anda untuk maju dan berpolitik. Tapi kalau itu memang merupakan pilihan, maka Anda perlu mengumumkan itu secara terbuka dan mundur dari pimpinan KPK dan bersaing secara sehat dengan cawapres lainnya.
Kalau sekarang sudah ribut dengan kekisruhan Polri vs KPK, Anda sebagai pribadi tidak boleh memanfaatkan kecintaan rakyat kepada KPK untuk menutupi keblunderan (kalau itu memang Anda lakukan). Untuk membuktikan integritas Anda sebagai pimpinan KPK bahwa cuap cuap Hasto itu tidak benar, Anda perlu (bahkan harus) melaporkan Hasto ke polisi agar diselidiki dan terungkap secara jelas kebenaran berita ini.