Terima kasih banyak atas segala perhatian dan doa dari rekan Kompasianer yang disampaikan lewat inbox, SMS, maupun lewat beberapa sahabat yang dekat dengan saya. Mohon doanya agar kiranya cuaca dapat segera berangsur normal, dan fasilitas umum dapat berfungsi kembali dengan baik Seumur umur saya tinggal di Manado, tidak pernah kejadian banjir sehebat ini, terjadi dalam waktu yang begitu singkat. Hujan dan angin keras dimulai pada Selasa malam, dan petir sambung-menyambung sepanjang malam sampai pagi. Rabu pagi saya masih mengantar si bungsu sekolah. Sebenarnya memang saya sudah menyarankan untuk tidak usah sekolah. Krystle anak bungsu saya memang terlalu tekun. Mungkin merasa ada beberapa tugas dan kewajibannya sebagai ketua kelas, maka dia tetap ngotot untuk sekolah. Begitu tiba di rumah, saya justru menerima banyak BBM dan SMS menanyakan apakah rumah saya baik dan aman. Pada saat itu juga, ketika hendak menyalakan TV, listrik padam. Rupanya sudah terjadi banjir bandang, dan kiriman air dari Minahasa serentak meluncur ke arah Manado. Empat sungai besar meluap pada waktu bersamaan.
Suami saya panik, begitu tiba di tempat praktek, rupanya dia mendapat berita bahwa seluruh Manado sudah kebanjiran. Pikiran kami langsung melayang ke Krystle. Sekolahnya sudah dibubarkan. Hendak menjemput si putri, seluruh akses untuk tiba di sekolahnya sudah ditutup. Banjir semakin meluap. Syukurlah sopir kami masih bisa menerobos dan menjemput Krystle di sekolah, namun sudah tidak bisa kembali ke rumah. Mereka terpaksa berhenti di rumah kerabat yang memiliki ruko bertingkat. Meski belum bisa sampai di rumah, paling tidak kami sudah merasa lebih tenang, putri kami sudah aman. Tadi malam Krystle sudah dijemput dan sekarang bersama dengan kami di rumah. Listrik dan air bersih terhenti. Beberapa kecamatan di Kota Manado memang tergenang cukup parah. Posisi rumah kami syukurlah terletak di daerah yang lumayan tinggi, jadi rumah dan mobil dalam keadaan aman. Namun lingkungan sekitar sangat parah, bahkan puluhan mobil terseret arus banjir bandang, bagaikan kotak korek api mengapung tak berdaya di tengah luasnya arus banjir yang membentuk sungai deras. Manado benar-benar terisolasi parah. Untung saja suplai air bersih dalam kemasan botol cukup. Untuk keperluan toilet, Â kami menggunakan air dari kolam renang. Dua hari ini benar-benar terasa hidup di era kuno. Tanpa listrik, gadget bahkan air ledeng tidak berfungsi. Kami mendapat berita buruk, seorang sahabat suami saya, kehilangan istri dan anaknya, tewas mengenaskan tertimpa longsor di daerah Minahasa.