Pasca bencana banjir bandang yang memporak porandakan Manado, akhirnya Wapres Boediono datang juga berkunjung, ingin melihat secara langsung situasi terkini kota Manado. Ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah memang sudah sangat besar, sehingga kunjungan yang seharusnya berdampak positif, malahan banyak disalah artikan oleh rakyat dan menganggap kunjungan pejabat ke daerah pasca bencana seperti ini, justru merepotkan dan menyusahkan. Bayangkan dalam kunjungannya selama lebih kurang 3 jam, jalanan dimana mana semakin macet, karena patroli dan penjagaan diperketat sedemikian rupa. Kondisi jalan raya yang memang masih menumpukkan sampah dimana mana, semakin terasa sesak. Belum lagi disebabkan beberapa jembatan yang patah, banyak ruas jalan yang harus berputar, dan yang tadinya dua arah menjadi satu arah. SBY Serba Salah! Mayoritas rakyat mengkritisi dengan pedas tindakan dan kegiatan SBY yang waktunya habis tersita demi urusan partai. SBY memang nampak jauh lebih bertanggung jawab sebagai Presiden Partai Demokrat, daripada Presiden untuk seluruh rakyat Indonesia. Sibuk mengurusi urusan PD  pada saat Manado kacau dan Sinabung meletus, serta banjir dimana mana. Akhirnya daripada terus dikritik dengan tidak sensitifnya Presiden kita terhadap penderitaan rakyat yang tertimpa bencana, maka SBY bagi bagi tugas dengan Wapres Boediono. Presiden meninjau korban Sinabung, Wapres ke Manado. Disayangkan, sebagai warga Manado, saya sendiri tidak merasakan manfaat apa yang dibawa Boediono dengan kunjungan singkatnya yang justru menambah kerepotan dan menimbulkan macet luar biasa karena sistem pengawalan dan protokoler yang ketat dan terasa berlebihan. Apa yang hendak dilihat Wapres dalam waktu sedemikian singkat?. Yang pasti dalam kunjungan formal seperti ini, lokasi yang akan dikunjungi sudah ditetapkan, dan diatur sedemikian rupa sehingga jalanan dapat dilalui mobil dinas, dan secara formalitas terlihat Wapres berbincang bincang sedikit dengan beberapa korban bencana. Barangkali juga sudah diatur siapa saja yang boleh bicara, dan apa yang perlu disampaikan. Kunjungan pejabat pusat malah terlihat sangat seremonial dan hampir tidak ada manfaatnya. Semua secara jelas dapat dilihat dan dibaca melalui televisi swasta dan media cetak yang menyajikan secara rinci keadaan dan situasi terkini, pasca bencana. Apakah maksud kedatangan Wapres untuk menunjukkan bahwa pemerintah pusat peduli dengan situasi daerah ?. Sebaiknya kepedulian itu justru ditunjukkan lewat penanganan dan pengiriman bantuan yang lebih cepat dan tanggap terhadap korban bencana. Sampah masih cukup banyak berserakan di berbagai lokasi, menutupi jalan utama. Infrastruktur dan pelayanan umum seperti listrik dan air bersih masih banyak yang belum berjalan baik. Pemerintah daerah kelihatan belum secara maksimal menangani kebutuhan rakyatnya. Ya bagaimana mau konsen bekerja kalau terus diganggu dengan kunjungan pejabat pusat yang otomatis menyita banyak waktu karena perlu didampingi, bahkan dijemput. Jauh lebih baik Presiden maupun Wapres memantau secara langsung situasi terkini, lewat video , skype, maupun telewicara kepada para korban banjir serta memaksimalkan bantuan dari pusat untuk daerah lewat koordinasi para mentri. Dari hasil bincang bincang langsung Wapres dengan beberap korban bencana, yang disampaikan juga adalah hal umum, berisi keluhan umum yang tanpa dibilangpun pemerintah sudah harus memahami, dan bisa didengar lewat televisi. Barangkali kalau kunjungan wapres Boediono ke Manado selama 3 jam, diselipkan waktu untuk bertemu dengan saya sebagai warga biasa, yang langsung berhadapan dan dapat berbincang dengan lugas tanpa diatur atur dengan korban banjir, maka Wapres dapat lebih mengetahui secara rinci dan eksplisit apa yang dibutuhkan masyarakat. Berikut ini beberapa diantaranya. 1. Korban banjir memerlukan pakaian dalam bersih. Sudah puluhan lusin pakaian dalam saya beli untuk disalurkan kepada para korban banjir. Ada yang mengeluh bahwa sudah seminggu tidak berganti pakaian dalam. Alangkah memiriskan dan tidak bisa dibayangkan, apalagi saya wanita dan dapat merasakan betul tidak nyamannya jika urusan "pribadi" yang satu itu tidak bersih. 2. Khusus wanita, mereka juga membutuhkan pembalut. Urusan haid mana bisa diatur atur sesuai kondisi?. Bisa dibayangkan dalam kondisi becek, kekurangan air bersih, dan tidak ada pembalut, mereka terlalu malu untuk bicara akan kebutuhan yang kecil namun vital ini. [caption id="attachment_307711" align="alignnone" width="520" caption="Pembalut Wanita Untuk Bantuan Korban Banjir"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H