Sepekan lalu ketika berbincang bincang dengan seorang sahabat bule' yang memilih untuk tidak punya anak, dia mengatakan satu pernyataan "keras" yang membuat saya lama merenung, tapi kemudian harus mengakui bahwa ada kebenaran dibalik kalimatnya.
"Hanya orang gila yang mau punya anak!". Nanceeeppp!.
Untung saja tuna sandwich yang sedang saya gigit sudah habis dikunyah dan ditelan dengan baik. Kalimatnya ini benar benar membuat saya hampir tersedak dan mata saya dengan ukuran pas-pasan kalau tidak mau dibilang sipit, mendadak belo' dan membesar dengan tidak begitu indah.
Si bule menawan ini kemudian menjelaskan dengan lebih detil beberapa alasan kuat mengapa secara pribadi dia memilih untuk tidak punya anak, dan menganggap hanya orang "korslet" yang berani nekat beranak pinak.
- Punya anak merusak tubuh indah wanita. Mau tidak mau saya harus mengangguk terpaksa setuju.... Terbayang dulu kulit perut saya yang bebas stretch marks bak sutra halus mulus tanpa cacat. Hmmm.. well... setelah tiga anak kemudian, sepertinya yang mulus tadi sudah berubah sedikit menjadi garis garis halus.
Pada saat yang sama terbayang ketiga wajah anak saya yang lucu, sehat dan luar biasa menggemaskan. Saya kemudian mengatakan kepada sahabat bule ini...." gak apalah tubuh saya tidak seindah dulu lagi, tapi toh kalau harus saya lakukan lagi.... saya tetap memilih punya anak meski perut tidak semulus dulu lagi."
- Punya anak merusak liburan dan banyak petualangan hebat yang tidak bisa lagi dilakukan. Duh, mau gak mau saya terpaksa mengangguk angguk lagi. Jujur bagi mereka yang senang berpetualang dan suka dengan kejutan hidup, begitu punya anak semuanya jadi berubah.
Terbayang ketika ketiga anak saya masih kecil, rasanya paling malas diajak liburan bahkan week-end keluar kota. Membayangkan tentengan dan peralatan bayi yang harus dibawa, sudah cukup membuat saya "mati seks!".
Pujian dan kekaguman luar biasa untuk suami saya yang bisa begitu sabar dan telaten bolak balik mengganti baju yang sudah dipakaikan, hanya karena si kecil tidak suka dengan motif beruang, dan lebih suka dengan Mickey mouse. Tangan saya malahan sudah gemas ingin mencubit dan bukannya mengobok obok lagi isi tas mencari si Mickey yang nyungsep diantara lusinan pampers.
- Punya anak merusak hobby dan kesenangan pribadi lainnya. Ya iya-lah, dengan terpaksa juga saya mengangguk angguk lagi. Terbayang hobby mengoleksi perfume dan jam tangan, yang sejenak harus berhenti total karena hitungan beli susu dan pampers sudah mencekik seluruh saldo tabungan.
- Punya anak merusak fantasi liar seks suami istri. Duh... mau tidak mau terpaksa mengangguk lagi deh.