Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Punya Anak Bisa Membuatmu Tertekan Bahkan Gila!

20 Maret 2014   14:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:43 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya teringat kisah seorang sahabat lainnya yang senang mendengar istrinya menjerit jerit selagi ML, begitu punya anak tentu saja hal hal seperti ini harus tergusur sementara, kalau tidak ingin mendengar pagi harinya anak anak berkisah ke oma-opanya tadi malam Mom and Dad saling mencekik dan pukul pukulan.

Masih sederet lagi alasan si bule yang terus nyerocos dengan lancarnya mengapa dia menganggap hanya orang tidak waras yang mau punya anak dan merusak "hidup" yang tenang dan terencana indah.

Maaf, bagi sahabat kompasianer orang Indonesia yang membaca ini,  mungkin banyak yang menganggap si bule gila dan keterlaluan serta egois. Saya yang benar benar produk campuran budaya Timur dan Barat, harus dengan jujur mengatakan bahwa apa yang dikatakan sahabat bule saya mengandung kebenaran. Jika dilihat dari sisi dia berdiri dan memandang...

Di televisi belakangan ini kita dikejutkan dengan peristiwa sadis penyiksaan anak anak di panti asuhan, dan anak kecil yang disiksa oleh pacar ibunya, sampai kemaluannya "dirusak" sedemikian rupa.

Maka lewat artikel ini saya ingin mengatakan bahwa tolong pikir kembali baik baik sebelum memutuskan untuk punya anak. Menikah tidak harus otomatis punya anak. Memiliki anak adalah pilihan yang disepakati sepasang suami istri dewasa , dan siap dengan segala resiko tidak enaknya seperti paparan si bule diatas.

Bagi pasangan yang merasa tidak siap untuk melepaskan semua kesenangan dan kegairahan masa muda, dan terganggu dengan rengekan dan jeritan anak kecil yang memang mengganggu, maka jangan punya anak!. Dunia sudah  over populated kok!. Anggaplah anda ikut menyukseskan pogram keluarga berencana yang gencar dicanangkan pemerintah.

Daripada punya anak kemudian tidak punya waktu untuk mengurus dan mendidik mereka, jauh lebih baik lanjutkan saja menikmati kesenangan hidup berdua tanpa gangguan. Masyarakat kita banyak yang langsung menuding pasangan seperti ini sebagai orang egois. Lho, egois bagi siapa? Mereka yang memutuskan tidak punya anak, tidak merugikan siapapun.

Justru orang tua yang memilih untuk punya anak tapi kemudian selalu menyalahkan guru, sekolah, sistem pemerintah, narkoba, dan pergaulan bebas atas kegagalan anaknya adalah maaf, bagi saya orang dewasa "gila" yang tidak layak jadi orang tua.

Yang mendidik, melahirkan, membesarkan anak anda adalah anda sendiri. Kalau kemudian anak anda berantakan, maka tidak perlu jauh jauh mencari sumber kesalahannya. You only need to look at yourself.

Sambil mengunyah perlahan sisa sandwich, saya mengatakan dengan lembut kepada sahabat bule ini..." memang hanya orang gila sepertinya yang mau kehilangan seluruh kesenangan dan kegairahan yang kamu katakan tadi, dan menukarnya dengan malam malam panjang tanpa tidur dan popok bayi basah. Tapi ada juga kebahagiaan yang tidak mungkin dijelaskan kepada mereka yang tidak punya anak, betapa surga itu terasa begitu dekat, ketika mendengar celotehan polos anak anak mengatkan, "Mom, you are prettier than Miss Universe."

Terbayang adegan kecil ini lima belas tahun yang lalu, keluar dari mulut Russell si sulung, tepat ketika rambut saya sedang awut awutan, satu tangan memegang panci, dan daster yang dikenakan rasanya mengeluarkan aroma keringat dan sedikit bau pesing bekas ompolan. But somehow.... I did feel wonderful.

I love you kids!. Thank you for making me beautiful.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun