[caption id="attachment_327922" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Ini sudah week-end, mari kita bicara yang baik baik saja. Orang Indonesia baik, bule juga baik. Semua ciptaan Tuhan itu baik kok... Kalau berbeda lalu dianggap yang satu selalu harus lebih baik dari yang lain, apa jadinya dunia ini ? Bisa habis clurit cluritan, dan Babeh AJ jualannya nanti laku keras.
Sahabat Kompasianer saya Mbak Ifani beberapa waktu lalu sudah menulis tentang tidak usah minder dengan bule. Ya kurang lebih intinya begitu. Memang tidak perlu minder, kita punya banyak kelebihan yang tidak dimiliki mereka kok. Meskipun rata rata hidung mereka lebih mancung, toh jidat kita rata rata lebih lebar. Bagus juga... Mereka kalau lihat kulit orang Indonesia sampai berdecak decak kagum saking mulusnya bebas bintik bintik hitam. Tapi saya tidak menulis lagi soal jangan minder sama bule, nanti disangka follow-follow-an... Kalau nyungsep beramai ramai khan jadi sesak napas.
Artikel ini khusus melihat beberapa hal positif dari bule (maksudnya bule disini adalah budaya dan manusia dari Barat), meskipun berkulit hitam. Tidak semua di Barat itu putih dan mancung. Ibu saya dulu pernah kaget ketika saya katakan ada sahabat dari Inggris mau datang, dan yang muncul kulitnya hitam karena ayahnya memang orang Afrika. Tapi medok' bahasa Inggrisnya kalah kalah Sir Alex Ferguson.
Jangan terlalu alergi dengan dunia Barat. Banyak kelebihan mereka yang perlu kita adaptasi. Buktinya dan tidak bisa kita pungkiri bahwa rata rata mereka memang lebih maju, lebih sejahtera, pendidikannya murah dan baik, kesehatannya dijamin oleh pemerintah, dan tingkat buta aksara hampir nihil, fasilitas umum seperti taman, jalan raya, perpustakaan semuanya bagus bagus.
Semuanya baik kalau diambil baiknya. Ya kalau diambil yang kurang baik dan semakin dipelintirkan, malah jadinya salah kaprah dan tidak maju maju hidup kita. Kalau tidak maju, hidup pas-pasan, apalagi mau menyekolahkan anak susah, manusia cenderung berpikiran sempit dan mudah dihasut.
Buktinya para pendemo bayaran itu dikasih seratus ribu saja mau teriak teriak sambil bawa bawa anak kecil untuk sesuatu yang kurang mereka pahami. Kalau kita sudah sejahtera, lapangan pekerjaan terbuka, ekonomi maju, semua orang punya pekerjaan yang baik, maka bisa dipastikan semakin sedikit yang merusuh dan masyarakat akan semakin logis untuk tidak mudah diprovokasi dengan issue berbau SARA.
Ini yang bisa saya bagikan mengenai hal hal positif anak muda bule yang patut dicontohi:
- Mereka sejak muda dididik untuk bertanggung jawab. Disana mau punya pembantu harus orang tuanya konglomerat beneran. Kalau hanya sekelas mampu, ya memang rata rata orang disana punya mobil dan bisa bersekolah tanpa harus bayar mahal. Rata rata keluarga disana tanpa pembantu, semuanya dikerjakan sendiri.
Oleh karena itu sejak kecil anak anak dididik untuk bertanggung jawab dan membantu pekerjaan di rumah. Yang sulung membuang sampah di lokasi yang sudah ditentukan, si kecil bantu melipat baju yang sudah disetrika. Semacam itulah contohnya. Masing masing anggota keluarga punya share pekerjaan dan tanggung jawab di dalam rumah.
Oleh karena itu kalau ada yang tidak beres dengan pekerjaan masing masing, selalu jelas tanggung jawabnya. Bukan ketika ditanya jawabannya selalu I don't know, atau it's not my fault.......