Beberapa inbox yang masuk belakangan ini, meminta pendapat saya atau nasehat sehubungan dengan calon pendamping yang memiliki "masa lalu". Intinya menanyakan bagaimana bersikap terhadap keluarga, khususnya orang tua, dan terhadap bisik bisik masyarakat tentang calon pendampingnya.
Okay, pertama mari kita clear-kan dulu soal masa lalu. Selalu saya katakan bahwa kalau ingin menikah dengan orang yang tidak memiliki masa lalu, maka menikahlah dengan bayi yang baru lahir!.
Nah.... mudah mudahan jawaban yang menohok ini cukup memberi penjelasan bahwa semua orang memiliki masa lalu. Pengalaman pahit, manis, cerdas, bodoh dan keputusan keputusan masa lalu yang kita ambil, itu semua menjadikan siapa kita hari ini, dan membawa kita di tempat kita yang sekarang.
Umumnya yang dimaksud dengan masa lalu bertanda kutip secara eksplisit boleh saya artikan seperti pernah hamil diluar nikah, pernah terjerumus narkoba, pernah melakukan tindakan kriminal sehingga mendapat sangsi hukum ataupun sosial. Kurang lebih seperti itulah... Masa lalu yang dianggap cukup berat dan tidak lepas dari pergunjungan orang lain.
Seseorang yang memutuskan untuk menikah, selalu saya asumsikan sudah merupakan pribadi yang dewasa, cukup umur dan siap mempertanggung jawabkan pilihannya. Tidak adil dan bukanlah sikap yang logis ketika kita sudah memilih menikah dengan orang yang pernah melakukan "kesalahan", namun tidak mau menerima resiko atau gunjingan orang lain. You can not have it all my friends....!
Segala sesuatu di dunia ini selalu datang dalam kemasan satu paket, termasuk didalamnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan adalah sisi baik dan kurang baiknya.
Masalahnya cinta adalah bentuk emosi yang paling murni, dan susah diajak berlogika. Namun herannya kok selalu bisa membedakan Xenia dan Mercedez yah?.... Jadi pernyataan bahwa cinta itu buta sepenuhnya bisa dibantah....! Tidak buta tapi justru lebih sering membabi buta!.
Ini dia beberapa hal yang dapat saya katakan kepada sahabat saya yang calon pendampingnya memiliki "masa lalu":
- Berdamailah dengan diri anda dan masa lalunya sebelum memutuskan untuk mengikat janji.
Selalu saya tulis dalam banyak artikel, jangan menjadikan pernikahan sebagai target yang harus dipenuhi hanya karena faktor usia, atau karena setiap orang sudah menanyakan kapan menikah?. Menikahlah karena anda sudah merasa pasti dan nyaman untuk berbagi masa depan dengan orang tersebut.