Melihat geliat Ical dua-tiga hari belakangan ini, jelas terbaca kebingungan yang makin membuncah, kalau tidak mau dibilang galau. Bertemu Jokowi di pasar Gembrong tanpa pertimbangan matang, justru terlihat sebagai tindakan tergesa gesa yang berbalik jadi blunder.
Konon katanya Megawati tidak suka dengan hal itu. Lha iya jelas.... istilah menikung dan menyalip itu logis disematkan.  Sebagai ketua partai, kalau ada niatan mendukung Capres tertentu, seharusnya Ical bertemu dengan ketua partainya lebih dulu untuk bicara. Bukan langsung menyalip ketemu Jokowi sambil cengengesan kelihatan sekali sudah kepepet dengan situasi bingung karena tidak laku memajukan diri sendiri sebagai Capres, bahkan menjadi Cawaprespun tidak diinginkan.
Padahal modal 14 persen itu sangat diinginkan oleh kubu manapun yang bakal bertarung di Pilpres. Dengan perolehan 14 persen, dapat dipastikan ke kubu mana Golkar berlabuh, maka akan sangat menguatkan posisi Presiden terpilih di parlemen. Itu secara logika dan hitung hitungan kasar.
Belajar dari pengalaman SBY dengan koalisi multi partai, termasuk PKS, toh tidak membuat Partai Demokrat tenang melaju dan memerintah dengan baik. Gonjang ganjingnya justru lebih banyak datang dari dalam internal partai sendiri dan perseteruan atas kebijakan kebijakan yang diambil SBY, yang justru timbul dari koalisi yang dipimpinnya.
Ical semakin galau karena sebentar lagi Rapimnas Golkar diadakan, dan banyak petinggi partai Golkar yang bakal menyerang beberapa blunder yang dianggap mempermalukan Golkar sebagai pemenang kedua Pileg 2014. Blunder Ical antara lain:
- Ketika didatangi Jokowi setelah pileg, Ical masih dengan kokoh menyatakan bahwa Golkar akan tetap memajukan Capresnya sendiri.
Setelah sekian lama seperti tidak ada tawaran menarik, Golkar malah sepertinya mau diajak koalisi dengan Gerindra, bahkan mengisyaratkan diri untuk bersedia menjadi Cawapres, yang kemudian tertampik lewat ungkapan beberapa petinggi Gerindra yang terbaca tidak menginginkan Ical mendampingi Prabowo karena elektabilitasnya yang rendah. Kehadiran Ical malah akan cenderung menurunkan kepopuleran Prabowo.
-Setelah Prabowo menggandeng Hatta Rajasa, Ical malah berbalik ke PDI-P. Sayangnya memotong jalur dengan langsung menemui Jokowi dan bukan Megawati. Dengan harapan agar Golkar bakal disebut sebagai salah satu pendukung koalisi PDI-P mencapreskan Jokowi. Namun sayangnya sampai besok harinya pengumuman mendukung Jokowi sebagai Capres, nama Golkar tidak disebut. Yang ada hanya koalisi PDI-P, Nasdem dan PKB.
Jika pengumuman siapa Cawapres Jokowi dilakukan hari ini, sebelum Rapimnas Golkar, dan nama Jusuf Kalla disebut (calon kuat), maka Ical jangan berharap bahwa kubunya akan dianggap ikut berjasa dalam memenangkan Jokowi for President. Jusuf Kalla (jika) dimajukan mendampingi Jokowi, bukan merupakan utusan resmi partai Golkar. Telat deh Ical....
Maka tertinggalah dua partai lagi yang masih kesepian. Adalah Hanura yang kebingungan mau kemana dan tidak diajak oleh pihak manapun, dan sang incumbent SBY yang masih mencoba bermanuver dan menggeliat tidak lucu dengan menyebut nyebut Sri Sultan sebagai Capres yang mungkin dimajukan mewakili kubu PD dan koalisinya. Kasihan banget dengan peserta Konvensi Partai Demokrat kalau begitu?. Bukan habis manis sepah dibuang lagi, tapi belum manis sudah dicampakkan ceritanya....!