Mohon tunggu...
Ashiya
Ashiya Mohon Tunggu... -

saya hanya seorang gadis belia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Bola Mata Kanan

1 Agustus 2010   01:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini juga, dongeng lamunan SMA. Please enjoy :)

bola mata

Di sebuah kota kecil di balik bukit, hiduplah seorang pemuda bermata satu. Mata kirinya sudah rusak dan tidak berfungsi meninggalkan lubang kosong pada rongga matanya. Agar tidak membuat jijik orang-orang di sekitarnya, ia mengenakan penutup mata hitam seperti penutup mata bajak laut.

Dahulu sebelum matanya rusak, kedua matanya berfungsi normal menepati kedua rongga matanya. Kala itu, sang pemuda sangatlah nakal. Matanya selalu jelalatan kemana-mana mencari gadis-gadis cantik. Sering ia menyelinap ke rumah-rumah mereka dan mengintip mereka mandi. Semua gadis benci padanya, dan begitu pula orang tua para gadis. Mereka selalu mengusir sang pemuda jika ia berkunjung.

Di suatu malam, saat sang pemuda tidur lelap di matanya, mata kanan dan mata kiri berdiskusi di balik kelopak mata. Mata kanan mengeluhkan betapa ia tidak suka dipakasa melihat hal-hal yang tidak ingin ia lihat.

“Lihat saja, aku berjanji akan meninggalkan pemilik otak busuk ini jika tingkah lakunya tetap seperti itu,” ujar mata kanan.

“Jangan terlalu berlebihan, tidak begitu buruk kok,” jawab mata kiri.

Mata kiri memiliki pendapat yang berbeda dengan mata kanan dalam hal ini. Ia menganggap hal ini biasa saja, bahkan terkadang ikut menikmati.

Malam berikutnya, setelah sedikit berdebat dengan mata kiri, akhirnya mata kanan minggat meninggalkan majikannya.

“Aku akan mencari hal yang lebih pantas untuk dilihat,” itulah kata-kata terakhir mata kanan sebelum meninggalkan mata kiri dan majikannya.

Mata kanan menggelinding dan terus menggelinding semalaman berharap menemukan seorang buta yang memerlukan mata seperti dirinya. Mata kanan mengaduh kesakitan setiap kali melintasi jalan berkerikil.

Keesokan harinya, ia sudah berada jauh dari kota asalnya. Di perjalanan ia melihat seorang kekar yang bermata satu. Ia pun lalu menggelinding menghampirinya dan menawarkan dirinya untuk membantunya melihat. Orang itu menyetujuinya. Mata kanan senang akan majikan barunya dan berharap dapat melihat hal-hal yang indah.

Namun dugaan mata kanan salah, ornag itu adalah seorang pembunuh bayaran. Tiap hari ia membunuh puluhan nyawa manusia. Mata kanan yang tidak sanggup melihat begitu banyak darah, menjadi sangat ketakutan dan kemudian meninggalkan orang kekar itu.

Sang mata kemudian melanjutkan perjalanannya lagi menggelinding dan menggelinding selama berhari-hari sampai akhirnya ia muncul di sebuah lembah. Ketika malam hari tiba, semua setan, monster, dan makhluk yang paling menakutkan muncul di lembah. Mereka tertawa-tawa dan saling menakuti satu sama lain. Mata kanan sangat ketakutan dan bingung. Ia ingin menutup matanya, tapi tidak ada kelopak mata. Kemanapun ia bersembunyi, ia masih dapat melihat makhluk-makhluk mengerikan itu. Walaupun badannya letih sekali, akhirnya, bola mata kanan memutuskan menggelinding secepat-cepatnya kembali ke majikan.

Selama berhari-hari yang sangat panjang, bola mata kanan terus menggelinding dan tak pernah beristirahat, takut melihat hal-hal yang tidak ia inginkan. Maka sampailah ia di rumah pemiliknya yang dulu.

Pemiliknya yang dulu ternyata buta seutuhnya, bola mata kiri ternyata sudah tidak ada di tempatnya lagi. Walaupun penasaran, bola mata kanan langsung melompat masuk ke dalam rongga mata kanan si pemuda. Si pemuda yang tiba-tiba mendapati bisa melihat lagi begitu senang dan berterimakasih kepada bola mata kanan yang bersedia kembali.

Hidup bola mata kanan pun kembali berjalan normal. Sang pemuda ternyata sudah tidak seperti dulu lagi. Usut punya usut, tingkah laku sang pemuda ini berhubungan dengan hilangnya bola mata kiri. Ketika bola mata kanan sudah pergi, sang pemuda tetap mengganggu para gadis dengan bola mata kiring. Saat melancarkan aksinya, seorang gadis melempar sebuah batu yang tepat mengenai mata kirinya. Karena kerusakan bola mata kiri yang sangat parah, seorang dukun mengambilnya keluar dan menguburnya di halaman rumah si pemuda. Sejak saat itu si pemuda kapok dan terus berdoa agar bola mata kanannya kembali.

--Selesai--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun