Mohon tunggu...
Bene Waluyo
Bene Waluyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - wirausaha

pemulung kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Say No to Budiono, Say Yes to Budi Anduk

11 Januari 2016   23:24 Diperbarui: 11 Januari 2016   23:34 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menjelang penentuan capres cawapres 2009"][/caption]

Ketika mengetahui kabar meninggalnya komedian Budi Anduk (11 Januari 2016 pkl. 14:15 WIB) dari media hiburan daring, seketika itu juga saya langsung teringat akan tulisan di sebuah spanduk yang dibentangkan di salah satu jembatan penyeberangan orang (JPO) di jalan Tendean di kawasan Jakarta Selatan.

Spanduk yang membentang menghadap arah Mampang Prapatan itu akan jelas terbaca oleh pengendara yang melintasi jalan Tendean tujuan Blok M atau jalan Wolter Monginsidi dengan tulisan: “Say NO to BudioNO, Say YES to Budi Anduk”.

Saya sering melewati jalan itu, dan beberapa kali tersenyum membacanya. Hingga akhirnya ada kesempatan untuk mengambil gambarnya, dan langsung jadi bahan tulisan di blog multiply saya yang pada waktu itu sedang tren (sayangnya multiply.com akhirnya harus ditutup), dan saya posting ulang di blogspot (klik di sini).

Ya, spanduk itu memang cerita 7 tahun lalu, tepatnya di bulan Mei 2009, masa di mana masyarakat Indonesia mulai disibukkan dengan berbagai isu serta selentingan tentang siapa calon presiden dan wakil presiden dari masing-masing partai untuk pemilihan presiden tahun itu, 2009.

Gubernur Bank Indonesia Budiono ketika itu memang digadang-gadang oleh SBY untuk dijadikan Cawapresnya menggantikan Jusuf Kalla. Banyak kalangan yang kurang setuju, dan melakukan demo atau memasang berbagai spanduk sindiran, salah satunya seperti yang terpasang di jalan Tendean tersebut.

Pada saat itu pula komedian Budi Anduk yang aslinya bernama Budi Prihatin sedang di puncak ketenarannya. Acara komedi di sebuah stasiun televisi yang bertajuk Tawa Sutra di mana pria kelahiran Jakarta pada tanggal 6 Februari 1968 tersebut menjadi salah satu peran utamanya, merupakan acara yang ketika itu banyak ditunggu pemirsa.

Jika pun ketika itu Budi Anduk benar-benar jadi Wakil Presiden, tentu sekarang sudah pensiun seperti halnya Budiono saat ini. Hanya saja bedanya tentu akan banyak pejabat negara yang akan datang untuk mengantarkan ke peristirahatannya yang terakhir, selain dari kawan-kawannya sesama komedian. Selamat jalan Budi “Anduk” Prihatin, semoga di sana engkau bisa tetap membuat tertawa penghuni surga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun