Hari Idul Adha selain berhubungan dengan ibadah haji di Tanah Suci, umat Islam juga memaknainya sebagai peringatan kisah Nabi Ibrahim AS yang mematuhi perintah Allah SWT untuk mengorbankan putranya Nabi Ismail AS. Hampir semua, terutama umat Islam, sudah mengetahui kisah pengorbanan tersebut yang akhirnya qurban tersebut diganti oleh Allah menjadi penyembelihan seekor domba/kibas.
Pengorbanan Nabi Ibrahim tersebut tentunya merupakan pesan bagi seluruh umat agar meneladani sikap patuh, taat dan taqwa seorang hamba Allah terhadap penciptanya. Di mana Nabi Ibrahim diberi ujian oleh Allah sebegitu beratnya, namun keteguhan imannya terhadap Allah SWT tidak goyah sedikitpun. Sampai di sini kita semua sudah dapat hikmahnya, namun pertanyaannya, mengapa Nabi Ibrahim menerima ujian yang sangat berat? Apa yang membuat ujian tersebut diberikan kepada beliau?
Sebelum mendapat ujian kurban yang super berat ini, rupanya Nabi Ibrahim telah seringkali didera berbagai cobaan dari Allah SWT, namun beliau tetaplah tegar dan sabar dalam menghadapinya sehingga Allah memberinya anugerah sebagai “Khalilullah” (kekasih Allah), sebuah titel kehormatan Al-Khalil yang ternyata mengundang pertanyaan malaikat kepada Allah, mengapa menjadikan Nabi Ibrahim kekasih Allah, padahal ia selalu terlihat sibuk urusan kekayaan dan keluarganya?
Merujuk pada kitab “Misykatul Anwar” yang menyebutkan bahwa konon kala itu Nabi Ibrahim memiliki 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Di dalam riwayat lain malahan disebutkan hingga 12.000 ekor ternak. Pada suatu hari ada seseorang yang bertanya pada sang Nabi: “Milik siapa ternak sebanyak ini?” Lalu dijawab oleh beliau: “Ini semua milik Allah, tapi saat ini masih menjadi milikku. Namun jika suatu saat Allah menghendaki tentu akan aku serahkan semuanya. Jangankan ternak, jika Allah meminta anak kesayanganku pun pasti akan aku serahkan.”
Pernyataan Nabi Ibrahim inilah yang kemudian dijadikan dasar dari ujian Allah (menurut Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim). Dari sinilah Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar beliau mengorbankan putranya yang berusia 7 tahun.
Seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran Surah As-Shoffat ayat 102 yang artinya:
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Itulah ternyata awal mula Nabi Ibrahim akhirnya mendapat ujian yang sangat, sangat, sangat berat. Bahkan ketika hendak mulai pelaksanaannya pun Nabi Ibrahim, sang istri Siti Hajar, dan putra mereka yang akan dijadikan korban Nabi Ismail, masih juga mendapat godaan dari iblis yang meminta mereka untuk membatalkan niatnya. Hingga mereka melempari iblis dengan batu hingga lari terbirit-birit. Inilah yang kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji melempar jumroh di Mina.
(Ditulis ulang dari khutbah sholat Idul Adha 1436 H di Kemang Pratama Bekasi oleh Ust. H. Heri Koswara, MA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H