Kenapa lo keluar kerja dari sana?
Gue gak tahan, gue ngerasa jadi pengkhianat bangsa.
Jadi pengkhianat?
Kerjaannya sih enak, bisa jalan-jalan ke seluruh pelosok daerah di Indonesia.
Jalan-jalan ngapain?
Survey, observasi, tanya-tanya, kalo perlu diskusi sama orang-orang, terutama yang tinggaldi daerah pelosok, tentang pilihannya nanti apa...
Puas dong lu bisa menjelajah seluruh Indonesia?
Nggak semua daerah sih, dan sebenernya kerjaan gue yang utama bukan ke lapangan, tapi justru mengelola data yang sudah diperoleh di lapangan, menjadi laporan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Nah, terus... kenapa lo ga tahan? Kerjaannya terlalu banyak? Gila-gilaan?
Aah... itu sih biasa. Mo sebanyak apa kerjaan, bisa gue kerjain selama badan sehat...
Jadi masalahnya...?
Seperti yang gue bilang tadi, gue ngerasa jadi pengkhianat bangsa, hati kecil gue ga bisa nerima...
Emang lu berkhianat gimana?
Jadi semua data yang sudah siap saji itu, ternyata dinikmati oleh sebuah LSM asal negara adidaya... gue ngerasa jadi agen yang membocorkan data-data penting negara, meskipun itu cuma hasil survey atau polling, tapi cukup akurat...
Oh, ya??? Lantas, data-data itu dibuat keperluan apa?
Ya untuk keperluan macam-macam, terutama ekspansi bisnis dan pengaruh ideologi.
Maksudnya... biar nantinya ada kemudahan...?
Kurang lebih begitu, jika sudah jelas siapa yang akan jadi presiden, kan lebih gampang dalam menentukan orang-orang yang akan di lobby, didekati, kalau perlu sekedar diberi kenang-kenangan...
Hebat juga ya mereka, sampai sejauh itu rencana kerjanya...
Ya itulah yang bikin gua jadi ngerasa bersalah. Data-data itu bukankah lebih baik dipergunakan oleh kita sendiri? Kok ini malah negara lain yang pake...
Jadi... sebelum pemilu... mereka sudah tahu siapa yang akan menang?!
Yup, dan itu juga berkat gue... aduh, gue jadi makin ngerasa bersalah nih...
-
Pembicaraan dua orang karyawan ini berlangsung sembari mereka menikmati coffee break di sudut sebuah kantor di Jakarta, waktu kejadian antara tahun 2002 – 2003. Mungkin bagi Anda nggak penting, tapi paling tidak ini adalah kisah nyata, pelakunya masih hidup, dan yang penting (paling tidak menurut penulis) adalah bahwa, kenapa lagi-lagi justru negara lain yang jadi lebih tahu akan keadaan masa depan bangsa ini??? (bw)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H