Hari ini saya dibuat bingung mengenai sikap masyarakat sekitar terhadap pembangunan Gereja HKBP, bacalah ini.
Tertulis disitu bahwa,
Salah seorang warga bernama Yudi dan istrinya menolak karena menilai, kegiatan HKBP itu dapat berpengaruh buruk kepada budaya agama mayoritas yang terbangun di kampung itu kelak, terutama untuk anak dan cucu mereka. Yudi mengaku khawatir jika anaknya yang kini masih balita kelak akan meniru ajaran HKBP. Menurutnya, hal ini jelas melenceng dari ajaran agama yang dia tanamkan bersama istri. Mereka bahkan bersiap pindah rumah jika akhirnya pembangunan gereja jadi dilaksanakan.
Jujur saja, setelah saya membacanya, saya emosi karena menurut saya TERLALU BODOH bila menilai adanya suatu ajaran agama lain (minoritas) Â diluar agamanya sendiri (mayoritas) hadir di suatu lingkungan dengan agama mayoritas. Di tahun 2010, masih saja ada orang yang berpikir kolot dengan menilai bahwa agamanya adalah yang paling benar dan parahnya lagi menganggap agama lain adalah salah dan jelek.
Sebelum menilai, ada baiknya berkaca dulu terhadap diri sendiri. Agama hadir di dunia bukan untuk dijelek-jelekan atau dihina. Namun, untuk dibina, agar manusia saling menghargai satu sama lain walaupun berbeda-beda agamanya.
Masih banyak manusia di muka bumi ini yang mempunyai pola pikir sempit seperti Bapak Yudi, marilah buka mata, telinga, hati dan pikiran agar kita menilai segala sesuatunya bukan dari kulitnya. Berbagi dan berbaurlah pada siapapun, tak peduli agama, suku dan ras nya. Ketakutan akan pengaruh suatu nilai dari suatu agama tertentu adalah tergantung dari setiap individu memaknai apa yang hadir dihidupnya. Kasarnya, "kalo lo kuat iman dan ga kolot, lo ga akan terpengaruh kok".
Semoga apa yang saya sampaikan ini dapat bermanfaat dan tanpa bermaksud menyinggung suatu agama tertentu.
God bless us everyone :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H