Mohon tunggu...
Benardo Sinambela
Benardo Sinambela Mohon Tunggu... -

Memulai belajar menulis dan mengekspresikan diri gagasan pikiran melalui tulisan-tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Paradigma "Yang Kaya Yang Berkuasa" Masyarakat Indonesia

31 Juli 2014   09:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:47 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14067476511128706269

Ilustrasi

Melihat realitas pejabat-pejabat tinggi di negeri ini yang bergelimang harta dan kekayaan selama periode paska kemerdekaan membuat masyarakat Indonesia selalu apatis jika memiliki mimpi yang tinggi tetapi tidak memiliki harta yang melimpah, hal ini berlaku untuk semua kalangan orang miskin (pintar dan bodoh). Mungkin waktu yang telah begitu lama ini yang membentuk paradigma masyarakat Indonesia sehingga sulit untuk di Revolusi.

Bercermin dari proses pemilu 2014, banyak peserta pemilu (DPR) yang gagal mendapatkan kesempatan untuk mengabdi pada masyarakat hanya karena keterbatasan dana yang dimiliki. Beberapa dari mereka mengalami penolakan dari masyarakat setelah mereka gagal memberi jawaban atas pertanyaan yang berbunyi "ada duitnya gak?".

Proses pengenalan para caleg seolah-olah terhenti hanya karna masyarakat menganggap kans menang tidak ada sama sekali karena dana yang tidak mencukupi, hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi mereka yang memiliki kemampuan tapi tidak memiliki dana yang cukup untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Seolah hambatan ini benar-benar terlegitimasi ketika semakin nyata banyak dari mereka yang punya uang yang menang dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan pengetahuan dan keseriusan untuk menjadi wakil rakyat. Selain hal di atas, tidak banyak juga yang memanfaatkan kemampuan materil caleg dijadikan sebagai isu yang hot dan benar-benar mempengaruhi masyarakat.

Setelah proses pileg 2014, kita juga telah melalui proses pemilihan presiden (pilpres) 2014 dengan dua kandidat, satu diantaranya punya kekuatan materil yang tak terbatas, sementara satunya lagi bisa dikatakan sangat minim, dan selain itu satunya telah lama mendeklarasikan sebagai capres dan satunya lagi didorong rakyat untuk mencalonkan diri dan bisa dikatakan karirnya sangat cepat melejit, mulai dari wali kota, gubernur dan beberapa waktu yang lalu telah resmi diputuskan KPU sebagai pemenang.

Sebagai seorang yang aktif mengikuti dunia internet jauh sebelum Jokowi dicalonkan sebagai presiden sampai akhirnya terpilih, begitu banyak argumentasi di dunia maya yang menganggap ketidak mampuan dalam hal materi dan cepatnya karir Jokowi melejit dijadikan sebagai bahan mencela bahkan hingga fitnahan kepada sang pemimpin pilihan kita ini, salah satunya yang paling trend adalah terkait cepatnya peningkatan karir Jokowi di bidang politik, tidak banyak juga yang mengatakan bahwa beliau adalah antek negara luar yang sengaja di stel melalui politik pencitraan dan adanya kaum-kaum pengusaha hitam di belakang Jokowi. Memang kalau difikir-fikir seperti kebiasaan masyarakat yang telah terpatok dengan paradigma seperti yang saya sebutkan dalam judul tulisan ini, maka itu akan menjadi kebenaran.

Melihat penguasa-penguasa dunia saat ini, sangat banyak dari pemimpin negara yang memang adalah millyader atau sukses dibidang ekonomi, hanya beberapa yang betul-betul berasal dari rakyat biasa, mungkin hal ini juga yang semakin mempengaruhi paradigma tersebut sehingga ada trend ungkapan yang mengatakan "bagaimana mungkin persiden kita seorang tukang mebel?".

Beruntunglah Jokowi hadir dengan "Revolusi Mental" nya yang menyentuh hati semua golongan masyarakat, dengan demikian makin bertumbuhlah semangat gotong-royong masyarakat untuk memperbaiki bangsa ini, walaupun tidak semuanya bisa tersadarkan, terlihat dari banyaknya masyarakat yang terhanyut dengan isu-isu rasis yang di sebarkan melalui beberapa media diantaranya Obor Rakyat, media sosial seperti facebook, twiter dan website-website gadungan.

Harapan kita semakin nyata dengan kemenangan Jokowi-Jk di pilpres 2014, ternyata banyak masyarakat yang merindukan perubahan, terlihat dari banyaknya sukarelawan yang mendukung Jokowi-Jk. Jokowi bukan berasal dari keturunan penguasa masa lalu, juga bukan keturunan milyuner atau keturunan elit politik, tapi dia hanyalah masyarakat biasa yang mampu menghadirkan optimisme bagi semua masyarakat bahwa siapapun bisa menjadi, mimpi tidak hanya milik mereka yang mampu atau berasal dari golongan atas, namun Jokowi menegaskan "Jika ada kemauan, semuanya bisa tercapai".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun