Mohon tunggu...
Mirwanda
Mirwanda Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Berpikir

Tidak berlindung dibalik pemakluman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SMS Mamah

3 Mei 2020   10:32 Diperbarui: 6 Mei 2020   05:59 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Ini bukan tentang pesan singkat dari (yang mengaku) Mamah lalu  minta pulsa.

          Ini tentang Mamah. Ibuku yang sedang belajar menggunakan hp.

          Anggapan Mamah untuk tidak punya hp berubah ketika anak sulungnya akan pergi dan menetap sementara di kota (balada bocah Kabupaten :D). Mamah meminta aku dan adikku untuk mengajarinya, setelah sebelumnya ia meminta Bapak untuk dibelikan hp yang tidak banyak fiturnya. Cukup sms dan telpon saja.

          Setelah punya hp, Mamah selalu antusias belajar. Mulai dari menyalakan dan mematikan, juga menerima dan melakukan panggilan. Mungkin untuk mamah-mamah lain di luar sana, ini merupakan hal sepele, tapi tidak bagi Mamahku. Ia selalu tampak senang ketika sudah bisa menjalankan salah satunya. Sesenang dulu ketika aku lancar membaca dan bisa naik sepeda.

          Tiba pada saat belajar sms, cukup rumit untuknya. Karena katanya banyak tombol yang harus ditekan. Tak jarang ia merasa kebingungan. Satu malam yang sudah cukup larut, Mamah masih semangat di tengah kebingungannya mengetik pesan. Bila menggunakan stopwatch, ku kira diperlukan waktu kira-kira satu menit bahkan lebih untuk Mamah mengetik satu kalimat yang pendek dengan tanda baca, seperti: "Teh, nuju naon?" 

          Sungguh, perlu kesabaran yang sangat luar biasa untuk mengajarkan orang tua tentang teknologi. Apalagi yang agak terlambat belajar seperti Mamah. Tak jarang aku kesal karena Mamah lamban untuk mengerti. Walaupun mencoba untuk sabar, tapi rasa kesalku lebih dominan. Padahal, sudah beberapa kali diajarkan. Selalu saja Mamah bertanya, lalu apa, lalu apa?

          "Mah sekarang Mamah coba kirim sms. Bebas we kumaha Mamah", kataku setelah Mamah sudah cukup lancar menekan tombol demi tombol pada HP barunya. 

          Setelah mengikuti petunjuk dan melaksanakan tahapan-tahapannya, ia mengetik dengan seriusnya. Tidak tau Mamah sedang mengetik apa. Sebelum Mamah selesai mengetik, aku beranjak pergi ke kamar. Selang beberapa menit, hp ku berbunyi, tanda ada sms masuk.

          Mamah

          Ya, sms pertama dari Mamah. Isinya:

          "Teh, punten nya. Mamah teh meni bodo."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun