Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Tatto, Dibawa Mati

3 Oktober 2016   17:10 Diperbarui: 3 Oktober 2016   17:15 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

                                                                                 Karena Tatto Dibawa Mati: Psycho Tatto Studio


Nuansa ceria, penuh energi kehidupan terlihat dari wajah Mas Gombloh. Tak perlu waktu lama untuk mendapatkan tawa lepas yang sarat akan sebuah keakraban. "Saya menato, karena saya mencintai dunia tato", jelas Gombloh sambil merapikan rambutnya yang dipotong mohawk. Sebagai seniman tato, Gombloh menuturkan, kalau garis yang dibuatnya sejalan dengan garis kehidupan, "Buat saya...garis-garis pada tato itu mbelok-mbelok....mirip seperti kerumitan hidup". 


 Sambil menyeruput es teh manis, kami berdua lalu larut dalam obrolan yang jenaka, dan seru. Sesekali Gombloh membuat lelucon dan kami berdua tertawa terbahak-bahak. Selain sebagai seniman tato, Gombloh juga melakoni profesi sebagai seniman tindik / piercing. "Ini dulu fotoku waktu dipiercing / tindik, banyak tindikannya", sambil menunjukkan piercingnya diseputaran wajah dan telinga. Saya mendengarkan Gombloh dengan penuh rasa ingin tahu, tetapi bukan perasaan yang ingin segera dipuaskan melainkan sesekali sambil tertawa ngalor-ngidul, memang pembawaan dari Gombloh yang kocak, membuat siang yang agak mendung itu menjadi ceria. 


Awal ketertarikannya di dunia rajah, dimulai ketika tahun 2004, saat ia menyaksikan ada orang yang ditato. Dan semenjak itulah kecintaannya pada dunia ini tumbuh. Tentangan dari orang tua Gombloh juga sempat mampir ditelingannya. "Orangtua saya kaget, waktu lihat tubuh saya banyak gambar tatonya, tapi akhirnya saya menjelaskan kalau tato adalah jalan hidup saya, akhirnya mereka mau mengerti", ungkapnya. Karena cintanya yang begitu besar pada dunia tato, ia juga sudah melakoni berbagai macam aktifitas seputar dunia tato:


  • 2004: Seniman Piercing, Seniman Tato
    2005-2009: Membuka Studio Tato di Ramai Mall Jogjakarta
    2005: Freelance di tempat Pak Peng a.k.a Dr.Gepeng di Jogjakarta
    2006-2007: Panitia Event Kent-Kent Tato Studio di Bandung
    2007: Panitia Event Java Tato Club di Liquid Cafe
    2008: Panitia Event Launching Studio Tato Oni "Killcat"
    2009-2011: Membuka Studio tato di Solo (Bersama Clothing Line di Solo)
    2013-206: Membuka home studio di Jogja: Galih Psycho Tato Studio


 Kecintaanya pada dunia tato juga membuat ia belajar dari para senior-senior seniman artis tato. "Saya belajar tentang seluk-beluk tato dari para senior, mereka itu rendah hati: Pak Peng, Mas Heru, senior Pak Wid dsb". Untuk menaungi hasrat dalam dunia tato Gombloh juga mengikuti komunitas Tato di Jogja; Java Tatoo Indonesia dan Gento (Gerombolan Masyarakat Bertato). Ketika memulai usahannya didunia tato, Gombloh masih memakai alat rakitan sendiri: "Awalnya dulu berupa rakitan tangan sendiri, memakai dinamo, tapi sekarang saya sudah bisa membeli mesin tato sendiri", ceritanya lagi. Gombloh membuka home studio tatto di daerah Wijilan Jogjakarta, dirinya juga menerima jika harus datang menemui kliennya, Gombloh dapat ditemui di nomor hp: 0818-026-358-08 dan di Pin BB: 5B61A1E7.


Sebelum merajah tubuh kliennya, Gombloh selalu berpesan agar kliennya tidak mengonsumsi alkohol, tidur yang cukup (jangan begadang), dan tidak memakai narkoba. "Saya berpesan pada mereka, para klien agar memiliki kondisi tubuh yang vit saat saya merajah tubuhnya, ini saya anjurkan agar, tubuh mereka tidak mengeluarkan darah, kalau itu dilakukan maka niscaya kalian akan menikmati enak dan indahnya ditato", jelasnya pada saya. Kondisi paling baik untuk ditato adalah saat, pagi hari.

 "Kondisi paling baik untuk ditato itu pagi hari Mas, saat tubuh manusia itu paling segar, itu kalau anjuran dari saya", ucapnya. Saran lain dari Gombloh, ialah diperlukannya pemikiran yang matang sebelum menato tubuh dan jangan cuma ikut trend. "Saya selalu pesan pada klien saya agar dipikir dulu baik-baik, sebelum menato, jangan sampai dikemudian hari menyesal, karena dulu pernah ada kejadian seperti itu, dan akhirnya dia meminta saya unutk menghapus tatonya, saya bilang saya tidak bisa", katanya lagi.


 Sebagai seorang seniman tato, Gombloh juga memakai tinta dari produsen tato yang berkompeten. "Iya, untuk mendukung kerja saya, saya suka memakai tinta tato dari merk Intens, Eternal, Starlight, Arghan dan Korozumi". Untuk urusan gaya, Gombloh mengaku lebih menyukai semua gaya tato."Saya suka semua gaya, karena saya pecinta tato, seperti gaya: tato Modern, Old Skool, Tribal, Motif Tradisional dll". Tentang harga dari gambar Gombloh, ia mengatakan bahwa harganya cukup terjangkau bagi kantong anak muda. "Tergantung dari besar kecilnya gambar Mas", ucapnya menjelaskan pada saya. Dalam menjalani profesi apapun, kita memang dituntut untuk bisa mengatasinya dengan baik. Termasuk Gombloh yang melayani kliennya dengan baik, melalui mesin tatonya, dan senyumnya yang jenaka.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun