Musik menyimpan keindahan yang mampu membuat pendengarnya terbuai. Pun juga musik dalam film, atau yang lebih dikenal dengan scoring film. Melalui alunan dari scoring film kita diajak untuk menjelajahi nada yang membawa kita masuk dalam cerita film. Seperti yang dilakukan oleh diaspora Indonesia, Eunike Tanzil. Dara kelahiran Medan, Sumatera Utara ini mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, dengan prestasinya dibidang musik.
Ia berkesempatan merekam musiknya yang berjudul 'Scene From A Voyage' di Warner Brothers Pictures Eastwood Scoring Stage. Kecintaanya pada musik juga membawa ia untuk bermain dalam orkestrasi komposer film John Williams. Serta menjadi komposer di film animasi Addams Family 2, film Abominable and The Invisible City, Asian Persuasion dan beberapa film internasional lainnya.Â
Melalui bakat yang ia miliki, ia mampu menunjukkan, bahwa anak bangsapun mampu bersaing dikancah internasional.
Eunike pertama kali dikenalkan pada musik, ketika usianya 5 tahun. "Pada saat umur 5 tahun, saya 'kan dileskan oleh orangtua saya musik klasik.Tapi saya waktu itu belum terlalu demen gitu,karena kan...untuk klasik repertoarnya udah ditentukan, dan ada lagu-lagu yang saya suka, dan ada lagu-lagu yang kurang saya suka".
Diusia 10 tahun, dirinya mulai jatuh cinta pada musik, terutama saat ia bermain piano dan mendengarkan musik orkestra.Â
"Pada saat sekitar umur 10 tahun,saya mulai mendengarkan musik orkestra.Yang membuat saya jatuh cinta dengan musik saat saya umur 9 atau 10 tahun, saat saya mulai berimprovisasi on the piano", jelasnya. Di piano, Eunike menemukan tempat berimprovisasi tanpa batas,baik sendiri maupun dengan teman-temannya.
"Nah, pada saat saya berimprovisasi di piano, saya merasa nggak ada batasnya gitu, saya bisa mainkan not apa aja dan,most of all saya bisa berkolaborasi dengan temen-temen pada saat saya,mulai bermain dengan temen,mau duet-trio itu saya merasa seneng sekali". Â
Rasa penasaran Eunike kecilpun mulai tumbuh, tentang karier dari profesi komposer. "Nah dari situlah saya mulai berpikir...oh apakah, mungkin bisa ya ada karir dalam komposisi ini, soalnya kan dulu pas kita kecil, nggak pernah tahu gitu kalau komposer itu bisa dibayar gitu kan...soalnya pas kecil, kita tahunya komposer itu Bethoven, Mozart, komposer-komposer yang sudah meninggal".
Sebagai seorang komposer,Eunike juga berbagi wahana kreatifitasnya di media sosial. Dirinya membuat mini projek."Nah, di Series Hummies Melody, yang baru saja saya rilis, disitu, saya dijalanan, asking random person; can you please, bisa nggak hummies / bergumam beberapa not / bisa nggak menyanyikan  a short melody ? Melody yang sangat singkat, dari situ saya menantang diri saya sendiri apakah bisa saya develop, kembangkan lima not ini menjadi suatu musik", ujar Eunike kalem.
Selain itu ia juga berbagi wawasannya dibidang musik orkestra, kepada publik di halaman Instagram miliknya. "Divideo-video lain apa ya...? palingan cover, kalau nggak komposisi saya itu. Nah, kalau dilihat dari software, itu kan bisa dilihat ada beberapa; midi not, ada instrument-instrumenya, dari situ saya pengen mengedukasiin aja.
Temen-temen semua yang lagi nonton video itu biar tahu...ohh...ini toh yang namanya string...ini tuh yang namanya...flute, oh ternyata instrument ini yang namanya oboe, jadi sekalian showcase kemampuan saya untuk, bermusik bermain piano untuk komposisi, aransemen, orkestrasi, sekalian juga mengedukasi", terang dara berprestasi ini.