Jogjakarta merupakan kota seni dan budaya. Ada begitu banyak seniman berprestasi di kota ini. Salah satunya dari seni teater, cabang seni yang mengandalkan olah tubuh & rasa ini, memang tergolong tidak mudah. Dibutuhkan keuletan,ketekunan dan dedikasi dari pemainnya. Mereka yang ada diprofesi ini, biasanya bermental baja.
Tidak mudah ditaklukan oleh keadaan. Seperti halnya Andy Eswe. Pria yang memilih teater / pantomime sebagai jalan hidupnya ini, punya cerita yang menarik. Kenapa ia bisa jatuh hati pada seni yang berkomunikasi dalam diam ini.Â
"Saya menjalani kesenian pantomime itu. Karena pantomime sebagai media baru, bahasa baru bagi saya waktu itu. Jadi saya punya mainan anyar.....mainan baru.....untuk berekspresi....untuk bicara .......untuk berkreasi". Pantomim bagi Andy seolah-olah bisa dipakai apa saja.
"Saya juga suka menulis,saya suka bercerita, jadi pantomim itu menggantikan penggunaan bahasa verbal saya dengan bahasa mimik wajah. Dari pantomime saya juga bisa menghasilkan ekspresi,impresi / kesan, dan intuisi (baik untuk diri sendiri maupun orang lain).
Jadi meski saya menulis naskah drama,puisi,cerpen,geguritan. Saya sadar tidak bisa mengekspresikan semuanya dalam tulisan saya, begitu juga sebaliknya. Saya tidak bisa berekspresi semuanya dalam pantomime. Jadi ada jalurnya masing-masing,"ucap Andy yang beberapa lalu mendapat penghargaan dari Menteri Nadim Makarim ini.
Menjalani profesi apapun, pastilah kita tidak lepas dari tantangan. Pun demikian Andy sebagai seniman pantomime. "Tantangan saya dalam berpantomim adalah bagaimana membuat pantomime punya daya tawar baru dan tidak membosankan. Ini juga sejalan dengan bagaimana saya memperjuangkan hidup saya,bersama seni pantomime.
Seni pantomime itu sendiri eksploratif". Menurut Andy, pantomim itu sendiri harus bisa membaca jaman. Saya sendiri sudah berpantomim lama, 10 tahun lebih. Saya hidup di era sampai enam presiden ya....(era Soeharto,Gus Dur,Megawati,Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi).Â
Itu sendiri kan berbeda-beda jamannya, kemajuan teknologinya juga terus berkembang. Masyarakatnya juga; Generasi muda, milenial, generasi tua. Dan perkembangan itu terus saya baca, untuk saya bicarkan. Untuk saya kritisi, saya raba, untuk saya tawarkan sesuatu.", ujar Andy santai.
Dalam berkesenian, Andy Eswe juga berelasi dengan sejumlah seniman lain. Diantaranya Pak Butet Kertaredjasa & Pak Ong Hari Wahyu, keduanya merupakan teman,sahabat,tapi sekaligus mentor bagi Andy. "Saya berteman baik dengan Pak Butet dan Pak Ong. Bertemannya ya gojek-gojekan (bercanda-red).Â
Dari pertemanan itu, saya juga mengambil banyak pelajaran dari mereka. Relasi kami adalah saling support satu sama lain. Bekerja, berkolaborasi bersama. Saya belajar manajemen dari Pak Butet, dan belajar menjadi pelaku kreatif yang merdeka, serta artistic sama Pak Ong", jelas Andy tertawa.