Mohon tunggu...
Benediktus Andre Setyawan
Benediktus Andre Setyawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa yang belajar untuk menulis, dan menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Garuda Jaya atau Sapi Perah?

14 Oktober 2014   14:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Masih kuat di ingatan saya ketika timnas U-19, yang kita juluki sebagai skuad Garuda Jaya ini menjadi jawara AFF Cup Tahun 2013 setelah menumbangkan Vietnam secara dramatis lewat adu penalti. Masih lekat pula ingatan akan kemenangan timnas U-19 yang berhasil menggulung tim dari negeri gingseng, Korea Selatan dan menjadi pemuncak klasemen di babak kualifikasi grup Piala Asia U-19. Dan kemarin, segala ingatan indah ini kembali menyeruak ketika Garuda Jaya harus merelakan asa untuk tampil di Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun depan setelah harus mengakui keunggulan tim Australia U-19 dengan kedudukan 0-1.

Sungguh, hati saya berguncang diiringi rasa kecewa ketika mendengar peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan antara Indonesia U-19 melawan Australia U-19 berbunyi. Namun, sekencang apapun guncangan dan kekecewaan yang saya rasakan, tak akan mampu menandingi rasa kecewa dan sedih yang dialami oleh para punggawa timnas saat itu. Tampak air mata mengalir dari tiap-tiap pelupuk mata mereka. Ada yang tersungkur diatas lapangan, ada pula yang duduk sambil merintih menahan kesedihan. Betapa tidak sedih, perjalanan panjang yang telah mereka lalui, mimpi besar yang sudah mereka idam-idamkan selama ini pupus. Banyak waktu yang telah berlalu, banyak tenaga yang telah terkuras, dan semua itu terasa lenyap seketika ketika mereka harus menelan kekalahan pada pertandingan tersebut.

Hari kemarin pun berlalu, dan ini adalah saat yang tepat bagi para petinggi PSSI & BTN, bahkan Kemenpora berbenah dan berkaca. Tak perlulah bapak-bapak, ibu-ibu yang berkuasa disana saling menuding satu sama lain, mencari kambing hitam atas kekalahan putra-putra terbaik bangsa ini. Kita cukup berpikir sejenak tentang apa yang telah dilalui oleh anak-anak muda yang telah berjuang demi nama bangsa ini. Ingatkah anda semua ketika timnas U-19 ini menjalani Tur Nusantara yang jumlahnya hingga 40-an pertandingan? Bahkan Tur ini dibuat sampai 2 jilid! (Seperti sinetron saja..). Timnas U-19 menghadapi berbagai tim dari background usia dan pengalaman yang berbeda, dengan taktik dan strategi yang berbeda pula, mulai dari Tim PON tiap provinsi hingga tim-tim kasta 2 dari raksasa sepakbola seperti Real Madrid dan Barcelona. Semua itu dilakukan dengan harapan skill dan permainan dari timnas U-19 dapat berkembang dan siap berlaga di Piala Asia U-19.

Namun, kemudian apa yang terjadi setelah dilaksanakannya tur (yang lebih saya pandang sebagai circus show) tersebut? Timnas U-19 gagal di Hassanal Bolkiah Trophy(yang dijadikan sebagai ajang pemanasan sebelum Piala Asia U-19), dan kegagalan tersebut semakin lengkap ketika mereka tumbang di ajang Piala Asia U-19. Permainan mereka monoton, bermain penuh beban, dan nampak kelelahan, tim yang selama ini kita idam-idamkan justru bermain tidak maksimal.

Menyedihkan bukan? Cukuplah kita menyesali apa yang terjadi kemarin, dan mulai berbenah untuk menyongsong turnamen-turnamen selanjutnya. Saya berharap, PSSI tetap memelihara, mendidik putra-putra terbaik bangsa ini, TANPA HARUS MENJUAL MEREKA. Selama ini mereka terlalu banyak diekspos media, terlalu dielu-elukan, terlalu banyak disanjung, dan sudah pasti sedikit-banyak fokus mereka untuk membela negeri ini terganggu.

Semoga kelak, ketika mereka kembali untuk berkancah di jenjang usia yang lebih tinggi, mereka jauh lebih siap, jauh lebih ganas, dan kembali membumbungkan harapan kita akan pesepakbolaan Indonesia mampu berkancah di ajang Internasional. Kepada timnas U-19, saya berharap mereka mau berbesar hati untuk menerima kekalahan dan mau berkaca pada kesalahan yang sudah terjadi.

Kepada para petinggi sepakbola di Indonesia, TOLONG berhenti untuk menjadikan putra-putra terbaik bangsa ini sebagai sapi perah, pemain sirkus yang mendatangkan pundi-pundi rupiah untuk memperkaya diri, dan sebagai alat politik bagi suatu golongan. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun