Sembah Pangabekti,
Titah dawuh ku sematkan, menancap
direlung dalam, yang
tersembunyi
Nanar Sang Surya,
menatap keindahan cakrawala, molekÂ
berseri, dalam balutan maya
mengantarkan mega menepi perlahan
Jagat Semesta,
tak mampu lagi aku berdiam diri, dalam
keriuhan murka wajah-wajah durjana
dan nestapa
Dan tak mampu lagi aku mendengar,
kidung gending lokananta,
semakin sayup bergemuruh bebatuan
Duhai Dewata Nan Agung,
Masihkah ada tersisa,
Kelopak mataku melihat kebenaran,
Gendang telingaku mendengar kejujuran
Oh ... Wahai Debu
Ingin kau bawa aku serta,
mengawang-awang mengibaskan kebebasan,
menengadahkan tanpa harapan
Cahya butir pancuran, menyilaukanku
namun tak mampu kupejam,
menerobos hingga sembilu,
diantara doa dan yang dihadapkan
tanpa mampu aku melawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H