Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sulit Mana Nyolong Bayi Atau Nyolong Mobil?

28 Maret 2014   20:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toni Manurung, sang ayah dari bayi yang diculik. Ia memperlihatkan foto bayinya di tangan kanan dan gambar penculik yang tertangkap CCTV di kirinya | Photo: tribunews.com

[caption id="" align="aligncenter" width="638" caption="Toni Manurung, sang ayah dari bayi yang diculik. Ia memperlihatkan foto bayinya di tangan kanan dan gambar penculik yang tertangkap CCTV di kirinya | Photo: tribunews.com"][/caption]

Disangka Paramedis

Tanpa bermaksud membandingkan dari segi nilai karena keduanya tidak setara untuk dibandingkan, namun melihat cara seorang perempuan menggondol bayi berumur sehari di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, orang bisa berkesimpulan bahwa kelihatannya lebih mudah mencuri bayi daripada mencuri mobil dari tempat parkir Rumah Sakit.

Lihatlah bagaimana mudahnya si pencuri menggondol bayi berumur sehari, anak kedua pasangan Toni Manurung dan Lasmariah Boru Manurung di RS milik pemerintah yang tergolong rumah sakit besar di Bandung.

Si pencuri bayi hanya perlu datang dua kali, sekitar jam 18:00 dan jam 19:15, setelahnya tinggal menggendong obyek curiannya melewati Closed Circuit Television (CCTV) yang terpasang di berbagai tempat dan melenggang melewati pintu berjeruji besi yang tak terjaga menuju ke mobil yang telah menunggunya. Raiblah bayi itu, semudah itu.

Toni Manurung kepada TV-One yang memancarainya melalui tayang langsung kemarin (27/03) menceritakan bagaimana seorang perempuan berpakaian jas putih, berkacamata bening dengan bingkai hitam dan berkerudung, cukup meyakinkan korban bahwa dia seorang paramedis di rumah sakit itu.

Ketika datang kedua kalinya jam 19:15 si perempuan menyapa pasangan Toni dan Lasmariah, salah satu dari enam pasien yang ada di Paviliun Amanda. Dengan keramahan seseorang yang berpotongan para medis, tentu saja menutup seluruh kemungkinan kecurigaan pasangan ini bahwa oorang tersebut datang untuk membawa petaka bagi mereka.

“Gimana sehat bu?” tanya sang para medis gadungan. Ia mengaku sebagai petugas administrasi dan untuk meyakinkan, ia meminta Kartu Tanda Penduduk milik Toni. Setelah membaca sejenak ia lalu mengembalikannya kepada Toni.

“Gimana bu? Masih mules?” tanya sang paramedis gadungan.

“Iya dok, masih,” jawab Lasmariah sembari memegang perutnya.

“Makanya jangan suka nahan kencing bu,” nasehat si paremedis bohongan.

Asmariah segera bangkit dengan susah payah dari pembaringannya. Sang maling  juga menegur bercak darah yang ada di sarung Lasmariah dan minta agar dibersihkan.

Toni yang berdiri di samping bayinya yang tergeletak di pembaringan karena ditinggal ibunya berdiri diperintahkan oleh sang maling untuk mengantar istrinya ke toilet.

Toni yang bermaksud menyelimuti bayinya, bergegas menyusul istrinya dan menyerahkan selimut yang dipegangnya ke sang maling itu dan meminta agar bayinya diselimuti. Tanpa curiga sedikitpun Toni mengantar istrinya ke kamar mandi.

Sekitar sepuluh menit di toilet, Toni menggandeng Amariah kembali ke kamar. Namun betapa terkejutnya Toni melihat selimut yang tadi dititipkan ke paramedis gadungan itu tergeletak begitu saja di pembaringan. Toni langsung menebak apa kemungkinan yang terjadi. Lima orang perempuan yang juga baru melahirkan, yang berada di ruangan itu hanya bisa terkejut sambil menyibak gorden masing-masing mencari tahu kegaduhan apa yang terjadi.

Meskipun ada lima tempat tidur di ruangan itu, tetapi dalam kondisi normal, antara satu dengan lainnya tidak saling melihat karena dibatasi oleh gorden. Rupanya si maling sangat paham dengan situasi itu sehingga hanya butuh waktu 10 menit membopong bayi seperti biasanya seorang ibu membopong anaknya, keluar dari pintu paviliun Amanda, melewati CCTV, menelpon komplotannya dan keluar dari pintu jeruji besi yang tak dijaga petugas menuju mobil komplotannya yang kemungkinan sudah siaga menunggunya di luar setelah ditelpon dari si maling.

Toni yang panik berusaha mencari pertolongan, tapi ia  hanya mendapati mahasiswa magang yang bertugas di konter pelayanan pasien yang kata Toni kebingungan juga tak tahu harus berbuat apa. Toni terus berteriak minta tolong memberitahu orang-orang kalau bayinya dibawa oleh seorang dokter.

Kelalaian Pihak Rumah Sakit

Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr Ali Ghufrom Mukti M.Sc.,Ph.D kepada TV-One yang mewawancarainya, seperti biasa pejabat pemerintah kita, secara normatif mengatakan bahwa masalah kemanan adalah salah satu indikator penilaian akreditasi rumah sakit. Ia berjanji akan menurunkan tim peneliti hari ini.

Siang ini (28/03) sejumlah orang yang mungkin adalah tim yang dimkasud oleh Menteri Kesehatan telah sibuk mondar-mandir, mungkin sedang sibuk  memeriksa penerapan Standar Operating Precedures (SOP) dan peralatan keamanan yang ada di rumah sakit itu.

Para petugas rumah sakit, khususnya yang berhubungan dengan pengamanan terlihat menempati posnya dengan disiplin. Semua orang yang masuk dan keluar diperiksa identitasnya tanpa kecuali. Andaikata kucing punyai ID, mereka juga pasti diperiksa. Begitulah pola kita di negeri ini, sering bereaksi berlebihan saat sesuatu terjadi dan akan mengendur seiring berjalannya waktu sampai terjadi lagi tragedi.

“Kita ini sepertinya tidak pernah belajar dari pengalaman” kata Aris Merdeka Sirait, Sekjen Komnas Perlindungan Anak kepada TV-One. Aris mengingatkan kasus yang sama yang pernah melanda bayi bernama Cello di Rumah Sakit Sitti Zuchro, Bekasi beberapa waktu lalu. Modusnya mirip, memanfaatkan kelemahan manajamen pengamanan rumah sakit. Bayi itu sampai kini tak ketahuan rimbanya. Aris menyesalkan bahwa pihak rumah sakit tidak mengambil pelajaran dan tindakan antisipatif belajar dari pola atau modus pencurian bayi yang sudah berulang kali terjadi di negeri ini.

Belajar dari pengalaman pengamanan mobil, memang keamanan harta yang sangat berharga yang namanya bayi tidak bisa sepenuhnya dipercayakan kepada pihak rumah sakit. Pemilik mobil selalu diingatkan untuk tidak menyimpan dua hal di dalam mobil. Pertama karcis dan kedua STNK, ini tanggungjawab pemilik. Tanggungjawab pengelola parkir 24 jam adalah meminta karcis kepada semua mobil yang keluar. Bila tidak bisa ditunjukkan, alternatifnya adalah menunjukkan STNK. Bila keduanya tidak ada, mobil harus ditahan dan diproses lebih lanjut.

Pada kejadian di RS Hasan Sadikin Bandung jelas adalah kesalahan pihak rumah sakit. Mengapa ada orang yang begitu mudahnya menggendong bayi keluar dari rumah sakit tanpa dihadang oleh petugas pengamanan? Jadi bertanggungjawablah, jangan lagi berkelit atau berdalih macam-macam yang akan semakin menambah derita seorang ibu yang baru saja melewati perjuangan antara hidup dan mati untuk bayinya yang bisa raib dengan begitu mudahnya akibat kelalaian pihak rumah sakit menyediakan sistem pengamanan yang baik.

--------------- @ben369 ---------------

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun