Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengalaman Pertama Melakukan Uji Produk

3 Mei 2014   01:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_322356" align="alignleft" width="638" caption="Ngeprint heboh keluarga dengan Canon Pixma E400 | Foto: Ben B. Nur"][/caption]

Berawal Dari Keraguan

Terus terang, ini kali pertama dan menjadi pengalaman pertama saya membeli printer sambil berpikir urusan hemat atau tidaknya soal mencetak ini. Betapa tidak, hampir tiap hari saya terpapar iklan printer besutan terbaru Canon di halaman Kompasiana yang katanya bisa mencetak lebih banyak.

Saya biasanya suka curiga dengan promosi iklan. Pasti sekedar akal-akalan perusahaan mempromosikan printer yang katanya hemat. Mana ada perusahaan yang peduli soal hemat atau tidaknya pengeluaran konsumen? Kan, bagi perusahaan yang penting mereka mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya.

Awalnya tidak kepikiran mau membeli printer lagi, maklum saya sudah punya dua printer. Satunya merek Canon Pixma iP1880 yang saya beli tiga tahun lalu dan masih bagus. Cuma kehalusan cetakannya memang agak berkurang terutama saat mencetak di atas kertas foto atau glossy paper (permukaan licin mengkilap). Saya tahu penyebabnya, adik saya kalau mau mencetak banyak suka menggunakan tinta injeksi, dan ternyata memang merusak kestabilan printer dalam jangka panjang.

Satunya lagi merek lain, juga dari produsen terkenal. Printer ini sering dibawa istri saya bolak-balik dari rumah ke kantor, meski terus terang rada repot karena printernya selain berat, juga agak lebar. Persoalannya, di kantornya komputer dan printer dikumpulkan di satu ruangan sehingga merepotkan bolak-balik ke mejanya. Padahal ia lebih banyak bekerja dengan laptop pribadinya dan mencetak yang ia perlukan tanpa harus mondar-mandir. Maklum banyak pelanggan yang sering meminta print out gambar berbagai jenis kendaraan karoseri rakitan yang ditawarkan, lengkap dengan hitung-hitungan cicilannya.

Kebetulan saya harus mencetak laporan akhir proyek yang butuh hasil cetakan yang berkualitas, baik di kertas biasa (plain paper) maupun di kertas yang permukaanya licin mengkilap (glossy) untuk sampul. Saya mencoba menggunakan Canon Pixma iP1880 saya, tapi hasilnya kurang memuaskan karena ada terlihat garis tipis halus saat mencetak sampul atau gambar di atas kertas glossy. Maklum usia printer ini sudah tiga tahunan apalagi adik saya suka mencetak menggunakan tinta injeksi kalau lagi membuat banyak brosur. Andaikata manusia, printer Canon Pixma iP1880 sudah layak dimakamkan di Taman Makam Pahlwan karena jasanya yang sangat luar biasa.

Berpikir membelikan tinta baru, pertama tidak ada jaminan hasilnya bisa lebih baik, dan saat saya iseng menanyakan harga tintanya ketika berada di mall memperbaiki handphone, harga tinta warna di suatu konter penjual tinta Rp. 220.000 dan yang hitam saja Rp. 162.000.

“Koq masih mahal ya mbak?” protes saya ringan kepada konter yang tersenyum sambil menimpali: “Harga kartrid mah gak pernah turun, pak. Kalau mau yang murah dan hasil cetakannya banyak, yang ini,” sambil menunjukkan sepasang tinta berbungkus aluminium foil bertuliskan PG-47 (hitam) dan CL-57 (warna).

“Untuk yang warna cuma 175 ribu, dan yang hitam 95 ribu rupiah Pak,” ujar perempuan muda penjaga konter itu telaten. “Apa nama printernya?” tanya saya penasaran. “Canon Pixma E400, pak. Printer terbaru keluaran Canon. Tuh kalau mau lihat printernya di konter sebelah,” ujar penjaga konter yang ramah itu sambil menunjuk konter temannya yang menjual khusus printermerek Canon.

Saya lalu menyeberang. Saya memperhatikan sebuah printer yang terpajang yang ditunjuk oleh penjaga konter. “Hm.., ini rupanya printer yang belakangan banyak disebut sebagai printer yang bisa mencetak banyak yang sedang bekerjasama dengan Kompasiana menyelenggarakan kompetisi blog bertajuk: Mencetak Lebih Banyak Dengan Harga Terjangkau.

Terus terang saya tertarik ikut kompetisi blog itu, tapi ada rasa khawatir soal harga printer Pixma E400 ini dan kebenaran kemampuannya mencetak lebih banyak. Kalau ternyata tidak benar, saya berdosa memberikan testimoni yang bisa menjerumuskan konsumen, dan dosanya tidak sebanding dengan hadiahnya.

Maklum berdasar pengalaman, biasanya produk yang hemat energi, katakanlah Air Conditioner (AC), yang hemat listrik harganya lebih mahal daripada AC yang konvensional. Kalau printer hemat tintanya, pasti produsennya berusaha mencari untung dari harga printernya sehingga jatuhnya akan lebih mahal.

“Kalau harganya di bawah satu juta rupiah, pasti saya akan usahakan membelinya, bagaimanapun caranya,” ucap saya membatin.

Saya akhirnya menemukan alasan membeli printer baru. Pertama, seingat saya terakhir kali membeli printer sekitar tiga tahun lalu. Alasan kedua, saya ingin membuktikan kebenaran printer Pixma E400 ini, apakah benar bisa mencetak lebih banyak dengan harga yang terjangkau. Tentu saja saya butuh perbandingan, dan kebetulan saya punya printer Canon Pixma iP1880 yang sudah saya ketahui kehandalan dan kemampuan mencetaknya dalam tiga tahun ini.

Harganya Memang Terjangkau

“Harganya 825 ribu pak, sudah termasuk sepasang tinta hitam dan warna,” jelas penjaga konter. “Selain bisa mencetak banyak, printer ini memiliki kecepatan mencetak delapan lembar per menit untuk cetakan text dan 6 halaman untuk gambar berwarna.” Jelas si penjaga konter yang tampaknya sangat paham seluk beluk Canon Pixma E-400 ini.

Terus terang saya kaget mengetahui harganya di bawah satu juta rupiah. Apalagi melihat tampilan fisik printer ini yang tampak elegan, tidak norak dipajang di meja kantor atau di meja kerja di rumah. Warna badan printernya yang putih tampak serasi dengan bagian atasnya yang merupakan penutup scanner yang berwarna hitam. Dari bentuknya yang ramping, saya bisa memperkirakan beratnya, paling sekitar dua atau tiga kilogram, dan ternyata saya coba angkat, memang sangat enteng.

Mengenai soal hematnya, si penjaga konter menjelaskan bahwa bisa mencetak sampai 400 lembar untuk tinta hitamnya dan untuk tinta warnanya bisa sampai 300 lembar. Ia cuma mengingatkan kalau tinta yang menyertai printer baru yang dibeli biasanya cuma berisi setengah, jadi artinya maksimal 200 lembar untuk hitam dan 150 lembar untuk cetakan warna. Kejujuran yang patut saya apresiasi. Mengingat saya butuh mencetak banyak untuk teks berwarna hitam, saya sudah berpikir untuk membeli satu cadangan tinta hitam seharga Rp. 95.000 di konter sebelah.

Maka niat memperbaiki handphone akhirnya berbuah tentengan printer Canon Pixma E400 pulang ke rumah. Syukurnya kerusakan handphone saya hanya kerusakan minor yang bisa dibereskan kurang dari satu jam.

Tiba di rumah, saya mendapati istri saya sedang mencuci kartrid tinta printernya dengan air panas di atas cawan porselen. Katanya tintanya mampet, padahal ia benar-benar butuh mencetak beberapa lembar gambar model mobil karoseri yang ia akan berikan kepada customer-nya.

Ia juga menceritakan kalau anak kami yang masih bersekolah di Sekolah Dasar, kemarin juga meminta agar tugas studi lapangannya berupa gambar sejumlah spesias hewan yang dilihatnya selama studi lapangan di Taman Safari segera dicetak karena katanya Ia akan segera mengumpulkan tugasnya. Untuk itulah Ia membawa pulang printernya ke rumah karena printer Canon Pixma iP1880 yang lama kualitas gambarnya sudah menurun, ya maklum saja printer lawas.

“Ah pas banget,” ujar saya sembari memperhatikan bagaimana istri saya mencelupkan head cartridge-nya ke atas cawan porselen yang diisi air panas. “Pas apaan Yah?” tanya istri saya yang menoleh mendengar saya berbicara di belakangnya. “Pas kita semua butuh printer yang handal dan berkualitas, dapat Canon Pixma E400,” jawab saya menirukan bintang iklan di TV sambil menyodorkan printer yang masih dalam kardus kepadanya. Tentu saja ia menyambutnya dengan ekspresi terkejut tapi tak bisa menyembunyikan suka citanya.

“Printer baru Yah?” tanya istri saya seperti tidak percaya. “Iyalah, masak printer bekas dusnya bisa kinclong?” canda saya. “Koq pas banget ya, Bunda sama Vido butuh banget ngeprint, printer yang ini lagi ngadat tintanya, yang satu gambarnya bergaris. Koq Ayah bisa tahu sih kebutuhan kita?” ujar istri saya dengan senyum menggoda.

“Iyalah, masak Canon saja yang selalu tahu kebutuhan konsumennya, masak Ayah tidak tahu apa yang dibutuhkan keluarganya?” ujar saya sedikit narsis mencandai istri saya yang tampak terkagum-kagum memandangi printer Canon E400 yang ramping dan elegan kini sudah terpasang di atas meja kerjanya. Ia kini siap untuk meng-install driver ke komputernya sambil berharap Canon Pixma E400 barunya bisa melayani kebutuhannya dan anaknya. Saya juga tentu berharap printer ini bisa memenuhi kebutuhan saya terutama untuk mencetak laporan dengan tampilan berkualitas.

“Murah koq Bun harganya. Katanya sih bisa mencetak lebih banyak dan lebih cepat dari printer Canon yang lain. Nanti kita lihat apa benar.” Jelas saya menyambung promosi penjaga konter yang saya ingat di toko tadi.

“Wah bisa sekalian ngeprint draft tesis saya dong Yah sambil nunggu Ayah perbaiki tinta printerku.” Ujar istri saya yang rupanya juga harus menyetor draft tesis S2-nya ke pembimbingnya.

“Printer ini buat kamu koq, printer yang gede itu nanti simpan di kantor aja kalau tintanya gak mampet lagi. Mungkin keseringan teguncang di mobil jadi kartrid tintanya kemasukan udara,” jelas saya karena pernah juga mengalami tinta mampet gara-gara printer yang terlalu sering diboyong ke sana ke mari.

[caption id="attachment_322358" align="alignleft" width="638" caption="Yang berbahagia dengan printer Canon Pixma E400-nya. Gak perlu boyongan printer lagi ya bunda...| foto: Ben B. Nur"]

13990315661943871783
13990315661943871783
[/caption]

Dan Ternyata Memang Mencetak Lebih Banyak

Keesokan harinya, sepulang dari kantor, sudah agak malam karena mampir ke Cilandak Town Square, saya tiba di rumah sekitar pukul 20:30. Saya mendapati istri dan kedua anak kami yang masih kecil di ruang kerja istri saya dengan gambar dan kertas bertebaran dimana-mana.

Wah, rupanya sedang berlangsung acara ngeprint bareng yang hebohnya luar biasa. Saya melihat draft tesisnya sudah rampung diprint dan anak-anak saya sedang menunggu giliran hasil print out mereka selesai. Terus terang saya kagum melihat kecepatan mencetak printer Pixma E400 itu. Memang jauh dibanding printer Pixma iP 1880 saya yang bisanya paling empat lembar per menit. Pantas pihak Canon menyebut soal kecepatan mencetak ini sebagai salah satu keunggulan lain dari Canon Pixma E400.

“Sudah diganti kartrid-nya?” Tanya saya yang mengejutkan tiga orang yang lagi “pesta” ngeprint. Rupanya sejak tadi tidak ada yang memperhatikan kalau saya sudah datang, padahal suara mobil masuk ke garasi seharusnya cukup keras.

“Belum koq Yah, nih masih utuh,” jawab istri saya sambil menunjuk kartrid hitam yang masih terbungkus utuh di tepi rak buku. Berarti saya bisa lanjut mencetak laporan saya tanpa harus menambah tinta. Luar biasa.

“Memang berapa halaman draft tesisnya?”

“182 halaman tidak termasuk lampiran.” Jelas istri saya.

“Wow, keren, berarti sudah lebih 200 halaman dong. Seharusnya sudah habis, kan kartrid bawaan printer itu isinya cuma setengah.”

“Oh ya? Berarti printer ini terbukti bisa mencetak lebih banyak ya,” ujar Istri saya ikut kagum.

“Begitulah faktanya Bunda,” ujar saya gembira.

“Nah karena kalian ikut dalam program uji produk ini, kalian harus mau berpose di depan printer Canon Pixma E400 itu buat ilustrasi tulisan ayah di Kompasiana ya!” Canda saya.

“Siap bos !!” serempak mereka menjawab. Maka acara selanjutnya menyingkirkan kertas yang bertebaran untuk memulai sesi pemotretan. Siapa tahu kalau foto kami tayang di Kompasiana pihak Canon berminat mengontrak kami menjadi bintang iklan produk mereka (ngarep mode: On).

Saya benar-benar bergembira dengan keberhasilan uji coba printer Canon Pixma E400 ini. Keberhasilan ini sekaligus berarti saya bisa mengikuti kompetisi blog Canon-Kompasiana tanpa rasa bersalah karena Canon Pixma E400 memang terbukti mencetak lebih banyak dan harga printernya pun terjangkau.

Saya tidak sabar ingin segera menuliskan pengalaman pertama saya melakukan uji coba produk ini. Setelah membersihkan badan dan mengganti kemeja dengan baju kaos, jari-jari saya segera menari-nari di atas keyboard laptop menuliskan pengalaman nyata kami menggunakan printer Canon Pixma E400.

Di akhir tulisan ini, saya ingin menyampaikan testimoni saya bahwa: “Pixma E400, terbukti memang printer dengan hasil cetakan berkualitas tinggi, cepat, mencetak lebih banyak dan harganya terjangkau. Terimakasih Canon atas produk yang luar biasa ini.” [@bens_369]

[caption id="attachment_322357" align="alignleft" width="638" caption="Mencetak lebih banyak, harga terjangkau dan bisa dibeli di konter penjual printer kecil sekalipun | Foto: Ben B. Nur"]

1399031259432325925
1399031259432325925
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun