[caption id="" align="aligncenter" width="638" caption="Guru, ya memang butuh tunjangan, tapi bisa nunggu kan bu? | foto: tribunnews.com"][/caption] Bisa nggak sih ditunda satu atau dua hari? kenapa harus bertepatan dengan hari pemilihan anggota legislatif? Kalau benar tidak ada apa-apanya, lalu kenapa harus di hari yang suhu politiknya sedang tinggi begini? Disaat peserta pemilu saling mencurigai, dana yang Rp. 4 trilliun itu konon akan dicairkan pada tanggal 9 April 2014. Ah, ada-ada saja. Karena yang menjanjikan untuk pemberian tunjangan guru adalah juru kampanye nasional salah satu Partai yang kebetulan juga adalah orang nomor 1 di negeri ini pada beberapa kesempatan kampanye, Â lalu salah satu Menteri menyampaikan suatu berita rencana pencairan tunjangan guru di hari rakyat akan memilih, ya apa mau dikata kalau orang curiga lagi, ini adalah "sogokan" pencitraan dari seorang 'pembantu' kepada 'bosnya'. Saya kira mayoritas dari kita yang berakal sehat sulit mempercayai kalau kegiatan itu murni bagian dari program pemerintah yang jadwalnya secara kebetulan bersamaan dengan Hari Pileg. Agar tidak menimbulkan polemik lagi, ada baiknya ditunda sehari atau dua hari sebelum tunjangan itu dicairkan. Saya kira pimpinan negara ini adalah sosok yang bijak dan kemungkinan juga tidak ingin pembantunya bertindak berlebihan. Karena kalau misalnya dicairkan tanggal 9, bagaimana mekanismenya? Apakah ada bank tertentu yang karyawannya disuruh masuk bekerja untuk mengatur transfer? Atau apakah ada kegiatan tandingan di liuar TPS dimana guru-guru diharuskan datang ke sana untuk mengambil tunjangannya. Ataukah memang tidak akan dibagikan tetapi diwacanakan oleh sang Menteri untuk menjadi berita yang mudah-mudahan sampai di telingan Presiden dan mengapresiasi menterinya yang telah mengkampanyekan program pemerintah di saat yang tepat? Mungkin sang Menteri merasa risih disalib oleh rekannya sesama menteri yang hari ini berhasil mempersembahkan peresmian Rumah Sakit Pekerja kepada Presiden? Ya memang pekerja adalah salah satu massa yang paling potensil di negeri ini selain PNS dan para guru tentunya. Mengingat bahwa sukses dari pemilu kali ini adalah bila kita berhasil menyelenggarakannya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, tertib dan aman. Maka mari kita semua menunjukkan makna jujur dan adil itu, bahwa tidak ada diantara peserta pemilu yang memanfaatkan potensi yang bukan sepenuhnya miliknya untuk meraih keuntungan untuk maksud apapun yang patut dapat diduga berhubungan dengan penyelenggaraan Pemilu. Mari menjalani minggu tenang dengan tertib, jangan lagi grasa-grusu, bersiaplah untuk menang dan kalah secara elegan, siapapun yang menang dan siapapun yang kalah itu soal biasa dalam setiap kompetisi.
-------------------------- @ben369 -------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H