[caption id="attachment_335022" align="aligncenter" width="638" caption="Sebuah buku anyar dari Tanoto Foundation | Ilustrasi : Penebarswadaya.net & alfakidz.com"][/caption]
Apa arti menjadi sekolah terbaik? Apakah anak didiknya selalu menjadi ranking tertinggi diantara sekolah lainnya? Mayoritas tamatannya lolos masuk sekolah favorit atau pergurun tinggi ternama? Selalu menjadi juara lomba antar sekolah se nasional? Murid-muridnya banyak yang ikut olimpiade sains internasional? Ataukah sekolah yang paling banyak diminati oleh pencari sekolah?
Seribu tanya, selaksa harapan dan mungkin segenggam keraguan menggelayut di benak pembaca menakar ada tidaknya yang disebut praktik-praktik strategis dalam pendidikan tatkala membaca sub judul buku besutan Tanoto Foundation yang ditulis oleh tiga pakar pendidikan: Anita Lie, Takim Andriono dan Sarah Prasasti ini. Menjadi Sekolah Terbaik – Praktik-praktik strategis dalam pendidikan, itulah judul bukunya dengan tulisan berwarna merah menggunakan font atau huruf yang terkesan tidak formal.
Bukankah pendidikan sudah menjadibagian dari ritual kehidupan, seperti halnya makan, minum, beribadah, bermasayarakat dan sebagainya.Perlukah cara-cara strategis untuk melakoni ritual kehidupan yang seharusnya dijalani saja apa adanya?
Arti Praktek Strategis
Kebetulan saya adalah orang yang percaya bahwa ritualkehidupan akan lebih bermakna dan bermanfaat bila dilakukan dengan cara-cara yang strategis. Bahwa makan dan minum-pun yang kelihatannya sesuatu yang rutin, akan berbeda makna dan manfaatnya terhadap setiap orang, tergantung strategi pemilihan waktu makan, cara makan, jenis makanan, cara mengunyah dan sebagainya.
Apatah lagi urusan pendidikan yang tidak rutin dilakukan seperti makan dan minum. Strategi untuk memaksimalkan manfaat pendidikan sangat ditentukan oleh bagaimana tujuan pendidikan itu sendiri didefiniskan oleh peradaban dan budaya dimana ia tumbuh. Di lingkungan masyarakat yang memiliki budaya belajar yang tinggi, tentu pola pendidikannya akan berbeda dengan masyarakat yang tertutup dan resisten terhadap hal-hal baru.
Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami berbagai perubahan yang sangat mendasar di era ini (Halaman 14 Paragraf 1). Dilanjutkan pada halaman yang sama, bahwa: ... ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan yang bisa dinikmati. Namun sebaliknya, kemajuan itu juga beriringan dengan kemerosotan bidang pendidikan dalam beberapa hal.
Penulis buku ini sepertinya ingin mengingatkan bahwa dunia pendidikan bukan semata tentang kebaikan dan kemajuan peradaban dan teknologi melainkan seperti sebuah koin yang punya dua sisi, juga punya sisi buruk yangselalu hadir bersama. Lihatlah keberhasilan pendidikan di bidang komunikasi yang seakan membelah dunia menjadi dua entitas, dunia nyata dan dunia maya.
Tak terbilang manfaat yang sekarang ini dinikmati umat manusia dari perkembangan komunikasi digital yang telah merevolusi gaya hidup manusia dari kebiasaan komunikasi manual yang lambat ke komunikasi digital yang super cepat. Tapi di dalamnya tak sedikit insan-insan terdidik yang dengan pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki bisa menjadi pelaku kriminal (cyber crime) yang membawa kerugian yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Mengapa demikian? Penulis buku ini sepertinya ingin mempertegas bahwa kita harus melihat dimensi lain dari pendidikan selain dimensi kultural dan struktural. Globalisasi, digitalisasi dan liberalisasi dunia pendidikan telah menjadikan dunia pendidikan bagian dari penerapan hukum-hukum ekonomi. Pendidikan harus tunduk pada hukum pasar. Ada yang butuh kualitas, ada yang butuh gengsi, ada yang butuh belajar, maka kebutuhan itu akan direspon oleh pasar pendidikan. Makanya ada sekolah Internasional yang bergengsi meskipun lebih mahal. Ada juga sekolah yang siswanya kebanyakan kalangan selebriti. Dan ada juga karena gratis.
Lalu apakah yang gratis ini harus selalu identik dengan mutu ala kadarnya? Inilah tantangan para pendidik sejati dan pemerhati dunia pendidikan. Sekolah Pemerintah,meski sebenarnya tidak gratis karena bagaimanapun pemerintah membayar segala kebutuhan anak didik dan pendidiknya, tetapi terlanjur disebut demikian. Maka sangat penting untuk mendorong sekolah-sekolah yang demikian untuk bangkit, kalau dapat menjadi sekolah-sekolah terbaik.
Peran Tanoto Foundation
Menjadi sekolah terbaik? Ya, kenapa tidak. Setidaknya di mata Yayasan Bhakti Tanoto, sekolah terbaik adalah sekolah-sekolah yang terdepan dalam memberikan kualitas pengajaran yang terbaik. Yayasan yang lebih dikenal dengan nama Tanoto Foundation ini melihat bahwa tanggungjawab mengembangkan pendidikan yang berkualitas bukan semata berada pada pemerintah, swasta-pun seharusnya ikut bertanggungjawab, setidaknya secara sosial karena bagaiamanpun output pendidikan akan kembali ke masyarakat.
Oleh karenanya, Yayasan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto bersama Tinah bingei Tanoto sejak tahun 2001 ini banyak memberikan perhatian dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan terutama kualitas guru-guru Sekolah Dasar(SD) dan Sekolah Menengah Pertama(SMP) di Indonesia.
Rekaman pemikiran dan pengalaman dari berbagai diskusi peningkatan kualitas pendidikan oleh tiga pakar pendidikan, yakni Prof. Dr. Anita Lie, Ed.D. (pakar kurikulum dan pengajaran dari Baylor University, Amerika Serikat), Takim Andriono, Ph.D (Pakar e-Learning dan penggerak Transformasi Pendidikan) dan Dra. Sarah Prasasti, M.Hum(Pakar pengembangan berbahasa pada anak), menawarkan inspirasi sejumlah praktik-praktik strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini.
Berbagai kiprah kontribusi Tanoto Foundation yang melibatkan ketiga pakar tersebut diuraikan secara lengkap pada bagian kedua dari buku ini. Penggambaran aktivitas ini tentu saja dimaksudkan agar pembaca, terutama dari kalangan pendidik dapat melihat kredibilitas Tanoto Foundation dan tentu saja informasi dan pemikiran yang disampaikan dalam buku ini.
[caption id="attachment_335023" align="aligncenter" width="638" caption="Bukan hanya beri perhatian untuk SD dan SMP, Tanoto Foundation juga membangun sarana pendidikan PAUD di Rusun Muara Baru, penjaringan, Jakarta Utara beberapa waktu lalu | Ilustrasi http://utara.jakarta.go.id"]
Kenali Posisi Sekolah Anda
Aakah anda berpikir atau mungkin bercita-cita dan memiliki hasrat besar untuk memajukan sekolah anda ke dalam jajaran sekolah-sekolah terbaik? Kalau anda menjawab iya, maka penting sekali untuk anda mulai memetakan sebenarnya sekolah anda berada di posisi mana diantara sekolah-sekolah yang anda di lingkungan anda, bisa kota, kabupaten atau provinsi.
Di halaman 43, penulis menawarkan sebuah diagram yang merupakan hasil modifikasi dari Douglas B. Reeves yang menulis salah satu buku terkenal berjudul The Learning Leader: How To Focus School Improvement for Better Result. Dalam diagram itu anda seharusnya bisa mengambil benchmarking terhadap sekolah lain untuk menetapkan apakah sekolah anda dalam urusan prestasi tegolong Beruntung, memimpin, kalah, atau belajar.
Misalnya sekolah anda beberapa kali mencatat prestasi keberhasilan, tetapi anda tidak melihat bahwa prestasi itu dicapai dikarenakan adanya strategi dan tindakan tertentu yang menentukan hasil yang sekolah anda capai. Maka apa yang anda capai sekarang boleh jadi sekedar keberuntungandan kemungkinan sekolah anda mengulang keberhasilan secara berkelanjutan sangat kecil.
Masih lebih baik sekolah yang meskipun sekarang ini belum pernah mencatat prestasi keberhasilan, tetapi tampak adanya tindakan sistematisdan strategis untuk memperbaiki kondisi dari keadaan sekarang ke arah yang lebih baik, maka sekolah seperti ini berpotensi untuk berkembang menjadi sekolah berprestasi pada suatu hari.
Pembahasan mengenai pengenalan posisi ini oleh penulis sepertinya juga dimaksudkan untuk memberikan penyadaran bahwa selalu ada pilihan antara berhasil secara instant tapi tidak berkelanjutan atau berhasil melalui proses dan strategi yang benar, meskipun membutuhkan proses belajar yang lebih lama tetapi keberhasilan yang dicapai nantinya bisa berkesinambungan.
"Menjadi sekolah yang belajar adalah pesan inti dari buku ini." tulis Prof. dr. Fasli Djalal, Ph.D, mantan Wamen Diknas RI 2010-2011 dalam pengantarnya dalam buku ini. Kesadaran dan 'pertengkaran' bagaimana menjadikan sekolah yang bermutu, lanjutnya, harus dimulai dari tingkat satuan pendidikan atau sekolah itu sendiri. Jargon-jargon besar seperti tertulis dalam aturan hukumpendidikan atau buku-buku tentang teori pendidikan tidak berarti apa-apa jika tidak ada gerak-gerik dari sekolah untuk memulai.
Keunikan dan Kearifan Lokal
Tak banyak pengelola sekolah yang menyadari bahwa sekolah sebenarnya adalah bagian integral dari lingkungannya sehingga sering sekolah yang ada di pulau atau pesisir yang akrab dengan dunia laut dan kehidupan nelayan mengalami disintegrasi alias tidak nyambung.
Katakanlah karena buku-buku ajaran yang dibuat secara nasional lebih banyak bercerita tentang dunia pertanian dan bercocok tanam, lalu guru di sekolah fokus mengajarkan cara bercocok tanam. Ketika sang anak sedang berada di rumah dan ayahnya kerepotan menjahit jala ikan yang sobek, sang anak hanya menjadi penonton karena tidak tahu seluk beluk dunia nelayan apalagi cara menjahit jala atau jaring yang sebenarnya bisa diajarkan sebagai pelajaran keterampilan di sekolah.
Di sebuah sekolah di Jawa Tengah, tepatnya SMP Karanganyar, Hardyanto, sang Kepala Sekolah melihat bahwa sekolahnya amat berdekatan dengan wisata Tawangmangu dan Makam Keluarga Soeharto, Astana Giri Bangun yang tentu saja banyak dikunjungi oleh wisatawan dan peziarah.
Hardyanto berpikir, kalau ia bisa menyusun kegiatan ekstrakurikuleryang berhubungan dengan keunikan posisi sekolahnya, pasti akan memberikan manfaat ganda. Selain para pelajar memperoleh keterampilan hidup yang baru dan bisa digunakan ke depan dalam hidup mereka, anak didik tersebut juga bisa diuntungkan secara ekonomi.
Bersama guru Bahasa Inggris di sekolahnya, Hardyanto mengambil langkah strategis memfokuskan kegiatan pelajaran conversation bahasa Inggris dikelas dengan menekankan pada pembicaraan tentang kepariwisataan yang ada si sekitar sekolah. Anak didik diajarkan bagaimana bisa dengan fasih menjelaskan obyek wisata dalam bahasa Inggris. Anak didik pada akhirnya bisa menggunakan ilmu bahasa Inggris di sekolah untuk memandu wisatawan asing yang datang ke tempat-tempat wisata di sekitar sekolah mereka.
Tak sampai di situ saja, kegiatan ekstrakurikuler siswa dikaitkan dengan keterampilan membuat sablon sampai kegiatan membuat gantungan kunci. Sejumlah anak akhirnya bisa menjadikan kegiatan keterampilan yang diperolehnya di sekolah menjadi usaha rumah tangga bersama keluarga mereka yang sekaligus bisa menunjang ekonomi keluarga.
Dari Pernyataan Visi Hingga Sekolah Berprestasi
Banyak lembaga, termasuk lembaga pendidikan yang sekedar membuat visi karena mungkin diharuskan untuk memajangnya. Ternyata, pengalaman mengajarkan bahwa sekolah-sekolah berprestasi sangat ditentukan oleh seberapa jelas visi yang mereka akan capai dan bagaimana mereka memahami strategi pencapaiannya.
Pada Bab 5 buku ini secara khusus menjelaskan bagaimana kekuatan visi bisa mengantarkan sekolah menuju cita-cita mereka. Dengan kekuatan visi, seluruh komponen sekolah dapat bergerak berirama menuju pencapaian visi yang mereka merasa ikut memutuskannya. Mereka juga tahu apa yang harus mereka lakukan sesuai batas tugas dan tanggungjawab masing-masing untuk menunjang tercapainya visi sekolah mereka.
Bagian ini sangat penting dibaca bagi para kepala sekolah dan guru untuk mulai berpikir bagaimana menyesuaikan visi dengan strategi serta langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam keseharian aktivitas sekolah.
Bagi Kepala Sekolah atau siapapun di sekolah yang hakekatnya semuanya adalah pemimpin perlu melakukan introspeksi diri apakah cara berpikir dan bertindak mereka sudah mencerminkan seseorang yang diharapkan membawa perubahan ataukah hanya seseorang yang sudah merasa cukup dengan posisi dan apa yang dicapai sekarang ini. Hal Ini dibahas dengan sangat apik oleh penulis pada bagian keenam “Kepemimpinan Yang Transformatif.”
Bahwa sekolah yang berada pada koridor yang benar menuju sekolah sukses dan terbaik ditandai salah satunya oleh adanya kepemimpinan yang transformatif yang berkembang di dalam lingkungan sekolah. Sekolah tidak diwarnai oleh hubungan atasan bawahan yang kaku melainkan lebih sebagai mitra yang saling mendorong dan memampukan menuju pencapaian visi sekolah.
Masih banyak hal yang dibahas dalam buku ini yang secara terstruktur mengantar sampai pada Bagian 13 tentang “Peserta Didik dan Sekolah Berprestasi. Meski tebalnya 188 halaman, namun dengan pemaparan yang sistematis dan sub tema yang variatif, buku ini meninggalkan kesan yang kuat dan inspiratif bagi pembacanya mengenai betapa pentingnya mengelola sekolah dengan visi dan strategi yang jelas. Karena hanya dengan cara itu kualitas semua sekolah dapat terdongkrak dengan menggunakan daya dongkrak dari dalam sekolah sendiri, bukan karena suatu paksaan [follow: bens_369]
———————————-oOo———————————-
Judul Buku | Menjadi Sekolah Terbaik [Praktik-Praktik Strategis Dalam Pendidikan
Penulis | Anita Lie, Takim Andriono, Sarah Prasasti
Editor | Lisa Esti Puja Hartanti & Andriansyah
Penerbit | Tanoto Foundation & RAS (Penebar Swadaya)
ISBN | 978-979-013-205-4 & 979-013-205-0
Genre | Pendidikan
Cetakan | I 2014
Jumlah Halaman |188 Halaman
——————————–@bens_369——————————–
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H