Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan - Sebuah Tantangan

22 November 2014   06:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14165858901585847118

Bank Indonesia yang bekerja secara independen menjalankan tiga fungsi utamanya menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia - Lalu adakah yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga stabilitas keuangan negeri ini? (sumber ilustrasi: bisniskeuangan.kompas.com)

Sejak peradaban manusia meninggalkan cara bertransaksi dengan mempertukarkan barang - dikenal dengan sistem barter - maka peradaban manusia telah mengenal sejumlah alat pertukaran atau transaksi, diantaranya logam mulia yang dibentuk berupa kepingan emas dan perak yang kemudian menginspirasi jenis uang lainnya di era selanjutnya.

Sistem barter selain terbatas barang apa yang akan dibarter, pelakunya pun pasti terbatas. Barang yang dibarter paling kebutuhan untuk bertahan hidup. Dahulu kala sejarah, petani mau menukarkan hasil pertanian mereka dengan garam, gula dan alat-alat pertanian. Bagi yang memproduksi barang atau jasa yang tidak dibutuhkan oleh petani sebagai produsen barang primer, maka maaf saja bila anda kelaparan karena tidak ada petani yang membutuhkan barang atau jasa anda.

Bisa dibayangkan betapa sulit dan primitifnya peradaban ini andaikata tidak ditemukan uang sebagai alat tukar alternatif selain barter. Dengan kata lain saya ingin mengatakan bahwa diantara banyak penemuan manusia yang mendorong berkembangnya peradaban ke tingkat yang  lebih tinggi, uang adalah salah satunya.

Uang dan Keuangan

Uang adalah alat tukar itu sendiri, sementara keuangan adalah sifat-sifat yang menyertai alat tukar tersebut.  Tak terbilang ungkapan yang ada di  masyarakat mengenai sifat uang ini. Mulai dari orang yang menyebutnya sebagai raja, ada setannya hingga ada yang memplesetkan dengan kalimat keuangan yang maha kuasa.

Tapi itu bukan istilah baku yang dikenal dalam manajemen keuangan. Sebagai alat tukar, kita perlu mengetahui bahwa uang memiliki beberapa nilai, ada nilai nominal dan ada nilai kurs atau nilai tukar. Nilai nominal adalah nilai yang tertera pada fisik uang yang menjadi petunjuk besaran saat dipertukarkan dengan barang atau jasa. Sementara nilai kurs adalah nilai relatif yang disepakati atau ditetapkan saat suatu mata uang akan dipertukarkan dengan mata uang lainnya.

Nilai nominal sifatnya mutlak artinya tidak ada satu pihak pun yang berhak menaikkan atau menurunkannya kecuali Bank Sentral, dimana untuk mata uang Rupiah otoritas penetapan nilainya berada dalam lingkup kewenangan Bank Indonesia. Sementara nilai kurs atau nilai tukar antar mata uang  sifatnya relatif, artinya tergantung situasi, tempat dan pelakunya. Pada posisi ini uang bukan lagi semata sebagai alat tukar tetapi menjadi salah satu mata dagangan.

Makanya tidak mengherankan bila ada pasar mata uang resmi dan ada pasar gelap, dimana yang unik biasanya pasar uang gelap lebih mahal dibanding pasar resmi. Sangat berbeda dengan pasar komoditas lain pada umumnya, sebutlah pasar telpon selluler atau produk elektronik lainnya yang selalu harga pasar gelap lebih murah dari pasar resmi. Pelaku perdagangan ini bisa individu tanpa badan hukum, namun bisa pula pedagang resmi yang biasa kita kenal sebagai perusahaan Money Changer atau sekalian dapat melakukan transaksi di lembaga keuangan yang resmi seperti perbankan.

Bila pembelian mata uang melebihi ketersediaan maka yang terjadi sebagaimana hukum ekonominya, nilai tukar mata uang tersebut akan meroket. Apa motivasi orang membeli mata uang asing sementara mereka tidak bermaksud menggunakannya untuk belanja di luar negeri, misalnya? Motifnya macam-macam. Bisa untuk memperoleh keuntungan, membayar utang yang harus dalam bentuk mata uang asing atau sekedar menyimpannya sebagai asset.

Memahami bagian ini saja kita akan yakin bahwa sistem keuangan berpotensi untuk tidak stabil akibat situasi perdagangan uang, situasi ekonomi dalam negeri, ekonomi global, perilaku pedagang uang dan lain sebagainya. Dampaknya bisa berupa meningkatnya nilai tukar mata uang asing yang berdampak pada melemahnya nilai rupiah. Pelemahan rupiah bisa berakibat melemahnya kemampuan industri dalam negeri yang menggunakan bahan baku impor untuk berkompetisi dikarenakan harus membayar bahan baku lebih mahal dengan mata uang asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun