Pusing melihat gudang penuh barang-barang bekas yang masih bisa dipakai. Mau dijual ke toko on line, harganya tidak seberapa dan jenisnya banyak. Ada sepatu bekas, CD film, ada CD player, layar monitor komputer, printer lawas, speaker, gantungan baju, pot plastik, gantungan baju bahkan TV 14 inch. Belum lagi setumpuk mainan anak-anak yang masih bagus tapi anaknya sudah bosan, ada boneka, setumpuk lego, puzzle dan masih banyak lagi yang sulit saya sebut satu per satu. Gudang kelihatan sangat sesak, untung tidak lembab sehingga barang yang terbuat dari kain dan kulit sepertinya cukup aman.
Tapi, saat yang sama saya juga masih butuh buku-buku lama untuk koleksi perpustakaan, juga CD film lawas yang belum saya tonton. Istri juga berpikir untuk membeli keramik-keramik kecil untuk hiasan bufet, tidak perlu yang baru asal bisa menutup beberapa tempat kosong. Anak saya juga tidak berhenti merengek dibelikan mainan, Â tidak perlu yang baru karena dia sebenarnya hanya bosan dengan mainannya, buktinya dia suka pinjam mainan anak tetangga.
Kalau harus membeli yang baru, berapa lagi uang yang harus dikeluarkan. Apalagi keramik dan mainan anak-anak yang baru, harganya tidak di bawah lima puluh ribu sebiji. Ada gak ya orang yang mau jual mainan anak,  buku-buku lawas, keramik hiasan yang murah?
Mungkin saja andaikata di Jakarta sudah ada kegiatan Car Boot Sale. Di daratan Eropa bahkan sekarang di Asia seperti Malaysia dan Thailand, kegiatan Car Boot Sale mulai memasyarakat. Biasanya dilakukan pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur. Tempatnya di lapangan terbuka, meski tak jarang di tempat tertutup kalau musim hujan. Tempat ini ramai dikunjungi oleh keluarga yang sepertinya sengaja datang untuk sekaligus berkreasi. Mereka memarkir mobil berjejer sesuai petunjuk pengelola dan mulai jam sembilan pagi mereka membuka bagian belakang mobilnya untuk dijadikan lapak memajang seluruh barang bekas bawaannya. Itulah sebabnya mengapa dinamakanCar Boot Sale, maksudnya boot atau tempat jualannya di mobil. Tapi boleh juga membawa meja lipat atau langsung menggelar terpal di atas rumput.
Jenis barangnya tak terbilang jumlahnya. Mulai dari sepatu, tas, lem kayu yang sudah dipakai setengah, macam-macam lukisan, alat olahraga, alat tulis, kebutuhan berkebun, hobby seperti pancing, sampai segala jenis peralatan dapur. Harganya? Jangan ditanya karena tergantung yang punya. Ada raket tennis yang masih lengkap dengan tasnya dijual jauh lebih murah dibanding raket yang sama yang sudah butut yang dijual tak jauh dari situ.
Saya menemukan barang yang saya cari, sebuah roda kursi putar yang kebetulan di asrama saya hilang satu, jadi kadang jomplang. Harganya? Tanya saya kepada pemilik barang. Si empunya hanya tersenyum sambil angkat bahu sambil bilang: bawa aja, gratis buat kamu.
Seorang anak dari satu keluarga melompat-lompat kegirangan sambil menunjukkan mainan yang baru dibelinya dari penjual yang lain seharga dua poundsterling. Uang yang dipakai membeli adalah hasil dia barusan menjual mainannya yang menurut saya mainan dia tadi jauh lebih bagus. Begitulah anak-anak seringnya, bukan soal bagus tidaknya, yang penting beda dengan mainan yang tak lagi disukainya.
![1392048795766702579](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/1392048795766702579.jpg?t=o&v=770)
Aktivitas mereka tidak pernah sepi karena tidak hanya tertuju dengan jualan barang bekasnya. Sekumpulan keluarga malah sibuk menikmati pesta barbeque kecil-kecilan, mungkin dengan tetangganya atau keluarga. Sebahagian lagi duduk ngobrol sambil menikmati kopi hitam yang mereka masak di tempat itu. Begitulah transkasi rekretif berlangsung hingga sore.
Apakah yang datang ke tempat itu selalu keluarga yang cuci gudang dan membawa mobil bagus? Tidak juga. Sering para pekebun datang dengan mobil bak terbuka membawa hasil kebun mereka. Ada yang datang masih dengan pakaian kerja dengan sepatu boot berlumur lumpur. Ini juga adalah bagian dari promosi bahwa hasil pertaniannya baru saja dipetik, artinya sangat dijamin kesegarannya.
![13920488771264789590](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/13920488771264789590.jpg?t=o&v=770)
Di antara penjual di Car Boot Sale yang tempatnya berpindah-pindah itu, tak jarang saya bertemu teman kampus saya yang setahu saya tidak punya mobil tapi kemana-mana selalu membawa ransel hampir sebesar karung goni. Namanya Christ, sejatinya penduduk kota Birmingham yang memilih sekolah di Scotland karena katanya lebih murah. Kerjaanya berburu barang-barang unik dari satu Car Boot Sale ke yang lainnya. Jadi kadang dia muncul sebagai pembeli, kadang buka lapak. Makanya ranselnya sebesar karung goni, mungkin karena selain berisi buku kuliah, juga barang jualannya.
Melihat kondisi Jakarta yang makin kondusif dimana banyak taman dan tempat terbuka yang sudah direnovasi, tempat seperti depan museum Fatahillah, Taman Menteng, tepi waduk pluit dan lain-lain. Sepertinya menarik untuk menjadi tempat penyelenggaraan Car Boot Sale. Terus terang, saya terinspirasi menulis cerita ini dari rekanKompasiana, Adriano Jacatra saat kami berbagi cerita tentang serunya memancing ikan di berbagai tempat di perairan Inggris dan Skotlandia. Dia rupanya seorang pemancing sejati yang juga hobbi mengunjungi Car Boot Saleseperti saya.
Kebetulan bercerita bahwa saya membeli pancing bekas di suatu kesempatan Car Boot Sale, meski sebenarnya lebih suka membeli compact disk dan piringan hitam. Dia malah hobby mengumpulkan barang kuno dan keramik Inggris. Dia sampai harus membawa pulang belanjaannya, termasuk mesin jahit kuno, dengan kontrainer. Seperti saya, dia juga rindu mengunjungi car boot sale lagi, tapi masak harus ke Inggris?
Sempat terbayang, kalau ada 50 orang sepakat untuk mencoba memulai kegiatan ini di Jakarta, dan sepakat menyumbangkan berapapun hasilnya untuk korban bencana alam, pasti seru. Makanya kegiatan lapak rekreatif ini tidak harus selalu diartikan mencari untung, tetapi juga sekaligus bisa menjadi lapak sosial. Daripada mengirimkan pakaian bekas dari jauh kepada korban bencana alam, mending dijadikan uang dulu kemudian dibelikan kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Selalu ada cara untuk membuat hidup di Jakarta lebih asyik dan bermanfaat.
------- Ben 10/02/14 -------
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI