----------------
Perang, apapun alasannya, selalu menyisakan kisah memilukan bagi sejumlah orang, tak terkecuali bagi Kim Se-rin yang kini berusia 84 tahun. Perang yang memecah Korea menjadi Utara dan Selatan telah memisahkan sang kakek dengan adik perempuannya selama 63 tahun lebih.
“Pertama saya akan memeluknya dan mengucapkan terimakasih telah bertahan hidup begitu lama,” ujar sang kakek saat diwawancara di rumahnya di Bucheon, sebelah Barat Soul oleh Kwon Su Hyeon, Kontributor Associated Press (AP) Korea Selatan.
“Selanjutnya saya akan menanyakan kapan ayah dan ibu kami meninggal dan juga saudara laki-laki dan perempuan kami.” Ujar pensiunan pemerintah Kota Seoul dengan suara pelan dikarenakan tubuhnya yang semakin renta.
Kim tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila reuni warga dari kedua Korea yang direncanakan Kamis besok (20/02) hingga Selasa depan (25/02) batal lagi yang untuk kesekian ratus kalinya. Sejak pembatalan pertemuan terakhir yang direncanakan September tahun lalu, Kim jatuh sakit, dimana sejak saat itu ia sulit tidur.
“Saya kira ini kesempatan terakhir saya,” ujar Kim dalam wawancara dengan AP yang dimuat juga oleh portal berita online TownHall.com.Kim bersama 500 warga Korea Selatan lainnya berencana ke pegunungan Diamond di wilayah Korea Utara untuk menghadiri pertemuan pertama keluarga dari kedua Korea yang telah terpisah sejak perang saudara berdarah di tahun 1953 yang berujung pemisahan Korea menjadi Utara dan Selatan.
Dari Korea Utara dikabarkan ada 260 warga yang direncanakan menghadiri reuni tersebut.Ini adalah saat yang mendebarkan bagi kedua kelompok warga dari dua sisi negara menunggu bus yang akan mengantar mereka ke pegunungan Diamond. Betapa tidak, pembatalan rencana reuni ini bisa terjadi setiap saat. Apalagi pihak Korea Utara telah mengeluarkan ancaman kemungkinan pembatalan karena dongkol melihat intensitas latihan bersama antara militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat.
Banyak pihak berharap rencana reuni besok berjalan lancar. Pasalnya, setelah pembatalan rencanan reuni yang terakhir bulan September lalu, banyak warga dari dua Korea yang jatuh sakit karena terguncang, maklum, usia mereka rata-rata di atas 60 tahun.
Bahkan kakek lainnya, Lee Geun-su, 85 tahun, yang September tahun lalu masih boleh berharap, kini setelah pihak pemerintah melakukan pemeriksaan kesehatan, menyatakan ia tidak boleh lagi ikut ke pegunungan Diamond dikarenakan kondisi kesehatannya yang tidak lagi memungkinkan. Itu terjadi dikarenakan pembatalan reuni tahun lalu, katanya. Padahal ia masih berharap dapat melihat putri bungsunya untuk yang terakhir kali.
Entah siapa yang harus disalahkan atas tragedi kemanusiaan yang memilukan ini. Apakah Korea Utara yang berpaham komunis dan keras kepala, ataukah Korea Selatan yang ekonominya jauh lebih maju dan sering dipandang oleh Korea Utara sebagai orang kaya yang arogan. Yang pasti, perang mungkin bisa memuaskan ego para penguasa, tetapi tidak bagi rakyat kecil, karena siapapun yang memenangkan suatu perang, rakyat tetaplah rakyat, selalu pada posisi korban penderita.
Semoga reuni besok bisa berjalan lancar, dan kakek Kim Se-rin serta ratusan warga lainnya dari kedua Korea dapat melepas rindu yang tertunda selama puluhan tahun. Semoga saja.
---------------------------------------- Ben369 -------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H