Meskipun suara yang masuk ke sejumlah lembaga survei hitung cepat baru sekitar 83 % tetapi kecenderungan pemenang sudah terlihat dimana tiga partai besar berada di posisi sebagaimana yang banyak diramalkan oleh pengamat. Sebutlah PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat dan PKB.
Kecenderungan ini akan terus menguat seiring bertambahnya suara yang masuk. Untuk sementara ini, pengamatan dari tiga lembaga survei yang masing-masing disiarkan di MNC TV, Metro TV dan TV One memperlihatkan perolehan suara PDIP = 19,72, Golkar = 14,90, Gerindra = 11,80, Demokrat = 9,68, dan PKB = 9,28.
Apa yang terjadi bila seandainya komposisi ini berlangsung hingga akhir perhitungan? Implikasinya tentu saja pada komposisi calon presiden yang akan maju pada Pemliu Presiden 9 Juli mendatang.
Dengan perolehan suara di atas 20 persen, PDIP akan melenggang tanpa harus sibuk mencari koalisi untuk melewati electoral treshold, tinggal mencari siapa wakil yang paling sesuai untuk mendampingi Jokowi. Tetapi kalau PDI-P ternyata hanya mentok di angka 19 %, maka pasti harus berkoalisi dengan partai lain yang bisa menggenapi menjadi 20 %. Sepertinya mitra koalisi yang paling dekat dan paling mungkin adalah Nasdem yang setidaknya meraup 6,3 % suara.
Demikian juga dengan Golkar yang ada kemungkinan juga melewati 20 % maka karpet merah bagi ARB untuk maju menjadi calon presiden akan terhampar, tinggal mencari siapa wakil yang paling mungkin menurut mereka dapat signifikan mengkatrol perolehan suara ARB menantang pesaing terberatnya yakni Jokowi dan pasangannya.
Bagaimana dengan Gerindra? Meskipun suaranya bisa di atas 10 persen, tetapiyang sepertinya untuk pemilu kali ini masih agak sulit menembus elctoral tershold yang 20 persen itu. Dengan demikian Prabowo pasti tidak bisa melenggang sendiri. Gerindra butuh tambahan suara dari partai lain yang mendapat suara di bahah 10 %. Kalau gabungan suara Gerindra dengan PPP, partai yang belakangan ini aktif bergandengan tangan dengan Gerindra pada berbagai kesempatan kampanye, melebihi 20 %, maka kemungkinan Gerindra berkoalisi dengan PPP yang memperoleh suara hampir 7 % sehingga menggenapi suara Gerindra yang kemungkinan bisa sampai 13 %.
[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Hasil sementara quick count pada puku 17:20 dari tiga penyelenggara | Sumber; Screen shoot JakTV"][/caption]
Sementara itu, Partai Demoktrat yang pernah berjaya pada Pemilu 2004 dan 2009 lalu tampaknya kali ini harus lebih banyak bersabar. Mungkin Demokrat sudah mulai harus berpikir apakah memajukan calon atau merubah posisi jadi supporter untuk Capres dari partai lain. Melihat perkembangan selama masa kampanye, sepertinya Partai Amanat Nasional (PAN) yang hampir pasti akan memajukan Ketua Partainya, Hatta Rajasa sebagai calon Presiden. Menghitung loyalitas PAN selama ini terhadap pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden dari Demokrat, apalagi diperkuat dengan hubungan keluarga dimana Hatta Rajasa dan SBY adalah besan, kemungkinan Hatta Rajasa maju dan akan didampingi oleh pemenang Konvensi Presiden Demokrat sebagai wakilnya.
Bagaimana dengan Hanura? Partai ini akan sedikit kerepotan kalau perolehan suaranya tidak mencapai electoral treshold, maka bisa dipastikan kongsi Wiranto dengan Hari Tanu harus pecah, kecuali mereka mendapatkan dukungan suara dari partai gurem yang bisa mencukupi 20 % dan mengikhlaskan keduanya tetap berpasangan untuk maju ke Pemilu Presiden mendatang.
Sementara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berambisi menjadi pimpinan koalisi kali ini sepertinya harus menelan pil agak sedikit pahit karena PKS tidak lebih baik dari PPP, bahkan PKB yang memperoleh sekitar 9, 28 lebih berhak memimpin koalisi “poros tengah” kalau memang ada.
SementaraPartai Bulan Bintang (PBB) meskipun sejak awal menggadang-gadang ketuanya sebagai calon presiden yakni Yusril Ihza Mahendra, namun kecil kemungkinannya untuk tampil, meski harus berkoalisi. Demikian pula dengan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), satu partai yang masuk saat injury time penetapan calon partai yang boleh ikut pada Pemilu 2014 ini, tampaknya tidak banyak bisa berbicara.
Partai lainnya yang tidak bisa dikesampingkan adalah tiga partai dari daerah yang mendapatkan otonomi khusus yakni Aceh. DI daerah ini ada tiga partai yang bersaing untuk kursi legislatif Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yakni Partai Damai Aceh (PDA), Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Aceh.Untuk urusan pencalonan presiden, ketiga partai ini harus diperhitungkan dukungannya terhadap calon pasangan presiden dan wakilnya yang akan maju.
Prediksi saya berkaitan dengan konstalasi pencalonanpresiden dan wakilnya berdasarakan perolehan sementara suara dari partai-partai yang berkompetisi akan saya bahas pada lanjutan tulisan ini. (bersambung). [ben369]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H