Komik ini adalah interpretasi dari perjalanan hidup seorang pemuda dari Belitung Timur bernama Ahok. Ayahnya yang seorang Mantri Kesehatan sangat dekat dengan masyarakat. Sebagai seorang paramedis yang pernah ikut pada seorang dokter berkebangsaan Belanda, ia menjadi tumpuan masyarakat di kampungnya, bukan hanya dalam urusan kesehatan, bahkan urusan ekonomi, sosial dan segala macam permasalahan. Rumahnya tak pernah sepi didatangi warga, ada yang sekedar meminta obat, tap tak jarang yang datang meminta modal usaha bahkan untuk memperbaiki rumah yang hampir roboh.
Dalam suasana sosial kemasyarakatan seperti itulah Ahok bersama saudara-saudaranya tumbuh. Mereka bahkan tidak menyadari kalau hidup di tengah komunitas yang berbeda keyakinan dengannya. Rasa Kemanusiaan dan persaudaraan, itulah yang lebih melekat kuat di dalam ingatan seorang pemuda yang terlahir dengan nama lengkap, Basuki Tjahaja Purnama, 29 Juni 1966 lalu.
Menamatkan pendidikan tinggi di Jakarta hingga jenjang Strata 2 di bidang manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, dipadu dengan ilmu dari Starata 1 bidang Geologi dari Universitas Tri Sakti, Â kembalilah Basuki yang akrab dipanggil Ahok ini untuk maksud membangun kampung halamannya sebagaimana harapan dan amanah orangtuanya.
Ia kemudian mendirikan perusahaan CV Panda yang menjadi kontraktor untuk sejumlah pekerjaan dari PT. Timah. Ya, timah, itulah potensi utama kampung halamannya. Anda tentu sudah akrab dengan cerita tentang tambang timah ini dari Andrea Hirata dalam novel tetraoginya: Â Lasykar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Andapun tentu akrab dengan sosok yang A Lin, gadis keturnan Tionghoa yang menjadi pengisi mimpi-mimpi remaja Ikal, tokoh Aku dalam cerita novel besutan Andrea Hirata itu. Belitung itu ya Belitong, nama sebutan khas dari dahulu kala.
Mengingat prospek tambang timah yang mulai surut, Ahok berusaha menampung tenaga kerja yang banyak menganggur dengan mendirikan PT. Nurindra Ekapersada, pabrik pengolahan pasir kuarsa pertama di Belitung. Saat usaha yang didirikannya dari modal utang dan modal sendiri itu mulai memperlihatkan prospek cerah, kendala birokrasi menghadangnya. Mulai dari soal perizinan hingga kelayakan usaha ini dipertanyakan pemerintah. Padahal semua syarat, baik perizinan maupun studi kelayakan telah ditangan Ahok jauh sebelumnya.
Pabrik yang berlokasi di Dusun Burung Mandi itupun terancam ditutup. Ahok benar-benar merasa frustrasi. Bagi Ahok sendiri sebenarnya solusi untutk dirinya sudah terbuka di depan mata, seorang rekannya mengajaknya pindah bekerja ke Kanada. Tapi mengingat amanah orangtuanya untuk tetap di Belitung Timur mengabdi untuk daerahnya, Ahok tidak buru-buru mengambil keputusan. Â Keinginannya menentang penguasa secara frontal ditentang habis oleh ayahnya. "Kalau kamu orang miskin, jangan coba lawan orang kaya. Kalau kamu pengusaha, jangan coba lawan penguasa, pasti kamu kalah!" tegas ayah Ahok. Dari momen itulah perjalanan politik Ahok dimulai sebagaimana dituangkan pada komik di atas. Selamat menikmati. [@bens_369]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H