Mohon tunggu...
Ben Baharuddin Nur
Ben Baharuddin Nur Mohon Tunggu... Profesional -

Menulis untuk berbagi, membaca untuk memahami dan bekerja untuk ibadah, Insya Allah. | email: ben.bnur@gmail.com | twitter :@bens_369

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Tragis Golputers dan Kepoers

30 Maret 2014   14:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="638" caption="Sebuah Peradaban Bernama Kandang || Ilustrasi: www.dalzielbarn.com"] [/caption]

Golput atau golongan putih, kini tidak sekedar diartikan hubungannya dengan orang yang memilih tidak peduli dengan pemilu. Golput juga bisa berarti orang yang tidak mau ambil pusing dengan permasalahan yang ada di sekitarnya. Penganut aliran golput menurut kamus yang masih sementara dirancang disebut golputers.

Sementara Kepo,sejatinya berasal dari singkatan bahasa Inggris:knowing every particular object yakni jenis orang yang suka ingin tahu segala hal atau urusan. Penganut aliran kepo ini menurut kamus yang belum dibuat disebut kepoers.

Ketika kepoers usil mempertanyakan alasan kaum golputers mengapa mereka setia menjadi golput. Golputers akan menjawab dengan singkat: “Masbuloh? Emang masalah buat loh?” Satu pernyataan pendek yang biasa digunakan untuk membendung keingintahuan kaum kepoers.

Kaum golputers dan kepoers merasa diantara mereka tidak ada kesamaan sehingga tidak perlu berinteraksi. Mereka merasa bisa hidup dengan gaya masing-masing. Kalaupun dipaksa dipersatukan, boleh jadi seperti minyak dengan air.

Di dunia hewan juga banyak golputers, salah satunya seekor ayam broiler berbulu putih. Kerjanya cuma mengepakkan sayap seakan-akan selalu gerah sehingga perlu berteriak: “Kukuruyuk... masbuloh?

Kepoers juga ada loh. Dia seekor kambing berwarna hitam yang kerjanya suka mondar-mondir di seluruh pekarangan seorang petani. Ia bahkan sering ditemukan di halaman belakang, di dekat lumbung dan tentu saja di kandangnya.

Ia adalah mahluk yang paling tahu kelakuan semua penghuni kandang itu. Karena tak bisa memilih, ia harus rela sekandang dengan si Ayam Putih golputers. Si Ayam golputers juga terpaksa sekandang dengan si Kambing Hitam, padahal ia tidak suka kelakuannya yang selalu ingin tahu urusan hewan lain.

Di kandang itu ada sapi, kuda dan tikus. Ya tikus. Meski keberadaannya di kandang itu bukan atas persetujuan pak Tani tapi ia merasa bagian dari dunia binatang makanya santai aja dia ikut bergabung. Meskipun si Kambing hitam kepoers tidak suka dengan kelakuan si ayam golputers, tetapi ia lebih tidak suka lagi bahkan benci dengan kelakuan si tikus maling yang suka menggerogoti isi lumbung pak Tani. Padahal ia juga sering mendapatkan jatah dari makanan yang dibagikan pak Tani kepada semua penghuni kandang, meskipun diberikan tidak secara langsung.

Kelakuan si tikus maling sudah lama meresahkan si Kambing kepoers. Karena ke-kepo-annya ia tahu apa yang suka dilakukan si Tikus maling pada malam hari saat penghuni kandang terlelap. Ia sudah capek menasehati si Tikus maling, apalagi si Tikus sudah ikut-ikutan menggunakan kata masbuloh saat dinasehati.

“Masalah buat loh? Dasar loe Kambing Hitam kepo!” kata si Tikus ketika lagi-lagi dipergoki oleh si Kambing membawa hasil curian dari lumbung ke kandang.

“Ya masalah lah. Bagaimana kalau pak Tani marah, kita semua bisa kena getahnya,” jelas si Kambing. Tapi si Tikus bergeming, ia terus mengulang perbuatannya.

Sampai suatu hari pak Tani masuk ke kandang seperti marah dan memeriksa seluruh sudut kandang, hanya si Kambing yang tahu apa yang membuat pak Tani berlaku seperti itu. Ia memang kepo tapi bukan ember bocor yang suka menyebarkan aib teman sekandangnya.

Karena sudah tidak tahan, ia lalu menceritakan perilaku si Tikus maling kepada penghuni kandang lainnya dengan harapan dapat dibantu untuk menasehati si Tikus. Si ayam golputers sudah bisa ditebak reaksinya, mendengar dan ujung-ujungnya mengatakan: “Masalah buat loh?” Si Sapi hanya melenguh dan si Kuda hanya nyengir tidak karuan.

“Itu perilaku yang berbahaya. Kita semua bisa kena getahnya” jelas si Kambing kepoers serius. Ia menunjukkan bekas makanan yang dibawa si Tikus maling masuk ke kandang itu. Tepatnya berada di bawah keranjang yang tergantung, tempat betina si Ayam golputer sedang mengerami telurnya.

“Itu sebabnya pak Tani kemarin masuk ke kandang ini mencari si Tikus,” jelas si Kambing kepoers berusaha meyakinkan teman-temannya. Si Sapi dan si Kuda mengangguk-angguk paham, tetapi tidak ada usulan tindakan konkrit.

Si Kambing kepoers sangat berharap si ayam golputers kali ini mau peduli. Dia harus memihak untuk kepentingan bersama. Si Kambing kepoers kembali membujuk si Ayam golputers agar bila si Tikus masuk ke lumbung lagi, si Ayam kepoers mengepakkan sayapnya sekencang-kencangnya dan berkokok berulang-ulang, biar si Petani bangun dan si Tikus bisa jera.

Tapi lagi-lagi si Ayam golputers cuma mengatakan “Itu masalah Loe, bukan masalah gue. Gue kan golput tauk?” Si Kambing kepoers benar-benar hampir putus asa.

Ia tiba-tiba ingat si Ular Belang yang biasa ia lihat di semak-semak di luar pagar rumah pak Tani. Ia pun ke sana untuk meminta bantuan. Sepeninggal si Kambing kepoers, pak Tani masuk ke dalam kandang. Setelah berkeliling, ia meletakkan sesuatu tak jauh dari keranjang yang tergantung tempat ayam betina sedang mengerami telurnya.

Singkat cerita si Ular Belang ternyata setuju membantu si Kambing Hitam kepoers. Ia berjanji akan datang untuk ronda sekaligus menakut-nakuti si Tikus maling agar tidak lagi berani mencuri makanan di lumbung pak Tani.

Saat malam tiba si Ular merangkak ke arah kandang untuk melihat dari lubang mana si tikus koruptor datang. Si Ular berpikir pasti si Tikus maling akan menyangkal bila tidak tertangkap tangan. Ia melihat si Tikus dengan seorang kawannya, mungkin pasangannya, mengendap-endap keluar lubang menuju ke lumbung. Si Ular berhasil mengambil posisi tersembunyi di bawah keranjang menunggu si Tikus koruptor kembali membawa hasil curiannya.

Sangat lama si Ular menunggu. Ia berusaha menahan dengkuran si Kuda dan si Sapi yang sangat berisik. Si Ayam golputers yang sering terbangun melihat Ular itu melingkar di bawah keranjang betinanya. Si Ayam diam-diam. “Asal tidak mengganggu betina saya, emang gue pikirin mau ngapain di situ terserah,” batin si Ayam golputers.

Hingga menjelang pagi si Tikus tak kunjung kembali ke kandang. Si Ular berpikir untuk menangkap basah si Tikus ke lumbung. Ia lalu menggeliat bermaksud merangkak ke lumbung.

“Plaakk !!!” Terdengar suara seperti dua lempeng besi terkatup. Si ular berteriak tercekat. Ekornya tersangkut pada benda bergerigi yang dirasakannya seperti gigi buaya mencengkeram ekornya. Rupanya itu perangkap tikus yang dipasang pak Tani untuk menangkap Tikus maling itu. Sepertinya sang Tikus yang lihai sudah tahu adanya perangkap itu, makanya tidak pulang. Tapi perangkap itu terikat ke tiang membuat sang ular hanya bisa meronta-ronta.

Melihat si Ular terjepit perangkap tikus, si Kambing hanya bisa berteriak-teriak “mbiik... mbiiik”. Si ayam golputers hanya bisa panik mengepakkan sayapnya dan mengingatkan betinanya agar jangan turun. Si Betina yang panik melihat ular di bawahnya meronta-ronta, berkotek tiada henti. Si Sapi yang terbangun hanya bisa melenguh berulang-ulang, demikian pula si Kuda hanya bisa meringkik sangat kencang.

Istri pak Tani yang terbiasa bangun lebih pagi mendengar kegaduhan itu. Ia terpikir pasti ada biawak atau mahluk yang memanjat telur yang sedang dierami. Ia berlari ke kandang langsung menuju ke keranjang ayam betina untuk memeriksa apa yang terjadi. Belum sampai ia melihat telur-telur itu, tiba-tiba ia merasakan betisnya seperti tertusuk dua batang paku. Rupanya si Ular yang panik menggigit betis si ibu Tani yang kemudian jatuh tersungkur.

Singkat cerita karena tergigit ular, si Ibu Tani demam beberapa hari. Melihat istrinya demam, pak Tani berpikir mungkin istrinya perlu makan sup ayam agar bisa sedikit baikan. Dan tanpa pikir panjang Ia menangkap si Ayam putih golputers untuk ia jadikan sup ayam. Si Ayam golputers sejenak sempat protes dengan mengatakan selama ini dia tidak memihak siapa-siapa, kenapa dia yang harus dikorbankan? Tapi sayangnya pak Tani tidak paham bahasa ayam.

Karena keluarga dari kampung sebelah banyak yang datang menjenguk dan harus bermalam, pak Tani butuh lauk untuk menjamu tamunya, maka minggu berikutnya si Kambing Hitam kepoers yang sudah tahu itu pasti terjadi, hanya bisa pasrah dan ikhlas menyerahkan hidupnya diakhiri oleh pak Tani.

Rupanya bu Tani tak kunjung sembuh. Bisa ular ternyata sudah masuk ke jantungnya. Beberapa minggu kemudian bu Tani meninggal. Untuk menjamu keluarga yang semakin banyak datang, menyusul si Sapi yang disembelih. Si Kuda pun menyusul dijual ke pasar karena pak Tani butuh uang untuk berbagai biaya yang berhubungan dengan pemakaman istrinya.

Ketika melihat telur-telur ayam yang sudah menetas, hati pak Tani sedih membayangkan betapa gembira hati istrinya andaikata ia masih hidup dan melihat telur ayamnya sudah menetas. Ia ingin menghapus kenangan itu. Lalu dikumpulkannya semua anak ayam beserta induknya ke dalam satu kotak yang ia beri ventilasi lalu menyerahkan ayam itu kepada keluarganya yang datang melayat dan menemaninya hingga beberapa hari.

Tinggallah kandang pak Tani kosong melompong dan hanya diisi tikus-tikus maling yang sebentar lagi pasti berkembang biak. Itulah, mengapa tidak baik bila ada anggota dari suatu komunitas ada yang skeptis dan berpikir masalah orang lain bukan urusannya. Kalau ditanya kenapa bersikap begitu ia hanya menjawab: Masbuloh?! Ya masalah karena kalian hidup sekandang dimana antara satu dengan lainnya ada kesalingtergantungan.

Andaikata si Ayam golputers mau sedikit peduli dengan ikut membantu mencegah perbuatan negatif si Tikus maling, kiranya peradaban di kandang itu tidak perlu berakhir dengan tragis, dan pak Tani bisa tetap hidup bahagia dengan istrinya yang sangat ia cintai.

Selamat berakhir pekan, semoga dapat dipetik hikmah dari hikayat ini.

----------- @ben369 -----------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun