[caption id="attachment_331342" align="aligncenter" width="638" caption="Blusukan di 1000 Pulau: Di bawah nyiur pun aspirasi bisa disampaikan || Ilustrasi: Forum Maritim Hebat Indonesia"][/caption]
Setelah menemukan realitas langsung dari mulut nelayan di sebuah pangkalan pendaratan ikan di Jawa Timur beberapa waktu lalu yang mempermasalahkan sulitnya permodalan dan memperbaharui peralatan penangkapan ikan yang rata-rata sudah puluhan tahun, Joko Widodo yang blusukan ke daerah nelayan lainnya, masih di pulau jawa menemukan realitas sulitnya memperoleh izin penangkapan ikan.
“Berapa lama biasanya harus menunggu? Seminggu? Sebulan?” tanya Jokowi mulai mengernyitkan dahi.
“Bisa sampai setahun pak!” jelas si nelayan sembari menambahkan bahwa karena itu banyak nelayan melaut tanpa dilengkapi perizinan selayaknya dan kalau tertangkap di tengah laut sudah bisa ditebak cerita selanjutnya. Jokowi selain terkaget-kaget mendengar realitas itu, juga berjanji akan memprioritaskan penyederhanaan perizinan ini bila nantinya terpilih.
Di kesempatan lain Jokowi menemukan realitas di sebuah perkampungan nelayan bahwa kemiskinan sistemik di kalangan nelayan terjadi karena mereka tidak bisa mempertahankan kualitas produknya tetap segar dalam waktu yang lama. Begitu ada hasil tangkapan, harus segera dijual. Karena menjual bersamaan, harga pasti anjlok.
Karena harga tak pernah memadai, maka tak cukup untuk ditabung. Saat peralatan rusak, harus berhubungan dengan rentenir untuk menggantinya. Bila ada anggota keluarga yang sakit, nambah utang ke lintah darat buat berobat.
Jokowi berpikir, bila produksi nelayan bisa disimpan lebih lama, maka pasti lebih segar. Kalau segar, tentu saja harganya lebih baik dan waktu untuk menjualnya lebih lama untuk mendapatkan harga terbaik. Maka Jokowi menjanjikan ke depan bila ia terpilih, akan membantu nelayan membangun cold chain (rantai dingin) berupa cold storage mini di semua tempat pendaratan ikan, serta membekali nelayan penangkap ikan dengan alat pendingin sederhana bertenaga surya supaya dapat mempertahankan kesegaran ikan tangkapan mereka.
Sanggupkah Jokowi menjejakkan kaki di seluruh kawasan pesisir pulau di Indonesia dalam waktu singkat untuk menghimpun aspirasi dalam rangka mempertajam perencanaannya di bidang kelautan dan perikanan di Indonesia? Jawabannya mustahil tanpa adanya kreativitas terobosan.
Adalah ‘Forum Maritim Hebat’ aliansi berbagai organisasi pemerhati kelautan dan perikanan di Indonesia yang menyediakan diri menjadi sukarelawan menggantikan Jokowi ‘blusukan’ ke berbagai pulau dan pesisir di Indonesia. Bermodalkan ‘replika’ Joko Widodo dan Jusuf Kalla, mereka hadir di berbagai pulau dan pesisir di Nusantara. Itulah yang mereka sebut kreativitas.
Masyarakat tentu saja menyambut replika Jokowi-JK seperti menyambut sosok sebenarnya. Mereka bisa selfi sesukanya, dan yang terpenting mereka bisa berkeluh kesah menyampaikankeluhan, kebutuhan, permasalahan dan sekaligus mengekspresikan kesukaan mereka kepada ‘pasangan Capres dan Cawapres tersebut.
Ketika berada di tengah masyarakat pesisir dan pulau itulah fihak ‘Forum Maritim Hebat’ memfasilitasi penghimpunan aspirasi untuk selanjutnya dita bulasi secara nasional sebelum diserahkan kepada pasangan Jokowi – JK. [@bens_369]
[caption id="attachment_331343" align="aligncenter" width="638" caption="Bersama gadis dan ibu-ibu, dimanapun blusukan Jokowi-JK disambut warga || Foto: Forum Maritim Hebat Indonesia"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H